sudah jatuh tertimpa tangga, itulah istilah yang tepat bagi nasib Ridho seorang pemuda miskin.
Baru beberapa hari di tinggal mati ayah nya Intan sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka, dan memilih kawin dengan pemuda kaya dari kota.
Dalam kehancuran hati nya, Ridho pergi ke kota, membawa peruntungan nasib nya.
Di kota, takdir membawa nya harus menikahi Anastasya seorang dara cantik, namun sangat angkuh dan arogan.
Anastasya yang tidak menyukai Ridho, berusaha menyingkirkan pemuda itu dari kehidupan nya.
Disaat hati Ridho mulai putus asa, muncul Rita yang memberi nya semangat hidup dan bangkit kembali.
Namun di saat Ridho dan Rita mulai akrab, justru benih cinta mulai bersemi di hati Anastasya.
Bagai mana Ridho mengatasi kedua nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Pria Tua.
"Ayo hajar dia!" terdengar aba aba dari pemuda yang bicara tadi.
Ke empat pemuda itu segera bergerak menyerang Ridho dari empat arah.
Untung saja Ridho di bekali pak Firman ayah nya dengan seni bela diri pencak silat Macan Putih semenjak kelas satu SD, hingga lulus SMK.
Ayah Ridho sewaktu muda nya, adalah pemegang sabuk hitam pencak silat Macan Putih, dan termasuk atlet pencak silat andalan negara, dan sering mengharumkan nama negara nya di kancah internasional.
Bersama Guntur, dia setiap pagi dan sore hari berlatih di halaman pondok nya, sewaktu ayah nya masih sehat.
Namun kebiasaan sang ayah yang perokok berat, membuat paru paru nya tidak mampu bertahan lagi pada akhirnya.
Ke empat orang pemuda itu segera bergerak menyarangkan pisau mereka kearah perut, dan dada Ridho.
Ridho bergerak menghindar dengan berkelit ke kanan, sambil mengirimkan tendangan maut nya kearah perut pemuda Disamping kanan, sambil menangkap pergelangan tangan kanan pemuda yang tadi berada di belakang nya, lalu dengan pergelangan tangan kiri nya, memukul siku pemuda itu.
"Buk!" ....
"Prak!" ....
Bersamaan dengan tendangan nya yang bersarang di perut pria di samping kanan, siku pemuda yang tadi di belakangnya pun terkulai patah melawan arah lipatan siku nya.
Pisau pemuda itu terlepas jatuh ditanah, dengan jeritan kesakitan meluncur begitu saja keluar dari mulut pemuda itu.
Sedangkan pemuda yang tadi berada di sebelah kanan nya kini terpelanting sejauh beberapa meter, tanpa bisa bangkit lagi, memegangi perut nya yang serasa dihantam banteng gila.
Pemuda di kiri dan di depan saling pandang satu sama lain nya, lalu bergerak ke kiri dan kanan Ridho , menyerang dengan pisau mereka yang telah terhunus itu.
Ridho segera memegang pergelangan tangan pemuda yang menyerang dari sisi kanan sambil mengirimkan tendangan menyamping kearah dada pemuda yang berada di samping kiri.
"Buk!" ....
Tendangan itu mendarat dengan mulus nya di dada pemuda itu, yang membuat tubuh nya terhempas kebelakang, sambil meraung Raung karena kesakitan dan sesak nafas.
Sedangkan pemuda yang berada di sebelah kanan, bercermin dari pengalaman teman nya yang patah sendiri tangan nya tadi, segera menemukan siku tangan nya.
Namun ternyata Ridho tidak menyerang siku tangan nya , tetapi menghantamkan tendangan nya pada adik kecil pemuda itu.
"Buk!" ....
"Adoooooowww!" ....
jerit pemuda itu menahan azab luar biasa karena adik kecil nya yang imut itu harus mengalami kekerasan luar biasa.
Dengan saling membantu, ke empat pemuda itu segera melarikan diri nya dengan motor mereka.
"Kakek tida apa apa?" tanya Ridho menghampiri pria tua itu.
"Terimakasih nak, nyaris saja kakek menjadi korban kejahatan anak anak muda itu, terimakasih nak, kau menyelamatkan nyawa kakek, kalau saja anak tidak ada, nyawa kakek pasti sudah melayang" kata pria tua itu.
"Ah sudahlah kek, saya cuma menjalankan kewajiban saya, oh ya kek ada apa kakek berhenti di tempat sepi seperti ini?, ini kan bahaya kek?" tanya Ridho heran.
Pria tua itu meskipun memiliki rambut yang sudah putih semua, namun kulit wajah nya masih terlihat kencang, tidak kisut.
"Berhenti?, siapa yang sengaja berhenti nak, mobil ini yang tiba tiba saja mogok, lagian mobil ini mogok nya pinter, nyari tempat sepi segala" sahut pria tua itu sedikit guyon.
"Kalau kakek percaya sama saya, maukah kakek saya lihat apa kerusakan mobil kakek?" tanya Ridho .
"Tentu saja nak, ini lihat lah, apa kerusakan nya" kata pria tua itu lagi.
"Baiklah kek, kakek masuklah kedalam mobil, dan buka kunci kap nya" ujar Ridho.
Tanpa membantah, pria tua itu segera masuk kedalam mobil nya,membuka kunci kap mobil itu.
Setelah beberapa saat lama nya, Ridho memeriksa kerusakan mobil kakek itu.
"coba starter kek!" terdengar suara dari Ridho di depan.
