Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan Pulang
Nayra merasa ada yang membelai kepalanya dengan lembut. Seketika perempuan muda itu pun terbangun dan menyadari jika ia masih berada di dalam mobil Sean.
"Tidur lagi aja kalau masih ngantuk."
Sean berkata sambil terus membelai kepala dan rambut Nayra. Sejatinya perempuan itu hendak menepis tangan Sean. Tapi entah kenapa hatinya terlanjur merasa nyaman.
Lagipula sebelum peristiwa ini terjadi mereka berdua memang sangat akrab, dan Sean kerapkali membelai kepala dan rambut Nayra saat tengah berdekatan. Biasanya akan berujung ia toyor dan Nayra balas memukul kepala Sean dengan bantal.
"Hmmph."
Tiba-tiba Nayra menutup mulutnya dengan tangan.
"Kenapa Nay?" tanya Sean kemudian.
"Hmmph."
Nayra memukul-mukul pintu mobil. Memberi kode pada Sean agar segera membukanya. Sean pun melakukan hal tersebut, dan tak lama Nayra keluar lalu muntah di pinggir jalan.
"Hueeek."
"Hueeek."
"Nay, are you okay?"
Sean ikut turun dan mendekat, lalu mengusap-usap punggung sahabatnya itu. Setelah dirasa cukup, Nayra pun kembali ke mobil dengan wajah tampak begitu pucat.
Sean kemudian memberikannya sebotol air mineral yang belum dibuka. Ia memang selalu menyediakan air minum di dalam mobil.
"Masih mual?"
Sean bertanya pada Nayra ketika perempuan itu telah selesai mereguk air minum yang ia berikan tadi.
"Masih, dikit." jawab Nayra.
"Ya udah, kita pulang sekarang ya." ucap Sean.
Nayra mengangguk perlahan, kemudian Sean mulai menghidupkan kembali mesin mobil dan menginjak pedal gas.
Tak lama mereka sudah terlihat menyusuri jalan demi jalan. Dan ketika hampir sampai, tiba-tiba Nayra berkata.
"Sean, gue laper." ujarnya.
"Mau makan apa?" tanya Sean pada perempuan itu.
Nayra lalu melihat-lihat sekitar. Ada satu warung tenda seafood yang masih buka.
"Disana aja." ujarnya menunjuk warung tenda tersebut.
"Ya udah."
Sean segera menepi dan memarkir kendaraan.
"Gue tanya dulu ya, masih apa nggak." ujarnya lagi.
Nayra mengangguk, tak lama Sean keluar dan bertanya pada si pedagang.
"Mas, masih nggak?"
"Sisa ayam, cumi, sama kangkung masing-masing satu porsi mas." jawab si pedagang.
"Oh bentar ya, saya bilang teman saya dulu." ujar Sean.
"Baik mas."
Sean kembali ke mobil dan memberitahu Nayra mengenai hal tersebut.
"Mau nggak?" tanya nya pada perempuan itu.
"Ya udah nggak apa-apa. Gue juga udah laper banget soalnya." jawab Nayra.
Sean pun tersenyum lalu membukakan pintu mobil dan membantu Nayra untuk turun.
"Gue bisa turun sendiri, Sean."
Nayra menyadarkan sikap temannya itu yang dirasa berlebihan.
"Lo lagi hamil, Nay."
Sean memberikan jawaban yang membuat hati Nayra mendadak tersentuh. Meski dari ekspresi wajahnya terlihat datar.
"Perut gue belum gede, masih bisa jalan." ujarnya kemudian.
"Iya nggak apa-apa, emang kenapa?" tanya Sean.
Nayra kemudian melangkah, tetapi ia tanpa sengaja menginjak batu. Sontak saja tubuhnya oleng dan nyaris terjatuh. Beruntung masih ada Sean disana yang menahan.
"Apa gue bilang." ujar Sean.
Tak lama mereka pun terlihat duduk saling berhadapan di warung tenda seafood tersebut. Mereka memesan sisa stok yang tersedia.
"Nasi nya masih kan mas?" tanya Nayra memastikan.
"Oh masih mbak." jawab salah satu karyawan disana.
Selagi masakan disiapkan, Nayra hanya diam menatap layar handphone dan sesekali ia berhenti. Sementara Sean sejak awal selalu memperhatikan perempuan itu.
"Ini mas, mbak, silahkan!"
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya makanan yang mereka pesan pun tiba di meja. Aroma yang menggugah selera langsung membuat Nayra menjadi kalap.
Tanpa pikir panjang ia segera mengambil nasi, lauk, dan mulai makan. Ia terlihat lahap sekali dan tak seperti biasanya. Hal tersebut tentu saja membuat Sean sedikit kaget, tetapi ia senang dan tertawa melihat semua itu.
