NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Arumi

Di Balik Cadar Arumi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan kisahnya yuk lansung aja kita baca....

Yuk ramaikan...

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, like, subscribe , gife, vote and komen yah....

Teruntuk yang sudah membaca lanjut terus, dan untuk yang belum hayuk segera merapat dan langsung aja ke cerita nya....

Selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Mas." Arumi menegur.

"Kenapa?"

"Mas masih marah lantaran aku nggak jujur."

"Ya, aku marah. Kamu menghabiskan banyak waktuku

Pengakuan Aris baru saja meremas-remas hatinya. Arumi tertunduk, merasa tidak berguna.

"Maaf," ucapnya sangat pelan.

"Nggak usah dipikirin. Kita sudah menjalaninya. Yang penting tidak ada lagi kebohongan setelah ini."

"Nggak ada. Dari awal aku memang berniat mau jujur. Tapibelum ada kesempatan, keburu Mas tau duluan."

"Masa sih? Apa kamu juga akan tetap jujur tentang Nijar seandainya aku tidak mengetahuinya?"

"Ya, aku pasti cerita tentang hubunganku dengan mas Nijar."

Suasana hening kembali. Aris tidak memiliki bahan perbincangan, rasanya garing, juga aneh berbincang berbicara dengan orang yangtidak seide.

"Mas, boleh aku tanya sesuatu?" Suara Arumi tiba-tiba terdengar di antara deru kendaraan.

"Tanyalah," balas Aris.

"Tentang Mas Nijar, darimana Mas Aris mengetahui tentang hubunganku dengannya?"

Aris menghentikan mobil di depan lampu merah, ia menoleh dan menatap Arumi cukup lama. Arumi menundukkan kepala karena merasa Aris tengah mengintimidasi melalui tatapan mata.

"Dia temanku, teman kantor, teman nongkrong, juga teman curhat. Aku mengenalnya lebih duku dibandingkan mengenalmu, bahkan sudah sangat lama. Untuk itulah, aku tidak bisa mempercayai kamu begitu saja. Aku dan Nijar sudah seperti saudara kandung."

Arumi ternganga. Menatap Aris seakan-akan tidak percaya, bahkan ia sampai merespons dengan menggeleng berkali-kali.

"Jadi, selama ini pria yang menikahiku adalah sahabat mas Nijar?" ia membatin.

"Kamu nggak percaya?"

Aris bertanya sambil melajukan mobilnya kembali.

"Percaya."

Rasanya tak berdaya.

Arumi malu sekali Aris mengatakan hal demikian, seakan-akan dirinyalah yang patut dipersalahkan saat ini.

"Maaf, aku sudah membuatmu repot dan menghadapi banyak masalah seperti ini."

"Sama-sama introspeksi diri sajalah. Tidak usah terlalu menuntut, tau sama tau saja. Yang penting sekarang, bagaimana caranya menjelaskan pada Nijar tentang hubungan kita. Dia pasti sangat terluka jikakita mengakui hal yang sebenarnya."

"Sebentar, jadi ... mas Nijar belum mengetahui kalau aku adalah istrimu?"

"Belum, Rum. Dia masih mencari-cari Utari, sampai sekarang."

"Terus, bagaimana Mas Aris tau kalau dia mencariku? Maksudnya, bagaimana Mas tau kalau Utari adalah aku? Mas Nijar belum mengetahui identitas asliku. Aku mengaku sebagai Utari, bukan Arumi .”

Aris terdiam. Jelas saja ia tidak dapat menjawab. Tidak mungkin ia mengaku kalau dirinya telah membuka cadar Arumi tanpa izin. Tidak mungkin juga ia mengaku bahwa ia hafal seluruh bagian dari wajah Arumi bahkan tai lalat di dagu yang menjadi petunjuk utama.

"Mas." Arumi menegurnya.

"Kita lanjutkan Nanti. Tujuan kita sudah kelihatan tuh." Aris menunjuk pagar bercat hitam dengan papan nama sebuah bar di bagian depannya.

.

Keduanya memasuki area bar. Aris memarkirkan kendaraan dibagian kiri, lalu mereka sama-sama turun.

Seseorang langsung menyambut mereka, seorang pria dengan penampilan amburadul, kaos oblong yang sengaja dicincing bagian lengannya hingga menampakkan gambar tato.

Celananya pun bolong di kedua lutut, rambut acak-acakan dan terlihat kusut.

"Farhan!" Arumi meneriakinya. Pria itu tersenyum menyambut kedatangannya.

