Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shock Theraphy
Kanaya masih terdiam mendengar penawaran Galan yang begitu manis. Suasana malam semakin mendekap layaknya kata-kata yang terdengar begitu syahdu. Bintang yang bertebar seakan ikut merasakan hati Kanaya yang menjadi riang. Tidak ada keraguan lagi dalam menjawab sebuah pertanyaan yang mungkin tidak akan terulang. Keyakinan demi keyakinan semakin menerpa dalam memutuskan untuk memilih sosok siapa yang pantas dalam mendampingi hidupnya.
Dulu Kanaya benar-benar bermimpi kalau dia akan menikah dengan seorang Dafandra. Meski pun hubungan dia tidak begitu baik tapi mimpi yang ditanamkan oleh Dafandra memang melekat. Tidak usah dipungkiri bagi setiap perempuan yang dijanjikan manis oleh pasangannya untuk menikah pasti saja akan senang dan mendamba-dambakannya. Dafandra pernah membahas soal pernikahan walau sedikit. Tapi itu membuat Kanaya menjadi senang apalagi tipikal dia yang selalu menganggap setiap hubungannya selalu serius.
Tidak pernah sekalipun Kanaya berpikir akan putus begitu saja dalam menjalani sebuah hubungan. Tapi ternyata hubungan Dafandra begitu mengiris hatinya dan malah membuat luka yang berkepanjangan. Dia membuang Kanaya begitu saja dengan memutuskan sebelah pihak. Dan semua luka Kanaya diobati dengan cara baik oleh seorang Galan yang menunggu jawabannya di hadapan dia saat ini.
Kanaya tersenyum dengan sangat bahagianya. Dia menganggukkan kepala. "Aku mau. Aku mau menjadi istri dari Galan Farrabi Altezza." ucap Kanaya yakin.
Meski dia masih ingin memikirkan keputusannya seperti yang tadi dia sampaikan sama Galan tapi jawaban yang dia berikan saat ini adalah keyakinannya yang sudah matang. Kanaya benar-benar tidak mau kehilangan Galan yang sudah mengisi hati dia selama dua tahun. Tidak ada selain Galan yang ada di dalam pikiran Kanaya.
"Oke. Aku bakal siapin semuanya. Tiga bulan lagi dari sekarang ya." Galan tersenyum kecil dan mengecup kening Kanaya dengan sangat lembut.
Dia bernafas lega mendengar jawaban Kanaya yang sangat meyakinkan. Padahal tadi dia sempat ragu kalau Kanaya akan menolak penawaran dia. Apalagi tadi dia mendengar Dari mulut Kanaya sendiri kalau dia akan memikirkan kembali tapi sekarang Kanaya menyetujui dia. Galan benar-benar senang mendengar jawaban Kanaya.
"Tapi mama sama papa gimana?" tanya Kanaya kemudian. Dia bersandar dan sedikit menghela nafas mengingat Natha dan juga papanya yang pasti tidak akan menyetujui keputusan Galan.
Natha memang ingin kalau Kanaya bisa bersanding dengan Galan daripada Dafandra. Sikap Dafandra yang suka membuat Kanaya terlihat galau bikin dia sama sekali tidak bisa menyukai Dafandra. Apalagi sikap dia yang sangat selengean dan suka tebar pesona. Natha pernah menasehati Kanaya untuk menyuruh dia meninggalkan Dafandra tapi Kanaya tetap keras kepala. Akhirnya Natha berusaha mengikuti Kanaya karena bagaimana pun dia juga tidak mau mengatur Kanaya apalagi perihal perasaannya. Dia yakin kalau Kanaya bisa memilih mana yang terbaik buat dirinya dan mana yang tidak.
Sampai akhirnya dia mendengar kalau Kanaya sudah putus dengan Dafandra dan itu sangat melegakan hatinya. Perpisahan Kanaya dan Dafandra adalah berita yang melegakan buat dia dan sang suami. Meski itu adalah berita yang menyenangkan tapi Natha juga turut prihatin melihat Kanaya yang jadi bermurung diri. Dia suka sedih dan banyak menyendiri di kamar. Sudah berapa kali Natha mencoba menghibur tapi Kanaya hanya riang sebentar dan kembali bersedih.
