Lahir di sebuah keluarga yang terkenal akan keahlian berpedangnya, Kaivorn tak memiliki bakat untuk bertarung sama sekali.
Suatu malam, saat sedang dalam pelarian dari sekelompok assassin yang mengincar nyawanya, Kaivorn terdesak hingga hampir mati.
Ketika dia akhirnya pasrah dan sudah menerima kematiannya, sebuah suara bersamaan dengan layar biru transparan tiba-tiba muncul di hadapannya.
[Ding..!! Sistem telah di bangkitkan!]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Profil
Di dalam kamar megah Kastil Vraquos, Kaivorn duduk di atas ranjangnya, memandangi keheningan yang mencekam.
Ruangan itu dipenuhi oleh ornamen-ornamen mewah, menggambarkan status tinggi keluarga Vraquos yang terkenal sebagai keluarga berpedang terhebat di dunia.
Namun, meski dikelilingi kemewahan, Kaivorn tampak tenggelam dalam pikirannya.
Ekspresinya menandakan kelelahan mental setelah jiwanya baru saja kembali dari dimensi Kalidron.
"Itu mengerikan..." gumam Kaivorn pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh kemegahan ruangan.
Tatapannya menajam ketika dia merenungi pengalaman barunya yang mengerikan di Kalidron, sebuah tempat di mana logika dan realitas yang ia pahami runtuh begitu saja.
"Sistem," panggilnya dengan nada rendah namun berwibawa, lalu berranya. "Kau ini apa sebenarnya?"
Sebuah layar biru holografis muncul di hadapannya, berpendar lembut di udara.
[Saya adalah entitas yang diciptakan oleh ##### untuk menuntun manusia yang dipilihnya.]
Kaivorn menyipitkan mata, meneliti teks yang tampak kabur.
"Manusia yang dipilih?" gumamnya, penuh pertanyaan yang hanya bertambah banyak seiring waktu.
Namun, perhatiannya dengan cepat tertuju pada rangkaian teks kabur yang tampaknya mengandung jawaban penting.
"Apa arti tulisan yang tak jelas ini?" tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri, namun tetap berharap entitas tersebut memberikan jawaban.
[##### adalah awal dari segalanya, dia adalah...]
Tiba-tiba, puluhan—tidak, ratusan—layar merah holografis muncul mengitari Kaivorn, menyelubungi dirinya dalam lautan pesan-pesan error.
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
Layar merah terus bermunculan, memenuhi pandangan Kaivorn.
Wajahnya serius, matanya mengamati setiap rincian dengan cermat, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
"APA INI?!" Kaivorn berseru dalam hati, merasa kebingungan, namun ia tak membiarkan emosinya menguasai diri.
Ekspresinya tetap terkendali, memancarkan ketenangan seorang yang terbiasa menghadapi situasi tak terduga.
[Kerusakan terdeteksi.]
[Memperbaiki otomatis…]
Satu per satu, layar merah tersebut menghilang, menyisakan satu layar biru holografis di hadapan Kaivorn.
[Menu]
[Profil]
[Toko]
[Poin pertukaran: 15]
Kaivorn menatap pilihan yang ada dengan pandangan tajam, alisnya sedikit terangkat.
"Apa lagi ini?" gumamnya, sedikit frustrasi.
Namun, Kaivorn mencoba untuk tetap tenang dan analitis, seperti biasanya.
Setelah beberapa saat mempertimbangkan, ia akhirnya menyentuh opsi "Profil" di layar biru itu.
Informasi baru segera muncul di hadapannya.
...—————————————————————————...
...[Profil]...
...[Nama: Kaivorn Vraquos]...
...[Tittle: Talentless Vraquos—Pahlawan suci—Utusan Ilahi.]...
...[Usia: 15]...
...[Tinggi Badan: 1,79 Meter]...
...[Berat Badan: 49 Kilogram]...
...•••••••••••••••••••••••••••••••...
...[Kemampuan]...
...[Blitz (C), Divine Guardian (B), Ingenious Actor (D), Impeccable Manners (F), Charming Presence (D), The basic sword art of Vraquos (B).]...
...••••••••••••••••••••••••••••••••••...
...[Statistik]...
...[Kekuatan: 11]...
...[Konstitusi: 10]...
...[Kecekatan: 13]...
...[Kecerdasan: 46]...
...[Pesona: 54]...
...[Point keterampilan: 10]...
...—————————————————————————...
Kaivorn membaca tampilan tersebut dengan seksama.
Angka-angka yang menjelaskan kekuatan fisik dan mentalnya tidak mengejutkannya, namun setiap kali ia melihat kecerdasannya, hatinya masih bergetar sedikit.
Di usia 15, Kaivorn telah mencapai tingkat pemahaman yang jauh melampaui siapa pun di usianya.
Tidak ada yang setara dengannya, tidak di kastil, bahkan di seluruh kerajaan.