"Utari ya? Widih... makin kelihatan mulus saja. Eh, dilihat dari matanya lo ya?"

Farhan tertawa, khas laki-laki gaul yang selengean.

Arumi melirik Aris, ada rasa khawatir ketika Farhan menggodanya.

"Eh, sorry. Kita masuk dulu, ngobrol di dalam," ucap Farhan lagi.

Aris dan Arumi mengikuti langkah Farhan yang membawa mereka ke bagian dalam bar. Keadaan sepi, karena siang hari. Hanya ada dua orang cleaning servis yang membereskan tempat itu.

"Duduk. Mau minum apa?" tanya Farhan.

"Tidak usah. Kami nggak akan lama berada di sini." Aris menyela.

"Oh, tenang, Bro. Di sini ada banyak minuman kok, selain birdan anggur. Ada teh, kopi juga ... oh, sorry lagi nih. Mungkin kalian risih dengan tempat ini. Bagaimana kalau kita pindah ke kafe depan. Biar mengobrolnya lebih nyaman." Farhan memiliki ide yang langsung disambut oleh Arumi. Ia melihat Aris memang risih sejak memasuki area bar, meskipun kosong.

Mereka bertiga keluar, berjalan kaki menyeberangi jalan menuju kafe yang letaknya berhadapan dengan bar.

Sampai di tempat itu, masing-masing memesankan minuman yang berbeda, Arumi suka dengan jus jeruk, Aris memesan lemon tea dan Farhan memesan kopi hitam. Sambil menikmati minuman, Aris pun membuka percakapan.

.

"Kita belum berkenalan. Nama saya Aris, suaminya Arumi," ucap Aris. Meskipun terlambat, ia perlu memperkenalkan diri. Sebab, saat ini dirinyalah yang lebih membutuhkan Farhan.

"Nama saya Farhan, temannya Utari. Maaf nih ya, saya biasa memanggilnya Utari. Oh iya, tadi Utari menelepon, katanya ada yang mau kamu tanyakan."

"Ya, benar. Ada yang ingin saya tanyakan mengenai Arumi, em maksudku Utari. Benarkah dia bekerja di sini? Lalu seberapa jauh hubungannya dengan laki-laki bernama Nijar?"

Arumi merasa direndahkan. Aris bahkan tidak segan-segan menanyakan hal-hal yang sensitif. Dadanya nyeri, harga dirinya terlukai.

Arumi memilih izin ke toilet di tengah-tengah perbicangan mereka. Akan lebih baik jika dirinya tidak mendengar. Namun sudah terlanjur, karena semua inti dari pembicaraan itu sudah terkupas seluruhnya di awal-awal perbincangan.

Setelah dua puluh menit di dalam toilet, ia memutuskan keluar. Saat menuju meja mereka, Arumi dikejutkan oleh kedatangan Aris yang berjalanke arahnya. Seorang diri, Farhan sudah tidak ada di meja itu.

"Kita pulang sekarang," ucap Aris tampak terburu-buru.

"Farhan mana? Kalian sudah selesai bicaranya?" tanya Arumi.

"Sudah." Aris menjawab dengan cepat dan singkat.

Arumi segan ingin menanyakan hal lainnya. Ia mengikuti suaminya keluar dari kafe, berjalan menuju halaman bar, dan memasuki mobil yang terparkir di sana.

"Sebenarnya ada apa, Mas? Apa Farhan membuat kesalahan ?" tanya Arumi beranikan diri.

"Tidak ada."

"Kenapa Farhan pergi tanpa menungguku datang?"

"Memangnya kamu siapanya dia? Pacarnya?"

"Mas!"

Mendadak, Aris menginjak rem mendengar Arumi meneriakinya. Arumi yang terkejut dan tanpa mengenakan seal belt hampir saja terantuk dasbor.

"Astagfirullah Mas ...."

Arumi memegangi dadanya yang berdetak hebat karena terkejut.

"Kamu membentakku, Rum?" Aris membanting stir ke kiri sehingga mobil itu berhenti di bahu jalan sebelah kiri.

.

"Tidak, Mas. Aku minta maaf kalau suaraku kencang. Mas ngomong dong kalau ada apa-apa. Jangan diam begini. Aku tuh nggak bisa menebak maunya Mas Aris apa?"

Arumi terisak, pertama kali secara terang-terangan mengeluarkan air mata di depan Aris di saat hatinya sakit dan patah.

1
Bellenav
Buruk
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!