Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepala Pelayan VS Kepala Kebun
"Baik, kalau kau mengerti, Kepala pelayan akan menunjukkan dan menjelaskan pekerjaan mu, mulai hari ini kau akan mulai bekerja."
"Jendral terbiasa patuh, disiplin dan teratur dalam segala hal. Jendral tidak suka orang yang ceroboh dan malas, karena itu kami harap kau dapat bekerja dengan tekun."
"Baik nyonya." Nakki sekali lagi mengangguk mengerti, ia tahu diri ia harus mengikuti aturan di kediaman jendral, sebagaimana kakeknya pernah berkata, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
"Kau boleh keluar, Bibi antarkan ke tempatnya bekerja, beritahu dengan jelas semua pekerjaannya, jangan ada yang terlewat, aku akan mendengar darimu perkembangan selanjutnya."
"Baik nyonya, mari nona Nakki ikut bibi." Kepala pelayan meninggalkan ruangan dan menutup pintu rapat-rapat, diikuti Nakki dibelakangnya yang sibuk berfikir mengapa ia merasakan kalau tatapan itu seakan hendak menelannya.
Mereka berjalan cukup jauh, meski itu bukan hal yang baru bagi Nakki, ia biasa menjelajahi kebun bersama kakeknya seharian.
Mereka akhirnya tiba di bagian paling belakang, dari kediaman yang sangat luas itu.
"Apa pekerjaan ku disini bibi? " Nakki menebak.
"Iya nona, tugas anda disini, jadi pagi-pagi setelah sarapan anda sudah berada disini." Kepala pelayan menjelaskan.
"Anda bertugas di kandang ini. Anda akan memberi makan ayam-ayam ini, kemudian memungut telur-telur yang berserakan kemudian mengisi tempat-tempat minum dan membersihkan kandang, semua peralatan ada di ruang sebelah." bibi menjelaskan
"Anda juga bertugas di kandang sebelah untuk memasukkan rumput ke tempat makan sapi dan kambing-kambing, kecuali kuda, itu bukan tugas Anda, membersihkan kandang sapi dan kuda juga sudah ada yang melakukan."
"Selesai dari kandang ini Anda akan ke kebun, membantu paman Dori membersihkan kebun dari daun-daun berserakan kemudian memetik sayuran maupun buah-buah yang sudah matang lalu membawanya ke gudang persediaan."
"Gudang persediaan disini ada dua, satu gudang untuk keperluan dapur di kediaman Jendral dan satu lagi gudang tempat menyimpan hasil panen yang akan dijual."
Menjual hasil panen buah dari kebun merupakan pekerjaan Jendral yang lain, yang ditangani oleh paman Dori sebagai penanggung jawab.
"Tugas memetik buah untuk dijual bukan tugas Anda nona, tugas Anda hanya yang berhubungan dengan dapur, termasuk menanam benih, merawat dan memanen."
"Anda akan mendapat bimbingan dari paman Dori dalam melakukan pekerjaan tersebut, apa Anda faham?"
"Baik bibi, aku akan bertanya pada paman Dori selanjutnya, terimakasih bibi sudah mengantar sampai disini."
Dari arah belakang muncul seorang pria yang kira-kira berumur 40 tahun dengan membawa beberapa jenis buah ditangannya.
"Nah... itu paman Dori." Kepala pelayan memberitahu.
"Bibi, apa beliau nona muda yang dibawa Tuan Jendral?" tanya paman Dori sesaat setelah berdiri di depan kepala pelayan.
"Betul paman, tolong bimbing nona Nakki melakukan pekerjaannya, itu tugas yang diberikan oleh Nyonya."
Lalu kepala pelayan berbicara berdua dengan paman Dori, Tampak wajah resah terpancar di raut muka paman Dori, wajah itu berkerut-kerut seakan hendak protes, namun kepala pelayan yang memahami situasi segera berucap selagi Nakki yang berkeliling kandang tidak melihat perubahan itu.
"Eh... paman, bukankah kita semua disini bekerja? agar kita tidak malas kita semua beraktivitas, bukan begitu? gadis seperti Nona Nakki perlu mempelajari banyak hal yang membuatnya menjadi gadis cerdas dan cekatan, percayalah ini akan bergunauntuknya." Kepala pelayan meyakinkan meski sesungguhnya hati kecilnya merasa prihatin.
"Cih.... tentu saja semua orang perlu belajar, tapi nona ini sudah diperistri oleh Jendral, banyak hal lain yang bisa dipelajarinya di dalam istana itu, menulis, merajut, menyulam, apa saja, asal bukan di tempat ini." umpat paman Dori setengah berbisik.