Dan selang berapa lama kemudian Kanaya mengenalkan seorang Galan yang dia bawa ke rumahnya. Natha dan sang suami senang sekali melihat Galan yang begitu terlihat dewasa dan bisa membuat hati Kanaya kembali pulih. Galan yang selalu perhatian pada Kanaya dan juga keluarga adalah nilai tambahan buat Natha. Dia bersyukur Kanaya mendapatkan seorang Galan dalam hidupnya apalagi keputusan Galan yang pernah membicarakan kalau dia ingin menjalin hubungan yang serius. Natha dan sang suami semakin bahagia mendengar arah pembicaraan Galan. Tapi dia juga memberikan sedikit nasehat yang harus Galan turuti. Galan boleh menikah dengan Kanaya asal dia sudah lulus kuliah.
Natha nggak mau masalah pernikahan bisa menjadikan beban bagi Kanaya apalagi dia sudah semester akhir. Meski dia yakin kalau Kanaya bisa mengatasinya tapi Natha punya keputusan sendiri yang harus Galan dan Kanaya ikuti.
"Nanti aku coba yakini mama lagi ya." nada Galan berusaha menenangkan Kanaya.
Galan juga tahu kalau Natha mungkin akan keberatan dengan keputusannya apalagi Galan malah memajukan untuk menikah tiga bulan lagi. Tapi dia yakin kalau dia meyakini Natha untuk menikahi Kanaya secepatnya.
***
"Kamu hamillllllll?!" tanya Natha yang terkejut banget.
Natha masih tidak menyangka mendengar ucapan Galan yang ingin buru-buru menikahi anak semata wayangnya itu.
"Ihhh mama! Sembarangan banget sih mulutnya kayak cabe rawit!" Kanaya merengut manyun mendengar Natha yang jadi mengira dia hamil. Gara-gara Galan membicarakan keputusannya yang ingin menikahi dia tiga bulan lagi membuat Natha langsung berpikir kalau dia sedang hamil. Dasar mama nih!
Sementara Galan malah menahan tawa melihat Natha yang terang-terangan menuduh Kanaya.
"Galan kamu kurang ajar ya! Nggak sabar sebentar main hamilin anak tante aja! Kamu juga Kanaya bisa-bisanya kamu mau ngelakuinnya sebelum kamu nikah?!" Natha masih nyerocos dengan segala tuduhannya. Raut yang serius dan juga kecewa tapi dia tidak tahu harus melakukan apalagi karena Kanaya sudah hamil.
"Mamaaaaaa ihhh! Aku tuh nggak hamil tau! Kebanyakan masak jadi mulutnya kayak kompor!" Kanaya mendengus kesal melihat Natha yang susah banget percaya. Galan malah cekikikan geli. Bukannya membela Kanaya tapi dia malah tertawa-tawa di sebelah Kanaya.
"Awwww!" Galan meringis karena Kanaya mencubit kaki Galan dengan dengan kesal.
"Jelasin nggak! Udah berapa bulan kamu?!" tanya Natha semakin serius.
Kanaya menghembuskan nafasnya kasar. Capek emang kalau Natha lagi curiga pasti dia nggak mau dijelasin. Bakalan nyerocos aja terus sampai keringetan. Galan berusaha meredakan tawa dia karena Kanaya sudah mengancam ingin mencubit dia lagi dan memelototinya. Dia sedikit memajukan posisi duduknya untuk berbicara dengan Natha yang masih kesal melihat kelakuan Kanaya dan juga dirinya.
"Tante Natha maaf sebelumnya. Soal keputusan Galan yang ingin menikahi Kanaya tiga bulan lagi itu nggak ada hubungannya sama Kanaya yang hamil karena dia memang nggak hamil, Tante. Tapi keputusan ini dibuat karena keinginan Galan yang mau menikahi Kanaya secepatnya. Karena ada baiknya hubungan yang Galan jalani bersama Kanaya selama ini bisa disematkan dalam sebuah pernikahan untuk menghindari omongan sekitar yang bisa kemana-mana." ungkap Galan dengan senyumannya.
Natha terdiam sejenak mendengar ungkapan Galan yang sangat serius dan meyakinkan dirinya. Dia memang pernah mendengar keinginan Galan yang menikahi Kanaya. Waktu itu Galan pernah datang tanpa ada Kanaya di sebelah dia. Mengunjugi ke rumah seperti biasanya dan juga membawakan beberapa makanan. Galan sempat membicarakan keseriusannya di depan Natha dan sang suami. Dia ingin mendapatkan sebuah restu walau restu itu sudah Natha berikan dalam hati dan juga doanya.
Natha bangga melihat keseriusan Galan yang menjalani hubungannya bersama Kanaya. Bahkan dia bisa membicarakan hal seserius itu tanpa ada Kanaya meski dia yakin kalau Galan akan memberitahukannya setelah pertemuan waktu itu. Dia melihat keberanian dan tanggung jawab dari sosok dirinya yang selalu membuat Natha terkesima. Suami Natha juga sering membicarakan Galan kalau mereka sedang bercengkerama sambil menyeruput teh hangat di sore hari. Tapi Natha masih sangat ingin mengenal Galan lebih dalam karena bagaimana pun dia akan menjadi suami Kanaya selamanya.