Tetapi, ia selalu menyimpan fakta itu dalam-dalam.
"Sistem, berapa statistik normal rata-rata manusia dewasa?" tanyanya setelah menimbang semuanya dengan tenang.
[Untuk manusia biasa —15— sedangkan untuk darah Vraquos adalah —60—]
[Hanya statistik fisik. Mengecualikan dua statistik, yaitu; Kecerdasan dan Pesona]
Kaivorn merenung sejenak, pikirannya bergerak dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh orang biasa.
"Jadi darah Vraquos memang lebih unggul dari manusia biasa..." pikirnya.
Dia menatap layar biru itu dengan tatapan yang tajam, hampir seperti memandang musuh yang harus ditaklukkan.
"Makhluk macam apa yang dapat menciptakan sebuah entitas sekompleks ini…?" Kaivorn bergumam dalam hati.
[Anda masih memiliki poin keterampilan. Apakah anda ingin mengalokasikannya?]
"Point keterampilan?" gumam Kaivorn sambil menatap layar biru holografis di depannya. "Apa itu?"
[Point keterampilan adalah poin yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan Anda.]
Kaivorn mengangguk, menyerap informasi dengan cepat dan efisien, seperti biasa. "Bagaimana cara menggunakannya?" tanyanya, tetap tenang.
[Pertama, pilih statistik yang ingin Anda tingkatkan.]
Sistem kemudian menampilkan statistik Kaivorn di layar holografis.
[Statistik]
[Kekuatan: 11]
[Konstitusi: 10]
[Kecekatan: 13]
[Kecerdasan: 46]
[Pesona: 54]
[Poin keterampilan: 10]
Matanya melirik pada angka-angka tersebut, tapi ia segera memusatkan perhatian pada Konstitusi.
"Kondisi fisikku sangat lemah", Pikir Kaivorn dengan seksama. "Aku harus meningkatkan stamina agar tidak memasuki neraka itu lagi." lanjutnya, merujuk pada dimensi Kalidron.
"Alokasikan semua ke Konstitusi," ucapnya, penuh kepastian.
[Konstitusi: 10 (+10)]
Energi aneh menyusup ke tubuhnya, menyegarkan dan memperkuatnya seketika.
Kaivorn menegakkan punggung, merasakan kekuatan baru yang mengalir melalui setiap serat ototnya.
Ia tersenyum kecil, kagum dengan kekuatan yang tiba-tiba membanjiri tubuhnya.
"Ini... menyegarkan," bisik Kaivorn.
Namun, sebelum ia bisa merenung lebih jauh, pintu kamarnya perlahan terbuka, menghasilkan suara lembut yang hampir tak terdengar.
Mirelle, pelayan pribadinya, melangkah masuk dengan nampan berisi makanan pagi yang sudah disiapkan dengan rapi.
Wajahnya lembut, namun penuh perhatian, mencerminkan kepekaannya terhadap kondisi majikannya.
Kaivorn mengamati Mirelle sejenak, matanya menyipit, memikirkan tentang kemampuannya melihat status orang lain melalui sistem misterius itu.
"Sistem," panggilnya dalam hati, "Apakah aku bisa melihat profil orang lain juga?" tanyanya dalam hati.
[Bisa]
"Tunjukkan profil Mirelle." Perintahnya dalam hati, merasa penasaran.
Sebuah layar biru holografis muncul di hadapannya, memberikan detail yang tak pernah ia ketahui sebelumnya tentang Mirelle.
...—————————————————————————...
...[Profil]...
...[Nama: Mirelle Vraquos]...
...[Tittle: Personal Maid kaivorn.]...
...[Usia: 20]...
...[Tinggi Badan: 1,61 Meter]...
...[Berat Badan: 45 Kilogram]...
...•••••••••••••••••••••••••••••••...
...[Kemampuan]...
...Servants of nobility (A), Vraquos sword arts—flawed (B), Camouflage (C), Press to see more.......
...••••••••••••••••••••••••••••••••••...
...[Statistik]...
...[Kekuatan: 112]...
...[Konstitusi: 91]...
...[Kecekatan: 132]...
...[Kecerdasan: 19]...
...[Pesona: 29]...
...—————————————————————————...
Kaivorn tersenyum masam melihat informasi itu. "Pelayanku sendiri jauh lebih kuat dariku," batinnya. "Pantas saja aku di sebut tak berbakat."
"Tuan Muda, Anda sudah bangun?" tanya Mirelle lembut, suaranya selalu tenang dan menenangkan.
Kaivorn tersenyum kecil. "Ya, sudah lama," jawabnya, meskipun wajahnya masih menunjukkan sedikit kekecewaan.
Mirelle mendekati meja di sebelah tempat tidurnya, meletakkan nampan itu dengan hati-hati.
Dengan gerakan lembut, ia menyentuh tangan Kaivorn, rasa khawatir tampak jelas di wajahnya.
