NovelToon NovelToon
Clara Sang Primadona SMA

Clara Sang Primadona SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Fantasi Wanita
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nada Mahase

Clara seorang gadis SMA yang sering mendapat bully disekolah nya. Apakah ia mampu bertahan dan menjadi primadona sekolah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nada Mahase, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Pertemuan Tak Terduga

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Clara mulai merasa hidupnya kembali normal. Neneknya telah pulih sepenuhnya, dan situasi keuangan keluarga mereka semakin membaik berkat kerja keras dan dukungan dari teman-teman. Meski Andi masih ada di sekolah, ia tidak lagi berani mengganggu Clara secara langsung, terutama setelah Bu Anita, kepala sekolah, memberikan peringatan keras.

Suatu hari, di perpustakaan sekolah, Clara sedang sibuk mencari bahan untuk tugas sejarahnya. Dia berjalan menyusuri deretan buku sambil melihat satu demi satu judul, berharap menemukan buku yang sesuai. Saat dia akhirnya menemukan buku yang dicari, seseorang dari arah berlawanan juga meraih buku yang sama.

"Oh, maaf," kata Clara sambil menarik tangannya kembali.

Pria yang berdiri di depannya adalah seorang siswa baru. Tinggi, dengan rambut hitam yang sedikit berantakan dan wajah tampan yang tampak sedikit angkuh. Dia menatap Clara dengan mata tajam yang membuatnya merasa sedikit gugup.

"Tidak apa-apa," jawab pria itu sambil tersenyum setengah. "Kelihatannya kita mencari buku yang sama."

Clara tersenyum sopan, mencoba mengabaikan rasa gugupnya. "Aku bisa mencari buku lain. Silakan ambil saja."

Pria itu menggelengkan kepala. "Tidak, kamu duluan saja. Aku bisa menunggu."

Clara merasa lega dan mengambil buku itu dari rak. "Terima kasih. Namaku Clara, by the way."

"Senang bertemu denganmu, Clara. Aku Alex, siswa pindahan dari sekolah lain," jawabnya dengan nada suara yang terdengar santai tapi ada sedikit keangkuhan.

"Senang bertemu denganmu, Alex. Kalau begitu, sampai jumpa," Clara mencoba menyudahi percakapan dan pergi ke meja belajarnya.

 

Di meja belajarnya, Clara berusaha fokus pada tugasnya, tetapi pikirannya terus kembali ke pertemuan dengan Alex. Ada sesuatu tentang pria itu yang menarik perhatiannya, meskipun dia tampak sedikit menyebalkan. Tapi Clara mencoba mengabaikannya dan fokus pada studinya.

Beberapa hari kemudian, Clara sedang duduk di kafe tempatnya bekerja paruh waktu. Saat dia melayani pelanggan, dia melihat Alex masuk. Alex berjalan menuju konter dan tersenyum ketika melihat Clara.

"Hai, Clara. Kamu kerja di sini juga?" tanya Alex dengan nada ramah.

"Ya, aku bekerja paruh waktu di sini," jawab Clara sambil tersenyum. "Mau pesan apa?"

"Aku mau kopi hitam, terima kasih," kata Alex.

Clara mengambil pesanan Alex dan mulai membuat kopi. Sementara itu, Alex berdiri di dekat konter, memperhatikan Clara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu sangat sibuk, ya. Sekolah, kerja paruh waktu, dan semua aktivitas lainnya. Bagaimana kamu bisa mengatur semuanya?" tanya Alex.

Clara tersenyum kecil. "Aku harus. Ada banyak hal yang harus aku lakukan, dan aku tidak bisa membiarkan semuanya berantakan."

Alex mengangguk mengerti. "Aku paham. Kamu benar-benar hebat, Clara."

Clara merasa pipinya sedikit memerah mendengar pujian itu. "Terima kasih, Alex. Itu sangat berarti."

Setelah memberikan kopi pesanan Alex, Clara melanjutkan pekerjaannya. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang muncul setiap kali melihat Alex. Ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya tertarik, meskipun dia merasa Alex agak menyebalkan.

 

Hari-hari berikutnya, Clara dan Alex sering bertemu di perpustakaan dan kafe. Mereka mulai mengobrol lebih banyak dan saling mengenal. Meskipun Alex sering menunjukkan sikap angkuh, Clara menemukan sisi baik dari pria itu. Alex ternyata cerdas dan memiliki banyak pengetahuan tentang berbagai hal. Dia juga memiliki selera humor yang bagus, meskipun terkadang terkesan sarkastik.

Suatu hari, saat mereka sedang belajar bersama di perpustakaan, Alex memutuskan untuk mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan Clara.

"Clara, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," kata Alex dengan nada serius.

Clara menatap Alex dengan penasaran. "Apa itu, Alex?"

Alex menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Sebenarnya, aku pindah ke sekolah ini bukan hanya karena alasan akademis. Ada masalah di sekolah lamaku, dan aku harus keluar dari sana."

Clara merasa terkejut mendengar pengakuan itu. "Masalah apa, Alex? Jika kamu tidak keberatan, tentu saja."

