CERITA PERANG MANUSIA MELAWAN IBLIS.
Augreen adalah seorang sampah dari keluarga Ran yang diusir karena tidak memiliki inti energi, sesuatu yang paling penting bagi seorang manusia untuk mengolah energi alam. Setelah tiga tahun berlalu Augreen kembali dengan satu tujuan, yaitu membuktikan kepada keluarga Ran bahwa dia bukanlah seorang
sampah.
Setelah membuktikan
dirinya kepada keluarga Ran. Augreen akan memenuhi tugas yang diberikan oleh gurunya sebelum sang guru meninggal dunia, yaitu memenggal kepala kaisar iblis dan itu menjadi tujuan terbesarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YT FiksiChannel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konflik Leluhur
Kematian Juke Ran membuat gempar semua orang khususnya keluarga Ran yang sangat tidak percaya. Di sisi lain Augreen menjadi tersangka utama yang membunuh Juke mengingat Augreen pernah mengancam akan membunuh Juke di babak pertama sebelumnya. Tuduhan itu semakin diarahkan kepada Augreen yang merupakan orang pertama yang menyatakan Juke telah mati terbunuh, bahkan menunjukkan lokasi mayat Juke yang mengenaskan.
"Kau kembalilah terlebih dulu, kami akan memeriksanya lebih dalam lagi, lalu memutuskan langkah selanjutnya." Hanzo mengusir Augreen dari ruang kerjanya karena suasana yang sangat panas di dalam ruangan akibat dua kubu yang menuduh dan membelah Augreen atas kematian Juke.
Augreen melirik kakek Hunt dan nenek Lidya yang membelanya sejak awal.
"Pergilah nak, percayalah kepada kami. Kakek akan membantumu apapun yang terjadi, bahkan jika kakek harus melawan mereka semua." Ucap kakek Hunt melirik dua kakek-kakek lainnya yang tidak lain saudaranya sekaligus mantan tetua keluarga Ran.
Augreen tersenyum kecil seperti mengejek melirik dua kakek tersebut.
"Kau..." Mantan tetua kedua kesal melihat senyum kecil Augreen dan ingin menghajarnya sebelum dihentikan mantan tetua ketiga.
"Pergilah!" Perintah Hanzo dingin.
"Terimakasih kepala klan, aku pamit undur diri dulu dan menunggu hasil penyelidikan dengan sabar." Ucap Augreen dengan nada dibuat selembut mungkin.
"Para tetua, dua leluhur, dan... kakek Hunt nenek Lidya aku pamit undur diri." Augreen menyapa seluruh tetua dengan cara yang sama, namun berbeda ketika menyapa kakek dan neneknya.
Baru saja membuka pintu ruangan dan hendak keluar, Augreen dikejutkan dengan ratusan keluarga Ran yang menunggunya di depan ruang kerja kepala keluarga.
"Bunuh bajingan ini!" Pekik salah satu anggota keluarga memprovokasi.
Augreen menatap mereka semua dengan tatapan tajam dan mengeluarkan niat membunuh.
"Ada apa? Apakah kalian percaya aku yang membunuh Juke? Benarkah? Aku terkejut kalian sangat percaya seorang sampah sepertiku memiliki kemampuan untuk membunuh seorang jenius sejati seperti Juke sang dewa waktu?" Tanya Augreen dengan tersenyum menghina menyinggung status sampah.
"Sepertinya seorang sampah selain dihina dan direndahkan, ternyata berguna juga untuk menjadi kambing hitam." Sindir Augreen.
Semua orang terdiam, hingga akhirnya seseorang berteriak lantang. "Bunuh pembunuh itu!"
"Apalagi yang kalian tunggu, cepat bunuh pembunuh itu dan berikan Juke keadilan!" Pekik salah satu anggota memprovokasi anggota keluarga Ran lainnya.
"Iya benar, kita harus memberikan Juke keadilan!" Dukung salah satu anggota.
"Ya, bunuh bajingan ini dan berikan keadilan kepada Juke." Dukung yang lainnya menambah kisruh.
"Bunuh!"
"Bunuh!
"Bunuh!"
"Berikan Juke keadilan, bunuh sampah ini!!!"
Banyak anggota keluarga Ran pada akhirnya menginginkan Augreen dibunuh karena telah membunuh Juke dengan sangat kejam. Mereka bahkan mulai bergerak dan mencoba menangkap Augreen dan menyeretnya keluar dari rumah kepala keluarga untuk di bunuh dengan dipukul rame-rame di panggung gladi kanuragan.
Brashhh!!!
Saat mencoba menangkap Augreen yang hanya tersenyum dan tidak melawan, tiba-tiba suasana jatuh ke titik beku dan membuat ratusan anggota keluarga Ran itu terdiam.
"Apa yang kalian lakukan? Para tetua sedang menyelidiki kasus ini dan belum memutuskan apapun. Tapi kalian sudah bergerak dan mencoba membunuh orang? Sepertinya kalian tidak menghargai para tetua keluarga lagi." Ucap dan tanya tetua kedua dingin melewati kerumunan anggota keluarga.
"Pergilah! Jangan melakukan apapun sebelum kami memutuskan siapa yang membunuh Juke." Pekik tetua kedua mengusir semua orang dengan menghempaskan energi tenaga dalamnya yang baru naik ke ranah kaisar tingkat akhir, lalu masuk ke ruang kerja kepala keluarga.
Tetua kedua yang masuk dalam ruangan tersebut disambut oleh lima orang tetua keluarga, yang tidak lain adalah Hanzo, tetua pertama, tetua ketiga sampai tetua ke lima. Bahkan empat leluhur keluarga juga hadir, mereka adalah kakek Hunt, nenek Lidya, dan dua mantan tetua (tetua era kepala keluarga Hunt Ran sebelum diambil alih oleh Hanzo Ran).
