NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10

Ucapan Baron benar adanya. Dirinya memang tidak memiliki sopan santun. Evelyn menyadari hal itu, harusnya ia menyapa Baron sejak tadi. Tapi ketakutannya membuat mulutnya tertutup rapat dan enggan bicara.

"Ketidaksopananmu yang kedua adalah caramu memanggilku juga tidak sopan. Bukankah umurku jauh di atasmu?" lanjut Baron.

Lagi, Evelyn menyadari kesalahannya, tapi mereka tidak seakrab itu untuk dirinya memanggil Baron sebagai Kakak. Tidakkah Baron tahu di mata Evelyn ia adalah momok menakutkan yang sangat dihindari selama bertahun-tahun. Atau hanya Evelyn sendiri yang memiliki pergolakan dalam dirinya. Apakah Baron sudah melupakan perbuatannya padanya empat tahun yang lalu. Harusnya Baron memahami dirinya yang tidak mau menyapanya.

"Maafkan aku Kak Baron." pada akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Evelyn tanpa menatap pria itu.

"Dimaafkan." jawab Baron langsung.

"Selamat datang di rumah ini Nona Lawrence. Anggap seperti rumah sendiri." ucap Baron dengan senyum manisnya.

Evelyn tidak menyangka mendapat sambutan itu dari mulut Baron. Padahal ia sudah membayangkan mendapat tatapan tajam dan mungkin membahas kejadian waktu di rumah sakit. Gadis itu merasa ada yang janggal.

"Tapi ada beberapa aturan yang perlu kau patuhi di rumah ini. Tentu aturan setiap rumah berbeda bukan?" ia menaikkan alisnya seolah meminta respon Evelyn. "Dan kau sebagai tamu yang akan menumpang di sini selama beberapa waktu yang tidak bisa ditentukan juga harus mematuhi aturan itu."

Evelyn mengangguk samar dengan perasaan tidak enak.

"Peraturan pertama yang harus kau patuhi adalah privasiku. Area privasiku adalah kamarku, jangan pernah sekali-kali kau melangkahkan kaki di sana. Mengeri?" Baron memastikan Evelyn memahami ucapannya.

Evelyn mengangguk, "Aku mengerti."

"Yang kedua adalah disiplin waktu. Karena kau adalah perempuan dan masih di bawah umur, tidak boleh berada di luar rumah di atas jam delapan malam. Kalau memang ada keperluan yang harus dilakukan di atas jam delapan, maka harus melapor kepadaku. Jangan melapor ke Papa, karena Papa tidak punya waktu mengurus hal ini."

"Dan aturan yang ketiga, tidak boleh membawa sembarangan orang masuk ke dalam rumah ini."

"Sebenarnya peraturan yang kedua ini tidak masuk akal bagiku karena setiap orang punya kebebasan, tapi Paman Charles menitipkan dirimu di rumah ini, jadi apapun yang terjadi padamu adalah tanggung jawab Papa. Dan aku tidak ingin hubungan Papa dan Paman Charles memburuk hanya karena kau tidak memiliki aturan." jelas Baron panjang lebar.

"Bagaimana, apakah sudah mengerti? Kalau ada pertanyaan silahkan tanya." ucap Baron.

Evelyn mengerti akan hal itu dan tidak masalah sama sekali. Di dalam kepalanya saat ini adalah cepat-cepat mengakhiri pembicaraan ini.

"Baiklah. Pergilah ke kamarmu."

Begitu mendapat perintah itu, tanpa banyak bicara Evelyn pergi dari sana. Ia menaiki anak tangga menuju kamarnya. Kamarnya berada di ujung lorong yang menuju balkon. Sebelum kamarnya dapat ada satu kamar yang lebih besar tepat di sebelah kamarnya. Pertama kali sampai di sini ia tidak memperhatikan karena kamar itu tadinya tertutup.

Sebelum masuk ke kamarnya, kamar itu terbuka setengah. Evelyn masih mengingat peraturan yang Baron katakan barusan, tapi dia yakin kamar itu bukan kamar Baron, jadi dia tidak melanggar batas privasi pria itu.

Evelyn masuk ke dalamnya. "Wah.." Evelyn kagum begitu masuk ke dalam kamar. Lukisan-lukisan indah yang menempel di dinding menarik perhatiannya.

