Permainan Terlarang

damon, dengan penuh kehati-hatian, memindahkan luna ke sofa empuk di ruang tamu, merasakan seolah beban berat di lengannya yang kelelahan akhirnya berkurang. Meski rambut luna tampak kusut dan wajahnya memancarkan kelelahan yang mendalam, keanggunan gadis itu tetap memancarkan daya tarik yang tak tertandingi. damon duduk di sampingnya, tatapannya penuh dengan kekhawatiran dan simpati, menyadari betapa rapuhnya keadaan yang mereka hadapi saat ini.

Dalam kondisi yang sangat lemah dan dirundung kesedihan, luna memulai percakapan dengan nada putus asa, suaranya bergetar. "Mengapa aku selalu merasa berada di jalur yang salah? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan perhatian yang aku impikan, meskipun aku sudah berusaha sekuat tenaga?" Suaranya pecah, kepalanya terkulai di sandaran sofa, menggambarkan betapa dalamnya beban emosional dan kebingungan yang melandanya.

damon, terhanyut dalam rasa empati yang mendalam, merasakan beban emosional yang hampir tak tertahan. Dia sangat menyadari bahwa kondisi mental luna saat ini sangat tidak stabil, dan kehadirannya mungkin hanya memperburuk keadaan. Namun, cara luna mendekatinya, dalam usahanya mencari kenyamanan di tengah kesakitan, membuat damon merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan.

"luna, kamu tidak perlu menunggu pengakuan dari orang lain untuk memahami nilai dirimu yang sesungguhnya," kata damon dengan lembut, suaranya dipenuhi perhatian dan kehangatan, berusaha meredakan kekacauan yang melanda pikiran gadis itu. "Kamu sudah lebih dari cukup sebagaimana adanya. Nilai dirimu tidak bergantung pada pandangan atau penilaian orang lain."

luna menatap damon dengan mata yang berkaca-kaca. "Tapi kenapa aku selalu merasa gagal? Apakah aku tidak cukup cantik? Apakah aku tidak menarik?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya mencerminkan ketidakpastian mendalam dalam dirinya tetapi juga kebutuhan mendesak akan dukungan dan pengakuan yang sangat dirasakannya.

damon, yang semakin merasa tertekan oleh perasaan campur aduknya, menyadari bahwa ini bukan waktu atau tempat yang tepat untuk melanjutkan percakapan lebih lanjut. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak dan penuh kekacauan.

"luna, kamu tidak berada dalam kondisi terbaikmu saat ini. Kamu sangat memerlukan istirahat," ujarnya dengan nada yang tegas namun lembut, menyadari bahwa melanjutkan percakapan ini dalam keadaan luna yang tidak sadar hanya akan memperburuk situasi.

Tiba-tiba, suara elise memecah keheningan tegang. "Apa yang sedang terjadi di sini, damon?"

damon terdiam, diserang rasa bersalah dan ketidakpastian yang mendalam. Dia berbalik, melihat elise berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajam dan penuh kekhawatiran, seolah menyiratkan bahwa ada sesuatu yang sangat serius sedang terjadi.

"Kau benar-benar berniat melanjutkan ini, damon? luna tidak dalam keadaan sadar. Ini bukan tindakan yang sesuai," kata elise dengan tegas, menegaskan apa yang sudah dirasakannya sejak awal.

damon menunduk, merasakan rasa malu yang mendalam meresap ke seluruh tubuhnya. "Kau benar, elise. Aku tidak seharusnya membiarkan diriku terjerumus dalam godaan ini." Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk meninggalkan luna di bawah pengawasan elise, menyadari bahwa keputusan ini adalah yang paling bijaksana dan bermartabat.

"Terima kasih, damon," ujar elise dengan nada lega dan penuh pengertian. "Aku akan mengurusnya dari sini. Kamu telah melakukan yang terbaik."

damon mengangguk, mundur dengan perasaan campur aduk yang mendalam. Dia menyadari bahwa menjaga integritas dan moralitasnya jauh lebih penting daripada menyerah pada dorongan sesaat yang hanya akan menambah beban emosionalnya.

Sementara itu, luna, dalam keadaan yang sangat lemah dan didera kebingungan, melirik damon dengan rasa kekaguman yang mendalam. "Kak damon, jika kulihat dari dekat, kakak tampak sangat tampan." Tangannya dengan lembut menyentuh rahang damon, menyiratkan rasa hormat dan kekaguman yang tulus.

damon merasa frustrasi dan tidak nyaman, berjuang keras untuk menjaga sikap profesionalnya dalam situasi yang sangat menegangkan ini. Dia sadar bahwa melanjutkan percakapan atau tindakan lebih jauh tidaklah pantas atau tepat.

"Segera bawa dia ke kamarnya," kata elise dengan nada tegas dan penuh kendali, "Aku akan mengurus sisanya."

damon mengangguk setuju, menyadari bahwa mengikuti keputusan elise adalah langkah yang benar dan bijaksana. Dengan hati-hati, dia membimbing luna menuju kamarnya, memberikan ruang bagi elise untuk menangani situasi dengan cara yang lebih baik dan sesuai dengan etika.