"Paman coba ingat posisi mu, tugasmu untuk membimbingnya, banyak telinga disini, jangan menyusahkan dirimu sendiri dengan banyak bicara." tegur kepala pelayan sekali lagi juga setengah berbisik.
"Dan ingat jangan coba mengurangi tugasnya, ada banyak mata-mata nyonya disini, kau akan mendapat kesulitan jika melakukan itu."
"Bibi, kau memang tidak memiliki hati, anak itu masih bocah, apa menurutmu Jendral tidak akan tahu? " tutur paman Dori.
"Jendral tidak akan tahu bila tidak ada yang melapor. Jangan menilaiku Paman, aku cuma menjalankan perintah nyonya." kepala pelayan melototkan matanya kearah paman Dori.
"Takuttt..".ejek paman Dori.
"Kau sudah berubah bibi, apa menjadi kepala pelayan membuatmu merasa hebat?" ejek Paman Dori lagi.
"Paman berhenti mendikte ku, kau tidak tau apa-apa." Sembur kepala pelayan kesal.
"Ah... terserahmulah, aku sudah memperingatkan, untuk kebaikan kita semua, biarkan saja nyonya berlaku demikian, selama tidak melukai nona Nakki, tapi kalau kau mau menolongnya itu urusanmu, resiko tanggung sendiri." Kepala pelayan membalikkan badan.
"Nona Nakki, kemarilah..." panggil bibi pelayan.
"Iya bibi, aku baru melihat-melihat. " Nakki buru-buru menghampiri keduanya sambil menyunggingkan senyum ramah.
"Nah nona, anda kutinggalkan bersama paman Dori, dia yang akan membantumu." (sambil melirik paman Dori), "jadi jangan ragu bertanya bila pekerjaan mu sulit." Kepala pelayan membalikkan tubuhnya, namun sesaat menoleh kembali.
"Oh yah Nona, jangan terlambat kembali ke rumah utama, sore sebelum matahari terbenam anda sudah kembali untuk membersihkan diri, sebelum makan malam." Kepala pelayan mengingatkan.
"Baik bibi, terimakasih sudah mengingatkan, tapi bibi .. ..bagaimana dengan makan siangku?" tanya Nakki polos.
Masa langsung makan malam, makan siang gimana? mana harus kerja keras. (bisik hati kecil Nakki polos).
"Ah iya, anda akan makan siang disana, di ruang makan karyawan kebun, paman Dori yang akan mengajak nanti." tunjuk kepala pelayan.
"Oh begitu, baik bibi, terimakasih sekali lagi." ucap Nakki riang.
"Dasar bocah, lugu dan polos, tidak ada prasangka buruknya sama sekali, padahal dia sudah jadi istri Jendral." Bisik hati paman Dori, merasa kasihan.
Kepala pelayan melangkah pergi dengan perasaan kasihan sekaligus rasa bersalah.
"Maafkan tuan Jendral, tapi ini semua keinginan istri-istri anda, mereka marah dengan keputusan anda menikahi seorang anak gadis, padahal anda baru saja menikahi putri perdana menteri. anda tidak tahu bahkan perdana menteri pun tidak Terima dengan keputusan anda, entah apa yang akan terjadi pada nona muda itu, terpaksa hamba usulkan mempekerjakannya di kebun agar tidak selalu bertemu istri-istri anda, meski selanjutnya hamba yakin, masih ada lagi kejadian buruk yang akan mereka lakukan untuk mencelakainya, maksud anda melindunginya dengan membawanya kemari benar-benar salah karena anda tidak ada disini." Sepanjang jalan kepala pelayan berbicara sendiri dengan berbisik-bisik.
Rasa bersalah sedikit mengganggunya, ia juga berasal dari kampung, ketika dulu diajak bekerja di istana, ia langsung mengiyakan, terbayang enaknya bekerja di istana, yang terkenal dengan semua kemewahan dan ketenaran.
Apalagi ia langsung menjadi pelayan putri perdana menteri yang cantik jelita, ia berjanji akan setia pada putri ini hingga ia merasakan dirinya perlahan berubah mengikuti keinginan tuannya, terlebih setelah ia dipindahkan dan dijadikan hadiah sebagai pelayan di rumah Jendral.
Dimana ia harus menjadi kepala pelayan dan diperintahkan untuk melakukan apapun untuk mencelakai Gadis muda yang merupakan istri Jendral karena sebuah wasiat.