NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Basket

"Wah, ini rumahku?" Radit berdiri terpana di depan rumah megah berarsitektur modern dengan dinding kaca besar yang memamerkan pemandangan dalam rumah yang elegan.

Reyna melirik Radit yang masih melongo. "Sepertinya kita harus pergi ke rumah sakit. Kamu bahkan lupa dengan rumahmu." Dia sedikit khawatir, bahkan Radit terlihat sangat berbeda dari biasanya. Dia tidak pernah seantusias ini, untuk apapun.

Radit terkekeh, "Tidak perlu. Ayo masuk."

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah yang megah, di mana lantai marmer putih berkilau menyambut mereka. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit tinggi, memancarkan cahaya lembut yang menerangi ruang tamu yang luas. Furnitur mewah tertata rapi, dengan sentuhan warna-warna netral yang elegan. Dinding-dinding dihiasi dengan lukisan-lukisan abstrak dan foto-foto hitam-putih yang artistik.

Radit melihat sekeliling dengan kagum, memperhatikan detail-detail dengan takjub. Reyna menyadari itu. Radit, yang biasanya cuek dan dingin, kini seperti orang yang berbeda. Ada binar yang terpancar dari matanya, sesuatu yang tak pernah Reyna lihat sebelumnya. Dia terlalu ceria untuk Radit yang biasa bersikap cool!

"Sepertinya Bi Siti sedang keluar. Kamu istirahatlah, aku harus kembali ke sekolah." Reyna berkata kepada Radit yang sedang meraba sofa yang didudukinya.

"Kenapa tidak membolos saja?"

"Radit." Nada datar dan tegas itu, Radit jadi tidak bisa membantah.

"Baiklah, baiklah. Tapi aku masih sangat pusing, dan perutku lapar tapi Bi Siti bahkan tidak di sini," jawab Radit, memasang wajah memelas.

Reyna menghela napas. "Oke, aku akan membuatkan sesuatu untukmu sebelum pergi. Tapi hanya kali ini saja, ya?"

Radit tersenyum lebar. "Oke!"

Mau bagaimana lagi, Radit tidak bisa menahan wanita itu untuk bersamanya lebih lama lagi.

...****************...

Keesokan harinya, pelajaran olahraga untuk dua kelas, yaitu kelas B dan D, digabung menjadi satu. Tidak ada guru yang mengawasi, jadi mereka memutuskan untuk bertanding Basket. Selain siswa yang melakukan tanding, yang lainnya menjadi suporter untuk masing-masing kelas.

Reyna dan Bulan, duduk di pinggir lapangan, mengobrol sambil sesekali memperhatikan ke arah lapangan dimana pertandingan sebentar lagi berlangsung. Mereka membawa botol minuman, menikmati waktu luang ini dengan santai.

"Diantara mantan dan gebetan, siapa yang kamu dukung?" tanya Bulan setelah meminum seteguk es tehnya.

"Siapa yang kamu maksud?" Reyna mengerutkan keningnya, belum menyadari arah pembicaraan Bulan.

"Radit, yang belum lama menjadi mantan, atau Bintang si murid baru yang tertarik padamu," jawab Bulan dengan nada menggoda.

"O-omong kosong apa yang kamu bicarakan? Tentu saja aku mendukung kelas kita untuk menang," balas Reyna dengan cepat, wajahnya sedikit memerah.

"Kalau begitu Bintang orangnya."

"Apa? Jangan membuat gosip murahan seperti itu!" Reyna menegur, melihat sekitar memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

Bulan tertawa, "Lagipula bukankah Radit tidak begitu ahli dalam basket? Dia pemain sepak bola."

"Hm, tapi dia satu tim dengan Bumi, ketua tim basket." Reyna menjawab sambil melirik ke arah lapangan, di mana para pemain sudah bersiap-siap.

Di sisi lapangan yang lain, Radit dan timnya sedang melakukan pemanasan. Radit, yang dikenal lebih jago dalam sepak bola bersikeras untuk ikut dalam pertandingan ini, menjanjikan kemenangan kepada teman sekelasnya dengan penuh keyakinan.

Tidak jauh dari sana, Bintang juga tak ingin kalah. Di sekolah lamanya, dia adalah ace yang selalu menjadi andalan timnya. Saat dia melakukan pemanasan, gerakannya terlihat lincah dan penuh percaya diri, menarik perhatian banyak penonton.

Siswa dari kelas lain dipilih sebagai wasit, meniup peluit tanda dimulainya pertandingan. Bola dilempar ke udara, dan kedua tim bersaing untuk mendapatkan penguasaan pertama. Radit berhasil menangkap bola dan segera menggiringnya menuju ring lawan. Dengan lincah, dia menghindari penjagaan Bintang dan memberikan umpan kepada temannya, Bumi, yang dengan sigap memasukkan bola ke dalam keranjang. Skor pertama diraih oleh kelas D, membuat teman sekelas mereka bersorak gembira.

