TUAN ARGA

Tubuh Raisa kecil di tarik ibu tirinya keluar rumah, wanita itu membuka pintu mobil dan mendorong tubuh Raisa masuk ke dalam.

"Ibu, kita ke mana? Aku tidak mau ikut Bu." Raisa kecil merengek sambil mengetuk-ngetuk pintu.

Wanita itu diam tidak mempedulikan Raisa kecil yang menangis.

"Diam! Atau aku tidak akan bersikap lembut padamu!" Wanita itu sudah masuk ke dalam mobil. Lalu melajukan mobil.

Aku tidak sudi mengurus anak yang bukan darah dagingku sendiri. Akan sangat merepotkan mengurus dua anak sekaligus. Aku akan memberinya pelajaran supaya dia tahu siapa yang berkuasa di rumah. Jangan salahkan aku ya suamiku jika anakmu ini akan memiliki cacat, siapa suruh kau tidak mau membuang anak ini pada, jadi aku lakukan sendiri.

"Ibu kita mau ke mana?" Raisa kecil bertanya kembali, dia merasa takut tangannya gemetar. Wanita di sampingnya tidak menjawab membuat Raisa semakin ketakutan.

"Ibu."

"Aku bukan ibumu! Berhenti memanggilku seperti itu!"

Kata-kata itu mencekik Raisa, suara rintihan tangisnya sudah tidak bisa di tahan lagi.

Raisa tahu jika ibu tirinya itu tidak menyukai dirinya. Dia sering di marahi dengan alasan yang jelas. Dia sering jadi pelampiasan amarah ibu saat adiknya rewel. Padahal dia tidak tahu apa-apa, meski begitu Raisa tidak pernah mengeluhkan itu. Dia tetap menerimanya dan berharap jika dia melakukan itu ibunya akan menyukai dirinya.

"Kau tau, kau itu hama kecil dalam keluarga kami. Kau sungguh merepotkan! Kenapa kau harus lahir di saat semua orang tidak menginginkan kehadiran dirimu."

Kalimat yang diucapkan oleh ibu tirinya seakan menjadi pisau tajam yang menusuk hatinya. Sakit. Emang boleh anak sekecil itu harus mendengar kata-kata kejam yang keluar dari mulut seorang wanita yang sudah di anggap ibunya sendiri.

Raisa merasakan sesak di dadanya. Kata-kata itu seakan mencekik lehernya dan membunuhnya secara perlahan. Tubuhnya bergetar hebat merasakan ketakutan yang mendominasi.

Sepertinya penderitaan Raisa kecil belum berakhir. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah kebun binatang. Suasananya ramai sekali namun yang terasa oleh Raisa tempat itu begitu menyeramkan. Orang asing berlalu lalang di hadapannya. Ibu terus menyeretnya untuk masuk. Dia membeli 2 tiket untuk dirinya. Lalu menyeret Raisa untuk berjalan lebih maju lagi. Tepat di tengah-tengah, di sana Raisa melihat seekor lumba-lumba yang sedang beraksi menghibur para manusia.

Raisa melihat itu, melihat seekor lumba-lumba yang sedang menatapnya dengan penuh kesedihan. Sepertinya bukan hanya dia yang tersiksa di dunia ini. Lumba-lumba itu juga sama tersiksanya. Ibu melepaskan genggaman tangannya membuat Raisa menoleh, tersadar lagi dengan apa yang menjadi kesedihannya.

"Tunggu di sini ya. Ibu akan membelikanmu makanan dulu. Tadi kau merengek ingin makan bukan? Aku akan kembali." Setelah mengatakan itu Ibu pergi begitu saja mengabaikan raungan Raisa yang terdengar pilu itu.

"Ibu tunggu aku! Jangan tinggalkan akuuu ibuu." Raisa terus berjalan mengikuti kemana langkah ibunya pergi dengan kesusahan menerobos kerumunan orang-orang dewasa.

Tidak ada yang peduli dengan anak kecil yang sedang menangis karna di buang oleh ibu tirinya. Semuanya fokus pada si lumba-lumba.

Namun tak jauh dari sana seorang pemuda laki-laki sedang menatap Raisa.

"Bodoh! Seharusnya kau jangan menyerah. Kejar terus ibumu."

"Iya Tuan muda? Anda mengatakan sesuatu."

"Aku ingin membeli lumba-lumba itu."

"Baik Tuan muda."

Bersambung.....

Apakah kalian menemukan benang merah dari takdir pernikahan Raisa dan Arga????