"Kepala keluarga bagaimana penyelidikannya?" Tanya tetua kedua sesaat setelah masuk ke dalam ruangan.
Tetua kedua hampir mual melihat kondisi tubuh Juke yang sangat mengenaskan dengan semua organ vital keluar dan terlihat jelas diatas meja yang berada di tengah-tengah pertemuan.
"Belum menemukan hasil." Balas Hanzo apa adanya.
"Lalu bagaimana dengan lalat perekam, apakah lalat perekam sempat merekam siapa lawan Juke sebelum dikabarkan terbunuh?" Tanya tetua kedua kembali.
"Lalat perekam disingkirkan oleh Juke saat ditengah-tengah babak kedua sedang berlangsung. Jadi kami tidak menemukan apapun selain pertarungan Juke melawan beberapa monster yang sempat terekam lalat perekam." Balas tetua pertama yang bertanggung jawab atas ruang kontrol dimana semua item sihir dan hasilnya dikontrol oleh mereka, salah satunya tangkapan gambar para peserta yang direkam oleh lalat perekam yang merupakan item sihir.
"Lalu bagaimana dengan 17 bawahan mu, apakah mereka melihat proses terbunuhnya Juke?" Tanya tetua kedua kembali.
"Mereka tidak melihat pertarungan Juke, jadi..." Ucap tetua pertama merasa bersalah.
Bang!
Tetua kedua menghancurkan meja di depannya berkeping-keping.
"Lalu apa kegunaan kalian? Semuanya tidak ada satupun yang melihat pertarungan Juke hingga dia terbunuh." Pekik tetua kedua menggelegar di dalam ruangan menunjuk hidung tetua pertama yang menunduk menahan amarah.
"Dasar tidak berguna!" Pekik tetua kedua menendang pintu hingga hancur dan pergi entah kemana.
Para tetua terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa selain menyaksikan nenek Lidya yang sedang memeriksa beberapa hal, seperti sidik jari, jenis energi alam yang membunuh Juke, lalu melakukan beberapa uji coba.
"Hmz..." Nenek Lidya melempar sarung tangannya yang penuh dengan darah.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya kakek Hunt.
Nenek Lidya mendekat dan membisik beberapa kata di telinga kakek Hunt.
"Kau yakin?" Tanya kakek Hunt terkejut.
"Benar, energi yang ada di luka-luka Juke adalah energi tenaga dalam milik Zero. Memang ada energi sihir, tapi aku yakin itu adalah energi sihir Juke itu sendiri." Konfirmasi nenek Lidya dengan berbisik.
"Apa hasilnya?" Tanya mantan tetua keempat dengan sedikit kasar.
"Jangan berbisik, katakan saja apa hasilnya, agar kami dapat membunuh Augreen secepatnya." Ucap mantan tetua keenam yang yakin bahwa Augreen pembunuh Juke.
"Kau salah, orang yang membunuh Juke bukanlah Augreen, tapi Zero." Balas tetua pertama dan mengejutkan semua orang.
"Apa katamu?" Bentak dua mantan tetua tidak percaya.
"Apa kau meragukan teknik bawaanku?" Tanya tetua pertama.
Semua orang terdiam dan akhirnya mengingat kembali kemampuan tetua pertama yang dapat membaca pikiran.
"Sepertinya selama kau ada disini, aku tidak bisa menutup-nutupi kasus ini." Ucap nenek Lidya tersenyum dan memandang semua orang yang terlihat tidak percaya.
"Benar, Juke sepertinya di bunuh oleh Zero. Itu dapat dilihat dengan energi yang Zero tinggalkan di luka-luka Juke." Ucap nenek Lidya membenarkan.
Semua orang terduduk lemas dan tidak percaya pelakunya adalah Zero.
Melihat perlakuan berbeda yang mereka tunjukkan untuk Augreen dan Zero membuat kakek Hunt, nenek Lidya, tetua ketiga, dan tetua kelima yang mendukung Augreen, bahkan Hanzo yang netral sekalipun menunjukkan ekspresi menghina.
"Bagaimana keputusannya?" Tanya Hanzo setelah suasana tenang selama hampir 10 menit lamanya.
"Apalagi? Limpahkan semuanya kepada Augre..." Mantan tetua keempat tidak melanjutkan rencananya ketika mendapatkan tatapan sinis beberapa orang.
"Limpahkan masalah ini kepada orang lain, kita tidak bisa membiarkan Zero dihukum mati, karena Zero adalah salah satu dari empat jenius paling menjanjikan keluarga Ran kita." Lanjut mantan tetua keempat tersebut dengan mudahnya melimpahkan masalah kepada orang lain.
"Augreen juga jenius, dia bahkan lebih jenius dari Juke ataupun Zero." Ucap nenek Lidya tiba-tiba mempromosikan Augreen.
"Dia terlahir sebagai sampah dan sampai kapanpun akan tetap menjadi sampah." Ucap mantan tetua keempat dan keenam bersamaan, tampaknya mereka sangat membenci Augreen hingga ke tulang-tulangnya.
"Kenapa kalian sangat membenci cucuku Augreen? Apakah kalian masih menyesalkan tentang tragedi..." Kakek Hunt berbicara.
"Itu tidak ada sangkut pautnya." Dengus tetua keempat dingin dan hampir melompat menyerang kakek Hunt.
Suasana dalam ruangan kembali memanas antara dua leluhur keluarga Ran.
Bersambung.