NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Telapak tangan.

Hari ini aktivitasku sudah kembali seperti biasa, bergelut dengan berbagai aroma parfum. Hidung yang dituntut untuk lebih sensitif, hafal jenis aroma apa saja yang masuk kategori best seller, pandai menggiring konsumen untuk mengarahkan pilihannya pada produk yang masih memiliki stok berlebih. Tentang itu yang saat ini sedang di pusingkan Laksa, terutama melatih sensitifnya hidung, beberapa kali dia mengeluh tentang hidungnya yang belum bisa merespon dengan baik. Namun bukan aku yang dia jadikan mentor, dia lebih suka bimbingan dari Vika.

Dari sudut pandangku mereka berdua terlihat semakin intens. Beberapa perubahan nampak terlihat dari kebiasaan Vika, misalnya dari cara bicara, meski tampak lebih baik, tapi itu bukan kepribadian Vika. Aku sudah hafal dengan karakter teman akrabku yang satu ini.

Sehabis maghrib aku sudah tidak memilik tugas. Hem lengan panjang berwarna merah tua dengan sarung kotak warna cokelat menjadi tampilan ku saat ini. Malas ganti baju, karena selain tidak ada tugas aku juga tidak punya acara. Aku lebih memiilih menemani Vika di dalam toko, meski tidak banyak obrolan yang terjadi karena kita sibuk dengan gadget masing-masing.

Satu pesan masuk dari nomer Pak Bos.”orang pak Herman sebentar lagi datang, jelaskan tentang macam-macam prodak kita.”

“oke.”balasku cepat. Cukup lega, karena bukan pak Herman sendiri yang datang. Aku terlalu sungkan jika harus berbincang empat mata dengan beliau.

“Vik, sepertinya sebentar lagi kita akan punya reseller besar.”ucapku membuka obrolan sambil memegang satu diantara botol tester kecil parfum laundry yang berbaris di atas sudut etalase. Aku mencium aromanya, ocean fresh. Segar.

“gak ngaruh dengan pembukuan kita akhir bulan kan?”Vika masih fokus dengan gadgetnya. Sesekali dia tersenyum sendiri, menutup bibirnya dengan telapak tangan.

“belum tau, nanti sistemnya seperti apa.”jawabku melirik ke arahnya. Dia masih senyum-senyum sendiri.

”sedang chat mesum kau!”seruku, karena dia tidak merespon niatku mengajak bicara serius, aku melempar dia dengan botol tester yang ada di tangan. Kesal karena merasa di cuekin.

“apa sih El. Ganggu orang lagi fokus.”ucapnya nyinyir, tidak peduli.

Sebuah motor berhenti di depan toko. Aku yang duduk di depan etalase tempat pembeli memilih, segera berpindah dari posisi. Berjalan mengitari etalase lalu masuk dari sisi lainya, melintasi Vika yang selonjor tidak peduli. Aku berdiri untuk bersiap melayani pelanggan.

Wanita cantik berkerudung merah dengan jaket jin’s warna cokelat lalu rok panjang warna hitam, berjalan mendekat setelah dia menaruh helmnya pada spion.

“bisa bertemu mas ghozali.”lembut suaranya menyapa.

Vika yang masih selonjor di dekatku langsung tersedak, padahal dia tidak makan apapun.

Aku tau maksudnya, setiap kali ada yang memanggilku dengan nama lengkap, ekspresinya selalu seperti itu, seketika dia menahan tawa. Ku tendang pelan kakinya, sebagai isyarat untuknya diam.

“iya mbak. Saya sendiri.”jawabku, reflek memandang wajahnya.

Dia juga melakukan hal yang sama dengan senyum manis yang di sempurnakan oleh lesung pipi.“saya anaknya pak Herman, Mas.”lagi, suara lembutnya menenangkan telinga. Saat tatapan kami bertemu, kami sama-sama mengalihkan pandangan, dia segera mengamati isi toko. Sedangkan aku, menundukkan pandangan ke arah etalase. Tidak ku sangka jika yang datang kesini ternyata anaknya pak Herman sendiri, cewek cantik pula.

Aku bingung juga sungkan, harus mengawali pembicaraan dari mana. Teringat karakter pak Herman yang begitu elegan, mungkin karakter anaknya juga tidak beda jauh, pikiranku menerka. Ditambah lagi Vika seolah tak peduli, dia masih asyik dengan layar ponselnya. Membuatku semakin canggung. Cukup lama kami diam mematung, kedua mata anak pak Herman masih mengamati isi ruangan dengan seksama.

“masuk saja mbak...”ucapku memberanikan diri, memecah keheningan. Sepertinya anak pak Herman penasaran dengan prodak kami, dia mengangguk sembari mulai berjalan di antara rak parfum. Aku segera mengikutinya dari belakang dan tentu saja aroma parfum yang dia pakai masuk ke hidung ku.”aroma ini, segar sedikit manis, pasti aqua kiss.”batinku menebak.