"Radit bermain dengan sangat baik. Apakah dia memang selalu sejago ini?" Bulan mewakili apa yang dipikirkan Reyna. Yang dia tau, Radit tidak terlalu suka basket. Apakah masuk akal jika seseorang ahli dalam sesuatu yang tidak disukainya?

Pertandingan berlangsung sengit. kelas B berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan. Akhirnya mereka berhasil mencetak beberapa poin. Namun, pertahanan kelas D sangat kuat. Mereka bermain dengan koordinasi yang baik, saling memberi dukungan dan menjaga posisi masing-masing. Setiap kali Bintang berusaha menyerang, pemain dari kelas D selalu berhasil menghalau serangan tersebut.

Di babak kedua, Radit semakin menunjukkan dominasinya. Dia, dengan keahliannya menggiring bola sampai berhasil melakukan beberapa lay-up dan tembakan tiga poin yang membuat penonton bersorak sorai. Di sisi lain, kelas B belum mau menyerah. Mereka terus berjuang, memberikan perlawanan sengit.

Pada satu momen penting, Bintang berhasil memotong umpan dari tim kelas D dan langsung berlari ke arah ring. Dengan kecepatan kilat, dia melompat dan melakukan slam dunk yang keren. Sorak sorai dan tepuk tangan bergemuruh dari penonton.

Waktu terus berjalan, dan pertandingan semakin mendekati akhir. Skor sementara menunjukkan keunggulan tipis untuk kelas D. Di detik-detik terakhir, Radit berhasil mencuri bola dari Bintang dan menggiringnya dengan cepat ke arah ring. Dia melompat tinggi dan melakukan dunk, menambah poin untuk timnya.

Peluit panjang berbunyi, menandakan berakhirnya pertandingan. kelas D berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 58-54. Sorak sorai dan tepuk tangan dari kelas D menggema di lapangan.

Bintang berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya terengah-engah. Wajahnya menunjukkan ekspresi campuran antara kelelahan dan kekecewaan. Matanya menatap tajam ke arah papan skor, seolah tidak percaya bahwa mereka telah kalah.

"Ini bukan pertandingan resmi. Ada apa denganmu? Kenapa terlihat sangat kecewa?" tanya salah satu temannya, Haris, sambil menepuk bahu Bintang.

Bintang menggeleng sambil tersenyum tipis, dalam hatinya dia masih tidak terima kalah dari Radit. Kemarin dia sudah kalah dalam berdebat dengannya, sekarang dia kalah lagi. Bintang menghela napas.

Reyna, yang melihat interaksi itu dari kejauhan, merasa simpati. "Bintang tampak sangat kecewa," gumamnya kepada Bulan.

"Tentu saja, dia pasti kecewa karena kalah melawan mantanmu."

"Hentikan omong kosongmu!" Reyna memelototi Bulan, yang dibalas tawa oleh wanita itu.

Reyna kemudian melangkah mendekati Bintang. "Bintang," panggilnya lembut.

Laki-laki itu menoleh, tersenyum tipis padanya. "Aku kalah," adunya dengan nada lemah.

Reyna menatapnya penuh simpati. "Ini hanya permainan, tidak apa-apa kalah. Kamu sangat kompetitif ya," ujarnya mencoba menghibur.

Bintang mengangguk perlahan. "Ya, lumayan," jawabnya, berusaha tersenyum meski kekecewaan masih tampak di matanya.

Reyna melihat keringat yang mengalir di wajah Bintang dan mengambil botol minuman dari tasnya. "Ini, minum dulu," katanya sambil menyerahkan botol tersebut kepada Bintang.

Bintang mengambil botol itu dengan senyum lebih cerah. "Terima kasih, Reyna," katanya sambil membuka tutup botol dan meminum airnya. Ia merasa sedikit lebih baik setelah meneguk beberapa kali.

Radit, yang sedang merayakan kemenangan bersama timnya, melihat ke arah Reyna dan Bintang. Dia menyipitkan mata sedikit, melihat interaksi antara keduanya. Meskipun dia berusaha menyembunyikannya, ada sedikit rasa tidak senang yang muncul.

""

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

""

"Kamu hanya perlu melihat."

1
Mayo23
sistemnnya ngamuk
Mayo23
nah loh udah ketahuan
Mayo23
lucu bgt marahnya
Mayo23
Jangan jangam jodohnya sama si luna, ktemu mulu
Mayo23
wkwk.. suami takut istri nih
Mayo23
Reyna cpet bgt sadarnya
Mayo23
tipe tipe yandere nggk sih
Mayo23
cemburu kah
Mayo23
Jangan-jangan si nenek ada hubungannya
Mayo23
kalo gitu bisa dinamakan plot twice yang mengecewakan
Mayo23
Sampai sini, lumayan menarik
aca
masih teka teki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!