Tidak ada keraguan dalam dirinya untuk mengenal Galan lebih jauh. Tapi Natha masih tidak ingin salah langkah apalagi terburu-buru dalam memutuskan semuanya. Bagaimana pun dia adalah sosok laki-laki yang sangat pantas untuk putrinya.
Mendengar keputusan Galan kali ini membuat Natha semakin berpikir. Memang benar apa yang disampaikan oleh Galan. Tidak baik berlama-lama berhubungan apalagi omongan orang akan semakin terdengar. Melihat Kanaya yang suka diantar Galan dan bisa jadi waktunya juga larut malam kalau dia lagi ada tugas. Meski Natha tidak mau memusingkan apa tanggapan orang sekitar tapi pemikiran Galan menjadi petimbangan besar untuk Natha sekarang ini. Mungkin keputusan Galan adalah suatu kebaikan untuk hidup Kanaya agar dia bisa lebih mengontrol dirinya.
Natha sedikit bernafas lega karena perkiraan Kanaya hamil adalah suatu kesalahan besar. Padahal tadi dia sudah mau marah besar karena mengira Kanaya yang benar-benar hamil apalagi keputusan Galan begitu tergesa-gesa menurut dia.
"Sebelumnya terima kasih Galan untuk segala penjelasannya. Tapi Tante nggak bisa jawab sekarang ya karena bagaimana pun tante harus diskusi dulu sama suami. Secepatnya tante akan kasih tahu jawabannya ya." ucap Natha dengan senyuman hangatnya.
"Baik, Tante. Galan akan tunggu jawabannya dan siap dengan segala keputusan Tante Natha dan juga om. Bagaimana pun keputusan tante dan om nanti adalah sebuah kebaikan buat Galan dan juga Kanaya." Galan sedikit bernafas lega. Dia tahu kalau ini adalah awal kebaikan untuk menikahi Kanaya.
Tapi mendengar tidak ada penolakan dari Natha membuat Galan menjadi senang. Memang benar apa yang disampaikan oleh Natha kalau dia harus berdiskusi dulu dengan sang suami. Mengingat suami adalah kepala keluarga jadi tidak mungkin Natha mengambil keputusan sebelah pihak.
Kanaya tersenyum kecil mendengar ucapan Galan pada Natha. Dia terlihat bijak dan dewasa banget setiap berbicara dengan Natha.
"Yaudah, Tante Natha kalo gitu Galan pulang dulu ya sekarang." Galan pamit dan bergegas beranjak dari duduknya. Sebelum itu dia mencium tangan pada Natha seperti biasanya. Kanaya ikut beranjak dari bduduknya untuk mengantar Galan yang mau pulang.
"Hati-hati ya, Galan. Jangan ngebut." Natha memperingatkan Galan agar tidak mengemudikan mobilnya diluar batas. Sering melihat anak-anak muda sekarang yang suka membawa mobil secara ngebut-ngebutan di jalan apalagi malam-malam gini. Bikin Natha jadi khawatir.
"Siap, Tante."
"Tuh dengerin! Kalo aku ngomong kan nggak di dengerin biasanya." Kanaya sedikit menggerutu. Tahu kalau Galan memang suka bawa mobil agak ngebut. Dia senang karena Galan tidak akan mungkin menjawab celotehan Kanaya di depan Natha.
"Rese ih! Bukannya nutupin kebiasain aku! Awas ya." bisik Galan menggerutu. Kanaya hanya cekikikan geli melihat Galan yang sudah masuk ke dalam mobilnya. Biarin aja biar rasa!
Kanaya dan Natha melambaikan tangannya pada Galan yang sudah mulai menjalankan mobilnya.
"Eh, Nay kamu beneran nggak hamil kan?" tanya Natha kemudian. Kanaya langsung menoleh ke arah Natha yang berada di sebelah dirinya. Bisa-bisanya Natha masih menanyakan tentang kehamilan dia setelah Galan pergi.
"Mama bener-bener ya! Rese banget sih! Udah dibilangin aku nggak hamil." Kanaya jadi sewot.
"Yaudah pokoknya mama tetep mau beliin test pack. Nanti kamu cek ya."
"Maamaaaaaaaaa!"
"Biarin!"
"Ihhhhhh! Nyebelin ibu-ibu catering!"
***