"Tuan Muda," ucapnya pelan, namun tegas, "tolong hentikan latihan dengan Sir Amon. Tubuh Anda tidak akan mampu menahannya lebih lama lagi."
Kaivorn menatapnya dengan lembut, tapi ada determinasi di balik sorot matanya. "Tidak, Mirelle. Aku tak bisa berhenti sekarang."
Mirelle menunduk, matanya sedikit bergetar. "Apakah karena apa yang mereka katakan tentang Anda?" bisiknya, mempertanyakan apakah tekanan dari olokan para bangsawan telah membebani Kaivorn.
Kaivorn menggeleng perlahan. "Bukan itu." Ia menatap jendela, cahaya matahari memantulkan bayangan yang menari di lantai marmer di bawahnya. "Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan."
Sambil memegang sebuah apel di tangan kanannya, Kaivorn melanjutkan, "Aku hanya tidak ingin mencemarkan nama Vraquos."
Sebelum Mirelle bisa merespons, suara tawa berat dan berwibawa terdengar dari arah pintu.
Amon, berdiri di sana dengan punggungnya bersandar pada bingkai pintu yang besar.
Matanya, yang sering kali dipenuhi ketenangan dan kedewasaan, berkilau saat ia menatap Kaivorn.
"Sungguh mulia, Tuan Muda," kata Amon sambil melangkah masuk.
Langkahnya penuh keyakinan, mencerminkan keberanian dan ketegasan yang tak tergoyahkan.
Mirelle segera menunduk hormat, sementara Kaivorn tetap duduk tenang, namun sorot matanya serius.
"Sir Amon," ujar Mirelle dengan sedikit gugup, "Apa yang membawa Anda ke sini?"
Amon tersenyum, sebuah senyum tipis namun penuh arti. "Aku hanya ingin melihat keadaan Tuan Muda Kaivorn."
Kaivorn menatap lurus ke arah Amon yang berdiri di hadapannya.
Tatapan mereka bertemu, namun Kaivorn tetap tenang.
"Sistem, tunjukkan profil Amon," ujarnya dalam hati.
Sistem sejenak terdiam, sebelum sebuah pesan muncul di hadapan Kaivorn.
[PERINGATAN!]
[Profil ini tidak dapat ditampilkan. Kemampuan Tuan Rumah saat ini terlalu rendah.]
Kaivorn mengernyit, sedikit kecewa dengan jawaban dari sistem.
[Tingkatkan kemampuan Anda untuk membuka akses ke profil yang lebih tinggI.]
Kaivorn menarik napas panjang, rasa penasarannya kian menggebu.
Dengan tatapan yang tetap tenang, ia menatap kembali Amon, pria besar yang berdiri dengan penuh percaya diri.
"Jadi, sistem bahkan tak bisa membaca profilnya," batin Kaivorn sambil tersenyum kecil di dalam hati. "Kekuatanku masih terlalu jauh dibandingkan dengan dirinya."
Amon, yang tidak menyadari apa yang terjadi dalam pikiran Kaivorn, melangkah mendekat.
Dia memperhatikan Tuan Muda itu dengan saksama,"Ada apa, Tuan Muda?" tanya Amon, suaranya dalam namun tenang.
Kaivorn hanya tersenyum tipis. "Tidak ada. Hanya berpikir bahwa... aku masih terlalu lemah," jawabnya sambil memutar apel di tangannya.
Amon menatap Kaivorn, lalu tertawa pendek. "Itu hal yang bagus. Hanya orang yang mengenali kelemahan mereka yang bisa tumbuh lebih kuat." Katanya.
Kaivorn mengangguk pelan. "Iya.."
"Sistem," Kaivorn memanggil dalam hati. "Tunjukkan berapa banyak poin keterampilan yang tersisa."
[Point keterampilan: 0]
Ia menghela napas, tak ada cara lain selain berlatih lebih keras lagi.
"Aku harus meningkatkan keterampilan secepat mungkin," gumam Kaivorn dalam hati.
Mirelle, yang dari tadi memperhatikan interaksi tersebut, hanya bisa menatap penuh kekhawatiran.
Seolah menyadari kegelisahan yang samar di wajah Kaivorn, Amon tersenyum tipis. "Tuan Muda, saya Harap Anda siap untuk latihan hari ini."
"Sekarang?" tanya Kaivorn, suaranya sedikit tergetar oleh keinginan untuk menolak.
Senyum Amon yang tipis mengisyaratkan bahwa ia tidak bisa menolak.
"Latihan adalah cara terbaik untuk menghilangkan kelelahan," Amon menjawab, mengalihkan perhatian Kaivorn dari rasa Kantuk yang menghinggapi.
Kaivorn menghela napas panjang, merasakan beban dari senyuman Amon.
"Baiklah," ucap Kaivorn, menegakkan punggung. "Aku siap."