Pria tua itu segera menghidup kan mesin mobil nya, dan hanya sekali starter, mesin mobil pun langsung nyala.
Namun pria tua itu tidak langsung pergi, tetapi keluar dari mobil nya, dan mengajak Ridho duduk di bangku taman.
"Nama nya siapa nak?" tanya pria tua itu.
"Nama saya Ridho kek" .
"Panggil saja saya kakek Syarkawi nak, nak Ridho sudah kerja apa kuliah?" tanya kakek Syarkawi lagi.
"Saya kerja kek, jadi marbot di mesjid Nurul iman di kampung dalam kek" sahut Ridho.
"Kenapa tidak kejadian di bengkel saja sesuai dengan keahlian nya?" tanya kakek Syarkawi.
"Saya datang dari Desa tidak begitu lama kek, lagi pula mencari kerja kan susah kek" ....
Kakek Syarkawi termenung beberapa saat, lalu mengangguk anggukan kepala nya, mengeluarkan sepuluh lembar ratusan ribu untuk Ridho.
"Maaf kek, saya tidak kerja hanya menolong saja kek, saya tidak bisa menerima nya kek" sahut Ridho menolak pemberian dari kakek Syarkawi.
"Ini bukan upah nak, sekedar rasa terimakasih saya saja" paksa kakek Syarkawi.
"Kek!, saya ikhlas, Disamping perlu makan, saya juga perlu amal kan kek, untuk bekal saya di alam sana kelak, umur bukan di tangan saya, Allah yang pegang, saya takut kelak saya mati tidak membawa apa apa, simpanlah kek, saya ikhlas menolong kakek" ucap Ridho tetap menolak.
Kakek Syarkawi termenung, kata kata Ridho seperti menampar hati nya.
"Kek!, kakek marah?" tanya Ridho lagi.
"Ah, ti… tidak nak, tidak, hanya saja kata kata mu tadi seperti siraman air yang membangunkan kakek dari tidur kakek selama ini, kau benar nak, hidup di Dunia ini tidak hanya mengejar harta dan kemewahan, yang utama adalah mengumpulkan bekal di alam baka kelak, justru harta yang banyak akan memperberat hisab kakek kelak" kata kakek Syarkawi sendu.
"Harta, pangkat, kedudukan, adalah kebahagiaan Dunia, yang sekejap mata akan kita tinggalkan, harta yang hakiki adalah amal kebajikan, maaf bukan maksud saya menggurui kakek, saya masih bodoh, tetapi dalam pemikiran saya, seperti itu kek" ucap Ridho.
Mata kakek Syarkawi nampak berkaca kaca menatap kearah Ridho, belum pernah pria tua itu merasa seperti sekarang ini. Hati nya benar benar seperti di tegur dengan begitu keras nya.
Dia yang selama ini selalu mengejar Dunia, kini seperti baru tersadar, jika besok atau lusa hidup nya selesai, apa yang dia bawa sebagai bekal hidup di alam akhirat kelak.
Harta benda yang banyak, uang simpanan dimana mana, jika kelak dia mati hanya akan menjadi rebutan putra putri serta cucu cucu nya saja, bekal nya cuma dosa semata.
"Ya Allah, hamba telah lalai selama ini, beri hamba kesempatan sekali lagi ya Allah!" desah pria tua itu meneteskan air mata nya.
"Mau temenin kakek ngopi nak?" tanya kakek Syarkawi.
"Warung kopi jauh kek, harus masuk ke kampung dalam dulu kek, baru ada warung kopi, kalau Kafe sih lebih jauh lagi" ujar Ridho.
"Bisa bawa mobil nak?" tanya kakek Syarkawi.
"Bisa kek" ....
"Metik bisa?" ....
"Metik, manual, bahkan bis Ridho pernah bawa kek, dulu di Desa Ridho selepas lulus dari SMK, ikut kerja di bengkel mang Leman, karena kebetulan magang nya di bengkel mamang itu, nah setiap kali rayen mobil yang sudah di perbaiki, saya yang nyupirin kek, karena mang Leman memiliki keterbatasan pisik, sehingga lama kelamaan saya mahir, sampai sampai sama mang Leman, saya dibuatkan sim kek" Ridho bercerita kepada kakek Syarkawi.
"Kalau begitu, kau bawa mobil nya, kita ngopi di warung kopi di kampung dalam" pinta kakek Syarkawi.
Sebenar nya orang tua itu tidak pernah minum di warung kecil, tetapi entah mengapa, bersama Ridho, kakek Syarkawi merasa ada satu kesenangan lain dengan kesederhanaan dan keluguan anak muda itu.
Ridho membawa mobil kakek Syarkawi masuk ke kampung dalam.
Didekat Mesjid, ada warung Mak Ijah, jualan kopi dan gorengan serta nasi bungkus.
Tanpa ragu ragu, kakek Syarkawi keluar dari mobil, dan duduk di warung kopi pinggir jalan bersama Ridho.
Mungkin seandainya nya ada putra putri nya yang melihat kelakuan orang tua itu, mereka bakalan heran setengah mati.
Memang meskipun sudah tua, tetapi PT Agung Mangandara Group yang membawahi beberapa bidang usaha, tetap beliau pegang sendiri, sebagai presiden sekaligus owner nya.
Bahkan cucu cucu beliau, telah memegang usaha masing masing, ada di bidang perkebunan, peternakan, pertambangan, pelayaran, penerbangan, minyak dan rumah sakit serta lain nya.
...****************...
