Istri Berbahaya Tuan Muda

"Berapa luas tanah itu?" Tanya Diana.

"Jangan khawatir, tanah itu sangat luas, sekitar 1000m2," kata Gideon dengan percaya diri.

"Berapa harga tanah di sekitar tempat itu?" Tanya Naomi penasaran akan harga tanah yang dekat dengan tempat pembuangan sampah.

"Adik ipar tidak perlu khawatir, tanah di sana cukup mahal karena rencana pembangunan yang akan dilakukan di sana, seharga 2.500.000 per meter," ucap Gideon.

"Tanah di sana sangat mahal? Itu hampir setara dengan harga tanah di pinggiran ibukota," ucap Adrian sambil mengeluarkan ponselnya untuk menyuruh asistennya langsung Mencari tahu harga tanah di sekitar tempat itu.

Tetapi Diana yang ada di sana, dia tidak tahan lagi, perempuan itu berkata, "Paman tidak perlu menipu kami, Aku sudah mengetahui harga tanah di tempat itu dari sekretarisku. Hanya 250.000 per meter, Bagaimana bisa papan menaikkannya menjadi 2.500.000 per meter?"

"Eh?" Gideon sangat terkejut, dia tidak tahu kalau perempuan di depannya ini akan mengetahui harga tanah di sekitar tempat itu.

Naomi menutup mulutnya dengan satu tangan, dia tidak tahu kalau saudara kandung suaminya sendiri akan menipu mereka sekejam itu.

"Sebaiknya masalah ini dibawa ke pengadilan," kata Adrian sambil mematikan ponselnya membuat mata Gideon melotot.

"Tidak! Tidak! Aku sudah bersalah, aku akan memberikan tanah yang pantas," ucap Gideon akhirnya mengeluarkan ponselnya, pria itu dengan cepat menelepon asistennya sambil menggigit Bibir bawahnya.

'Sial! Kenapa dia bisa tahu harga tanahnya? Seharusnya Adrian juga tidak ada di sini, sekarang aku jadi tidak bisa berkutik lagi,' gerutu Gideon dalam hati.

Sementara Michella yang melihat Kakak pertamanya bahkan tidak mampu melawan Adrian, perempuan itu pun menatap Diana dengan penuh amarah.

'Aku tidak bisa menyerahkan gedung berhargaku itu padanya! Tapi kalau tidak menyerahkannya, aku akan dibawa ke pengadilan,' gerutu Michella dalam hati.

Perempuan itu pusing sendiri memikirkan masalahnya sampai tiba-tiba suara Diana membuatnya tersentak.

"Bukankah Bibi juga harus melakukan sesuatu untuk melunasi utang-utang ini? Katanya Bibi datang kemari untuk melunasi utangnya, tapi sepertinya Bibi tidak punya persiapan? Jika seperti itu, maka aku dan ibuku tidak punya pilihan lain, masalah ini akan kami bawa ke pengadilan," ucap Diana.

"Tentu saja tidak! Aku akan membayarnya hari ini, tunggu sebentar," ucap Michella tidak punya pilihan lain, perempuan itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi suaminya.

Melihat dua orang sedang sibuk berteleponan, maka Diana menatap suaminya, "Sepertinya kau lelah, mau ku antar ke kamar untuk istirahat?" Tanya Diana dengan mata berbinar-binar menatap rindu suaminya.

Tatapan Diana sangat mengganggu pikiran Adrian, 'Kenapa dia terus menatapku seperti itu? Seolah-olah Dia sangat merindukanku. Padahal selama ini kami selalu bersama-sama dan dia tidak pernah memperlihatkan tatapan seperti itu. Aku bahkan terus menahan diri untuk menyentuhnya atau berbicara dengannya karena dia tampak sangat ketakutan setiap kali ada di dekatku,' ucap Adrian dalam hati yang tidak mengerti dengan perubahan tiba-tiba istrinya.

"Tidak apa-apa, aku akan duduk di sini sampai masalah ini selesai," ucap Adrian bersamaan dengan sang asisten yang dari tadi menunggu di luar ruang tamu kini menggigit Bibir bawahnya.

'Ah,,, kami sudah terlambat untuk pertemuan berikutnya, tapi tuan muda malah berkata akan terus berada di sini sampai masalahnya selesai? Padahal dia berkata hanya ingin mampir sebentar melihat istrinya, tapi kenapa jadi sangat lama seperti ini? Lagi pula kenapa aku merasa akhir-akhir ini tuan muda tampak terus melamun dan sikapnya pada istrinya jadi sangat berubah? Hah,, seandainya Jessi tahu kalau kami singgah di rumah istri tuan muda, dia pasti sangat marah,' ucap sang asisten sambil menghela nafas.

Pada saat yang bersamaan, ponsel sang asisten tiba-tiba berdering memperlihatkan nama pemanggil adalah Jessie membuat sang asisten kalang kabut.

'Gila! Seharusnya aku tidak memikirkan perempuan ini, sekarang dia langsung menelepon!' gerutu sang asisten dalam hati sambil mengintip ke dalam ruang tamu di mana Dia melihat Tuan mudanya masih sibuk berbincang dengan Diana.

Maka sang asisten hanya bisa menyingkir dari pintu, dia mengangkat panggilan telepon yang masuk.

Belum saja pria itu berbicara ke seberang telepon, perempuan dari seberang telepon sudah berteriak keras, "kalian di mana?! Sekretaris klien kita menerorku! Gara-gara keterlambatan kalian!"

"I,, itu,, mobil kami mengalami masalah, sekarang ada di bengkel," ucap sang asisten berbohong, Dia tidak ingin terjadi gempa bumi besar kalau sampai perempuan di seberang telepon mengetahui mereka singgah di rumah mertua tuan muda.

"Apa?! Bukankah dua hari yang lalu baru masuk bengkel? Itu mobil baru, Jadi tidak mungkin rusak seperti itu! Apa kau menggunakannya untuk sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan?!" Geram perempuan dari seberang telepon membuat sang asisten menggelengkan kepalanya dengan pasrah.

"Maa, maafkan saya," kata Sang asisten sebelum dia mendengar nada panggilan telepon yang diputus secara sepihak.

Tut tut tut...

"Hah,,," sang asisten menghela nafas, "sepertinya hanya aku saja yang mengetahui sifat asli perempuan ini. Di hadapan orang lain, dia terlihat sangat lembut dan bertutur kata yang sangat sopan, tapi kenapa saat berhubungan denganku dan para bawahannya yang lain, dia berubah jadi kucing garong?!" Gerutu sang asisten sambil menyimpan ponsel ke dalam sakunya.