Evelyn mengambil jurusan manajemen bisnis di kampus, tetapi dia juga menyukai seni seperti Charles. Dulu dan sebelum keluarganya pergi ke Amerika, Charles selalu membawanya ke pameran seni. Charles banyak memberinya ilmu tentang seni, sehingga ia dapat menganalisis nilai estetika dari sebuah karya, terutama sebuah lukisan.

Di dalam kamar itu ada empat lukisan yang besar dan mendominasi lukisan lainnya. Dan ia menyukai salah satu yang paling besar. Sebuah lukisan seorang wanita yang tersenyum. Evelyn bisa melihat makna dari lukisan tersebut. Ada kerinduan yang mendalam di dalam lukisan itu. 'Ibu' Kata itu muncul di hati Evelyn setelah sekian lama ia memandangi lukisan itu. Sepertinya pelukis lukisan ini sangat menyayangi ibunya.

Evelyn mendekati lukisan untuk melihat nama pelukis. Ia mengenal cukup banyak pelukis berkat koneksi Charles. Mungkin dia mengenal pelukis lukisan ini. 'BB' adalah nama pelukis itu, sengaja disingkat membuat Evelyn tidak mengenali pelukis dengan inisial BB tersebut.

Evelyn belum puas dengan lukisan itu, ia hendak beralih pada lukisan di sebelahnya. "Apakah kau tidak mengerti perkataanku barusan?" sebuah suara yang berat membuat Evelyn berhenti.

Ia berbalik dan melihat Baron yang tengah berdiri sambil melayangkan tatapan tajam padanya. Entah bagaimana cara pria itu masuk tanpa suara dan mengagetkannya.

"Belum lima menit aku memberitahukan peraturan padamu. Apakah kau sudah lupa Nona Lawrence?" suara Baron tidak semenyenangkan sewaktu mereka di meja makan. Kali ini Baron benar-benar marah padanya.

Evelyn mengangguk bahwa memang ia tidak melupakan peraturan itu. Namun ia bingung peraturan mana yang dia langgar saat ini.

"Sekarang sebutkan peraturan yang kubilang tadi!" perintah Baron dengan sorot mata yang semakin tajam.

"Peraturan pertama adalah tidak boleh melewati batas privasimu dengan tidak boleh masuk ke kamarmu." Evelyn mengatakannya dengan suara yang gemetar.

"Lalu kenapa kau melanggar privasiku dan masuk ke kamarku?!" sentak Baron kemudian yang mana membuat Evelyn terkejut. Yang dia tahu kamar Baron ada di bawah. Evelyn merutuki kebodohannya yang tidak bertanya dulu kepada pelayan.

"Maafkan aku Kak Baron. Aku tidak mengetahui kamar ini adalah kamarmu, setahuku kamarmu ada di lantai satu." ia berusaha menjelaskan dan berharap Baron memaklumi kesalahannya.

"Keluar!"

Baron tentu tidak ingin mendengar alasannya. Evelyn menatap Baron yang tidak sudi memandangnya. Ia tidak mau membuat pria itu semakin marah lagi. Evelyn segera meninggalkan kamar itu tanpa suara.

Begitu Evelyn pergi, Baron menghela nafas kasar sembari duduk di sofa yang ada di kamarnya. Baron sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak menyukai Evelyn. Sementara Nenek Han semasa hidupnya selalu memuji gadis itu. Baik paras dan perilakunya selalu membuat Nenek Han senang, sampai-sampai tumbuh ide di kepala wanita itu untuk menjodohkannya dengan gadis itu.

Padahal Nenek Han tahu sendiri bahwa dia memiliki Laura. Laura adalah gadis yang cantik dan baik, tidak kalah dengan Evelyn yang selalu dipuji-puji keluarganya. Laura juga gadis yang ramah meski terkadang tidak terima ketika ditantang, semua orang juga seperti itu. Tidak hanya itu, Laura juga sangat cantik. Evelyn memang cantik, tetapi kecantikan yang Laura miliki mampu membuat banyak pria bertekuk lutut. Jadi Baron tidak mengerti kenapa Neneknya selalu buta akan sisi positif yang dimiliki Laura, di otaknya hanya ada Evelyn.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!