“mayoritas semua racikan sendiri, mas?”dia berhenti mengambil satu botol parfum laundry kemasan 500ml, mendekatkan hidung mancungnya pada tutup botol yang masih tersegel.

“iya mbak, hampir mayoritas. Untuk testernya ada di etalase sebelah sana. Lengkap.”jawabku menunjuk arah etalase tempat dia duduk sebentar tadi.

Apakah dia sudah mempersiapkan pertanyaan dari rumah atau cuma sekedar mengikuti alur, yang jelas dia begitu aktif bertanya dan hal itu sangat membantuku beradaptasi dengan percakapan ini, aku tidak pandai membuat sebuah percakapan dengan orang baru. Beberapa kali mata kami saling bertemu, kadang dia melempar senyum tipis dan tentunya aku juga melakukan hal yang sama, kadang dia segera mengalihkan pandangan di susul dengan sebuah pertanyaan baru.

Merasa sudah cukup lama berbincang sambil berdiri di antara rak parfum, aku mengajaknya ke tempat Vika yang masih berada di balik etalase, melintasi tulisan.”di larang masuk selain karyawan.”

lalu mempersilahkan dia duduk di atas karpet, bergabung dengan Vika.

Dengan sengaja aku menuntunnya kesini, bermaksud memaksa Vika ikut terlibat dengan obrolan kami, karena di luar tentang pekerjaan, aku bingung harus membahas apa. Sengaja pula aku beralasan kebelakang, meninggalkan mereka berdua. Terserah ingin membahas apa, karena tentang produk aku merasa sudah lebih dari cukup dalam menjelaskan.

Sekitar 10 menit aku kembali dari belakang dan kembali bergabung dengan mereka berdua. Sepertinya mereka sudah masuk dalam percakapan antar wanita, beberapa kali ku perhatikan dia melirik ke arah jam tangan yang ada di lengan kirinya, aku lebih banyak menjadi pendengar untuk obrolan mereka. Benar saja, tidak lama berselang anak pak Herman pamit untuk segera pulang.

Saat dia sudah berada di ujung teras toko, tentu saja kami berjabat tangan, telapak tangannya terasa halus selaras dengan nada bicaranya yang lembut. Tiba-tiba aku teringat telapak tangan Ain yang sedikit kasar, dia selalu marah jika aku mengejeknya tentang itu, aku tersenyum. Lamunanku tentang telapak tangan Ain, membuatku tidak sadar jika tanganku masih belum melepas telapak tangan anak pak Herman. Vika bahkan sampai memberi kode dengan batuknya. Ketika aku tersadar, segera ku lepas dan ku tarik dengan cepat, lalu nyengir sambil menggaruk rambut bagian belakang.”goblok!”batinku menahan malu. Mungkin wajahku juga memerah, aku benar-benar salah tingkah.

“hati-hati mbak.”reflek ku, bicara panik. Dia tersenyum dan mengangguk pelan, lalu berjalan menuju motornya. Aku yakin, dalam hati dia pasti sedang mengutukku.

Setelah ia pergi, Vika membully ku sampai habis.

***

Dari tadi pagi aku menjalankan tugas dari bos. Mengambil semua uang pendapatan tiap toko, sekaligus menyuplai uang pecahan kecil, request anak-anak. Pukul.11.21 aku masih mendatangi tiga toko,dengan sengaja aku mengerjakannya dengan santai, sambil bertanya-tanya dan mengakrabkan diri dengan karyawan.

Di tengah perjalananku untuk toko ke empat, ketika melintasi jalan di tengah persawahan, ban motorku bocor.

”sial! kenapa sekarang.”aku bergumam sendiri, mengamati sekeliling. Ku tarik nafas panjang sebelum mulai mendorong motor ke arah depan sekitar 50 meter, ada pohon cukup besar di sana, lumayan untuk berlindung dari sengatan matahari yang menusuk dengan panasnya, tentu saja mulutku masih uring-uringan sendiri. Helm yang masih terpakai, di tambah dengan hoodie hitam yang menjadi jaketku siang ini mempercepat munculnya keringat. Setelah sampai, ku parkir motor di pinggir jalan lalu bersandar sejenak di bawah pohon besar, duduk beralaskan rumput liar bercampur daun kering. Menata kembali ritme nafas yang ngos-ngosan, sambil melihat beberapa tatapan tidak peduli dari orang-orang yang berkendara lalu lalang dengan agenda masing-masing. Ku usap asal, keringat yang masih terasa penuh pada wajah menggunakan jaket yang baru saja ku lepas.

Aku teringat janji yang ku buat pada pak Herman sore nanti, segera ku ambil HP, berencana untuk menunda janji tersebut, namun sebelum mengabarinya aku ingin menyertakan sebuah foto, biar alasanku lebih meyakinkan. Aku bersiap mengambil foto menggunakan kamera HP terutama bagian ban depan yang bocor.

“sedang pansos mas...”suara wanita bernada mengejek, dia masih nangkring di atas motornya, berhenti tepat di belakang motorku. Dengan kesal, aku mendongak ke arah suara itu, karena sebelumnya aku terfokus pada kamera HP.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!