Alex menatap Clara dengan mata penuh penyesalan. "Aku terlibat dalam masalah yang cukup serius dengan beberapa siswa di sekolah lamaku. Mereka adalah orang-orang yang salah, dan aku membuat kesalahan besar dengan terlibat dengan mereka. Itu sebabnya aku dipindahkan ke sini, untuk mendapatkan kesempatan kedua."

Clara merasakan empati yang mendalam terhadap Alex. "Semua orang bisa membuat kesalahan, Alex. Yang penting adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan itu dan menjadi lebih baik."

Alex tersenyum tipis. "Terima kasih, Clara. Kamu benar-benar orang yang baik. Aku sangat menghargai dukunganmu."

Clara merasa terharu mendengar kata-kata Alex. Dia menyadari bahwa di balik sikap angkuh dan menyebalkan Alex, ada seseorang yang sedang berjuang untuk menjadi lebih baik.

 

Suatu sore, setelah selesai bekerja di kafe, Clara dan Alex memutuskan untuk berjalan-jalan di taman. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari impian masa depan hingga kenangan masa kecil.

"Alex, apa impian terbesarmu?" tanya Clara sambil duduk di bangku taman.

Alex menatap langit sore yang mulai memerah. "Aku ingin menjadi penulis. Menulis cerita yang bisa menginspirasi banyak orang. Tapi dengan semua masalah yang aku hadapi, aku merasa impian itu semakin jauh."

Clara tersenyum dan menyentuh tangan Alex dengan lembut. "Jangan pernah menyerah pada impianmu, Alex. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, dan kadang-kadang kita harus melewati banyak rintangan untuk mencapai impian kita."

Alex menatap Clara dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Terima kasih, Clara. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik."

Mereka terus berjalan sambil mengobrol, menikmati kebersamaan yang semakin erat. Clara merasa bahwa meskipun Alex sering menyebalkan, dia adalah orang yang baik di dalam hatinya.

 

Di sekolah, Clara mulai merasa ada perubahan dalam sikap Andi. Meskipun dia tidak lagi secara terang-terangan mengganggu Clara, Andi tampak lebih sering mengamati Clara dan Alex dari kejauhan. Clara merasa cemas, tetapi dia berusaha mengabaikannya dan fokus pada studinya.

Suatu hari, saat Clara dan Alex sedang berjalan di lorong sekolah, Andi tiba-tiba muncul di depan mereka.

"Clara, aku perlu bicara denganmu," kata Andi dengan nada serius.

Clara merasa jantungnya berdebar kencang. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Andi?"

Andi menatap Alex dengan tajam sebelum kembali menatap Clara. "Aku hanya ingin meminta maaf atas semua yang terjadi. Aku sadar aku telah melakukan banyak kesalahan, dan aku ingin memperbaikinya."

Clara merasa bingung dan terkejut. Dia tidak menyangka Andi akan meminta maaf. "Andi, aku... aku menghargai permintaan maafmu. Tapi butuh waktu untuk memperbaiki semuanya."

Alex, yang berada di samping Clara, menatap Andi dengan curiga. "Apa yang kamu rencanakan, Andi?"

Andi menggelengkan kepala. "Aku tidak merencanakan apa-apa, Alex. Aku hanya ingin memperbaiki kesalahan dan memulai lagi."

Clara merasa ada ketulusan dalam kata-kata Andi, tetapi dia tetap berhati-hati. "Baiklah, Andi. Kita lihat saja bagaimana semuanya berjalan."

Andi mengangguk dan berjalan pergi. Clara merasa lega, tetapi dia juga merasa ada sesuatu yang aneh dalam sikap Andi.

 

Beberapa minggu berlalu, dan Clara semakin dekat dengan Alex. Mereka sering belajar bersama, menghabiskan waktu di kafe, dan berbicara tentang banyak hal. Clara merasa bahwa Alex adalah teman yang sangat berharga, meskipun dia sering menunjukkan sisi menyebalkan.

Suatu hari, ketika Clara sedang duduk di taman sekolah, Alex datang dan duduk di sampingnya.

"Clara, aku ingin mengatakan sesuatu yang penting," kata Alex dengan serius.

Clara menatap Alex dengan penasaran. "Apa itu, Alex?"

Alex menghela napas panjang. "Aku tahu aku sering terlihat angkuh dan menyebalkan, tapi itu hanya cara untuk menyembunyikan rasa tidak amanku. Aku benar-benar menghargai persahabatan kita, dan aku ingin kamu tahu bahwa kamu adalah salah satu orang terpenting dalam hidupku."

Clara merasa hatinya melompat. "Terima kasih, Alex. Kamu juga sangat berarti bagiku. Aku senang kita bisa menjadi teman."

Alex tersenyum dan menggenggam tangan Clara. "Terima kasih, Clara. Aku berjanji akan menjadi teman yang lebih baik dan tidak akan membuatmu kecewa."

---

Bersambung

1
Kuroi tenshi
Gemesin banget sih tokoh utamanya, bikin hati meleleh😍
Nada Mahase: Halo kak, makasih ya udah baca, kalau boleh, dukung novel ini ya
total 1 replies
Yukishiro Enishi
Kocak abis
Nada Mahase: makasih kak sudah mau mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!