"Koq lo ketawa?"
Nayra yang kedua sisi pipinya dipenuhi makanan itu, kini sadar jika dirinya tengah di perhatikan.
"Lo lucu." ujar Sean lalu tersenyum dan lanjut makan.
"Lucu apanya?. Baru ngeliat orang hamil gragas?" tanya Nayra.
Seketika perempuan muda itu pun tersadar. Jika beberapa waktu belakangan ini nafsu makannya benar-benar meningkat tajam. Itu semua dikarenakan ia tengah mengandung dan ia benar-benar tidak menyadari.
"Kenapa?. Nggak enak?"
Sean bertanya pada Nayra yang tiba-tiba saja menghentikan makan dan terlihat bengong.
"Ah, nggak apa-apa koq." jawab Nayra.
Mereka kemudian lanjut makan. Setelah itu Sean membayar dan mereka kembali ke mobil.
"Jadi kita gimana, Sean?"
Nayra melontarkan pertanyaan dikala Sean baru hendak menghidupkan mesin mobil.
"Gimana apanya?" Sean balik bertanya.
"Soal anak ini." jawab Nayra.
Sean menarik nafas agak dalam dan sedikit menunduk. Lalu ia pun menoleh dan melihat ke arah perut Nayra yang masih rata. Perlahan tangan pemuda itu memegang bagian tersebut dan mengelusnya dengan lembut.
Tentu saja Nayra kaget dengan semua itu, tetapi anehnya ia enggan memberontak atau menepis lengan Sean dari sana.
"Kalau gue boleh saran, gue mau kita bicarakan hal ini baik-baik ke orang tua lo dan orang tua gue." jawab Sean.
"Tapi gimana nanti dengan pasangan kita masing-masing?. Gue nggak mau nyakitin perasaan mereka." ujar Nayra.
"Gue juga nggak mau, Nay. Gue nggak mau menyakiti Philo ataupun Feli. Philo baik sama gue selama ini dan selalu percaya sama gue. Sementara Feli, dia itu cinta pertama gue. Tapi anak ini juga nggak salah apa-apa. Kenapa kita harus merampas hidupnya dia?"
Nayra membeku mendengar jawaban tersebut. Sebab membuang janin memanglah tak semudah membuang boneka. Ada nyawa yang harus dibayar diatasnya.
Tanpa terasa air mata Nayra mengalir. Sean dengan lembut menarik sahabatnya itu ke dalam pelukan.
"Kita pulang dan istirahat. Jangan membahas hal ini lagi sampai kita benar-benar tenang." ujarnya.
Tak lama kemudian mereka terlihat meninggalkan tempat itu. Sean mengantar Nayra terlebih dahulu sampai ke kamarnya.
Sebab Nayra memiliki kunci cadangan dan rumah mereka berada di kawasan kompleks perumahan yang tak dipagar satu persatu.
"Jangan mikir yang aneh-aneh."
Sean berpesan pada Nayra sebelum akhirnya pamit. Ia lalu menyeberang dan mengetuk pintu. Selang beberapa saat pintu terbuka, dan terlihatlah sang ibu disana.
"Dari mana Sean?. Jam segini baru pulang."
Sang ibu terlihat menggerutu. Raut wajah wanita itu terlihat sangat mengantuk sekali.
"Kan Sean udah WhatsApp papa tadi. Emang papa nggak bilang?" Sean balik bertanya
"Mana, papamu nggak bilang apa-apa ke mama. Tadi langsung tidur habis makan."
"Sean dari pergi sama Nayra, ma."
Ibunya tampak kaget mendengar hal tersebut. Sebab sudah tiga bulan belakangan ini bahkan Sean tak pernah pergi dengan anak tetangganya itu.
"Kamu itu apa-apa Nayra terus. Si Feli tuh urusin, perhatikan. Tadi dia mampir kesini sekitar jam 10 an, nganterin makanan. Nunggu kamu pulang tapi kamu nggak datang-datang."
Sean lalu mengecek handphone dan memang ada pesan sekaligus sebelas panggilan tak terjawab dari Felicia.
Saat itu ia tengah sibuk membawa Nayra ke rumah sakit dan harus menghadapi sebuah kenyataan jika Nayra tengah hamil. Belum lagi notifikasi handphone nya yang memang sengaja ia silent.
"Maaf, tadi aku lagi sama bos. Bos ngajak minum sama karyawan lain."
Sean berbohong dan mengirim pesan singkat itu pada Felicia. Tetapi hanya centang satu dan itu mengindikasikan jika saat ini Felicia tengah marah padanya. Maka ia memutuskan untuk mengurus masalah ini besok pagi, sebab ia sudah cukup kelelahan.
mudah2an g terjadi perang bintang y....