Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah mendengar cerita Theon, ternyata memang benar bahwa masalah remaja itu pelik.
Berawal dari kisah asmara Theon dan Viona yang saling mendukung menyebabkan kecemburuan bagi Samuel. Dia melakukan trik kotor dengan menjebak Theon dengan sebuah permainan. Awalnya Theon tentu saja tidak mau, lelaki yang tinggi egonya itu terus di provokasi oleh rekannya. Lalu Theon mengiyakan dengan taruhan menyerahkan Viona kepada Samuel.
Kelicikan yang sudah mendarah daging itu membuat Theon kalah secara tidak adil. Tapi di permukaan Theon kalah telak dan pemenangnya adalah Samuel. Belum sempat menjelaskan Viona marah karena diperlakukan seperti barang. Di depan umum Viona segera mencium Samuel.
Hati Theon sakit dan meradang. Tapi itu semuanya karena kesalahannya.
Viona berubah drastis sejak menjalin hubungan dengan Samuel. Clabing, minum minuman keras. Theon curiga kalau Samuel mungkin saja sudah mengenalkan narkobba kepada Viona. Makanya dia masih berusaha untuk membuat Viona berbicara kepadanya.
Buntut dari itu semua, Theon mulai aktif di luar sekolah mencari teman dan masuk ke geng geng motor besar. Menjalin relasi bagus untuknya. Rata rata dari tiap geng itu punya solidaritas yang tinggi, satu yang punya masalah, semuanya yang ikut menyelesaikan . Ego mereka sama tingginya.
Dan Theon yang dulu dikenal anak baik baik , yah selayaknya standarnya remaja. Kini menjadi preman yang di takuti oleh para siswa. Bahkan Samuel pun cukup was was kadangkala. Dia memanfaatkan Viona dengan memanipulasi nya. Kata katanya bagaikan mantra bagi Viona. Permusuhan Viona terhadap Theon adalah kebahagiaan Samuel.
Sekarang setelah mendengar itu Berta bingung harus bersikap apa. Mereka semua muridnya . Meski baru dua hari. Tapi masalah itu sudah ikut memusingkannya .
Dia ingin tidak ikut campur, tapi bagaimana mungkin dia tutup mata. Berpura pura tidak tahu apa apa? Yah itu bukan gaya Berta.
Theon cukup bijaksana , dia tidak meminta pertolongan tentang bagaimana menghubungi Viona, dia hanya bilang terima kasih sudah mendengarkan ceritanya. Terlepas dari percaya atau tidaknya Berta. Lalu menitip agar menjaga Viona di sekolah.
"Kenapa kamu sering bolos?" Berta khawatir kalau terlalu lama membolos Theon bisa di keluarkan dari sekolah .
"CK! Tidak mungkin!" Ucap Theon dengan penuh percaya diri.
Mungkin Berta tidak terlalu tahu bahwa murid muridnya itu adalah memang anak anak para elit global.
"Yah, orang kaya memang bebas. Sekolahan itu kan seperti milik kalian."
Theon tertawa terbahak bahak. Menurut Theon, Berta berbeda dengan guru yang ada di sekolah tersebut . Dia blak-blakan dan tulus. Tak seperti guru disana yang rata rata penjilat dan tidak mau terlibat. Padahal siswa yang sudah di sekolahan wajib dibimbing, dibina dan diajarkan. Nilai moral yang penting itu mereka kesampingkan. Akan sulit jika terlibat masalah dengan anak anak konglomerat tersebut.
"Saya harap Ibu akan lama berada di sekolah." Theon terlihat tulus.
Kalau benar dia preman sekolah, dia cukup sopan dan punya etika. Beda sekali dengan Stevan, murid yang pernah melecehkannya.
"Memang kita tidak boleh mendengar rumor sebelum kit membuktikan nya ya!"
"...?" Theon mengerutkan keningnya.
"Seperti jangan menilai dari sampul belaka."
Setelah obrolan panjang itu Theon berpamitan. Saat hendak membayar Berta berkata, "Hari ini aku yang traktir!"
"Oh tidak usah, saya saja yang traktir." Theon lalu mengeluarkan black card-nya .
Seketika membuat Berta yang tadinya sudah mengeluarkan lembaran uang kembali memasukkan kembali uangnya.
"Oke!"
Awalnya dia bersimpati kepada masalah Theon, tapi dia sadar kalau dia miskin. Jadi dia tidak jadi merasa terlalu kasihan. Dirinya sendiri lebih memprihatinkan.
Theon pergi dengan motornya.
Berta pun berjalan menuju halte, semua energinya habis rasanya untuk mendengarkan cerita Theon.
Tiba tiba saja Berta kangen dengan kasurnya. Dia mempercepat langkahnya agar cepat sampai terminal, baik bus , pulang dan rebahan.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