Kisah cinta akan membawa hati pada garis takdir nya masing - masing, seperti Dira yang selalu saja gagal dalam percintaan. Seorang gadis yang merasa dirinya sudah tak berarti, di benci mertua dan di campakan suami nya, memulai kisah cinta nya kembali meski selalu berujung pada penghianatan, namun Dira berharap akan takdir membawa nya pada cinta sejati nya, hingga pada akhir nya Tuhan benar - benar menjawab doa nya, mempertemukan Dira dengan cinta sejati nya, meski bukan yang pertama namun akan menjadi yang berarti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADNAN LAGI ...
Di malam yang semakin merambat menelan waktu yang semakin senyap membisu, Dira yang kini tengah bersama Mahesa dan Nawang, sedang menunggu hasil tes yang mereka jalani beberapa saat lalu. Terlihat Dira hanya diam di bangku pojok, masih merasa asing dengan ke dua temen nya juga saingan nya saat ini.
Bukan apa - apa, hanya Dira tidak mau nanti di bilang sok dekat bila bermanis - manis dengan mereka, Dira sadar diri bilamana dirinya hanya lah seorang anak baru yang di harus kan ikut seleksi jadi SPV atas rekomen dari manager, menurut Dira nggak ada istimewa dengan nya, mungkin hanya kebetulan beruntung saja, itu yang selalu ada di fikiran Dira.
Keberuntungan yang membuat Dira mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuan nya, dimana awal nya Dira sama sekali tak bisa menjahit, dia juga bukan seorang yang mnegerti mengenai mode, namun setelah Dira menginjakan kaki di PT. Maju Bersama, lebih tepat nya dua minggu yang lalu, Dira berusaha untuk bisa dan karena memang dasar nya Dira anak nya cepat tanggap atau gercep, jadi lebih cepat menguasai semua yang di ajar kan. Bukan cuma menguasai Dira juga mengaplikasi kan secara apik pemahaman nya sehingga terlihat sempurna untuk ukuran anak baru.
Direktur PT. Maju Bersama pak Arifin yang melihat secara detail hasil ujian praktek ke tiga karyawan nya itu pun, merasa sudah ada pandangan dengan siapa yang akan dia pilih untuk menjadi penganti Asih. Entah apa yang tersembunyi di balik senyum dan anggukan nya, melihat hasil yang dia terima. Lalu dia mengambil kesimpulan,
" Panggil mereka untuk ujian selanjut nya, tes wawancara. Minta mereka presentasi kan hasil kerja mereka dan apa yang menjadi alasan mereka untuk membuat nya. Ku rasa di antara ke tiga nya akan ada jawaban yang berbeda melihat hasil yang mereka buat juga sangat berbeda. Namun tetap wawancara mereka di tempat yang berbeda. " Perintah pak Arifin mengambil komando.
" Siap pak, " jawab panitia ujian.
Dira, Mahesa dan Nawang pun di wawancara di tempat yang berbeda. Mereka mempresentasi kan sesuai dari barang yang mereka buat, serta memberi tahu kan alasan mereka masing - masing membuat nya.
Jawaban ke tiga peserta ujian pun telah sampai ke tahap akhir penilaian di mana hasil nya akan di adakan voting suara terbanyak. Namun ada satu alasan peserta yang membuat voting tertunda sementara.
Alih - alih merasa bosan karena waktu semakin berjalan, namun pak Arifin malah seakan menunda keputusan hasil penilaian. Dia ingin memastikan langsung kebenaran akan apa yang menjadi jawaban Dira saat di wawancara.
" Dira apa nama mode yang kamu buat ini, dan jelas kan alasan nya. " tanya seorang panitia yang betugas untuk tes wawancara.
" Maaf sebelum nya pak, baju yang saya buat ini memang lebih sederhana di banding dengan ke dua senior saya. Baju vest ini saya bikin dengan tangan saya sendiri, karena waktu tes sudah mulai dan waktu otomatis terus berjalan, saya baru menyadari satu hal ketika tes sedang berlangsung. Mesin jahit yang menjadi bagian saya, semua tidak bisa di gunakan. Benar - benar tidak berfungsi, dan saya nggak mungkin bisa memperbaiki nya dengan waktu singkat, sedang saya saat itu di tuntut untuk segera memberikan hasil, di situ jujur saya bingung di saat ke dua teman saya sudah mulai menjahit bahkan sudah sampai lebih dari lima puluh persen. Saya masih terdiam yang ada di kepala saya hanya lah bagaimana saya bisa memberikan hasil dengan bahan dan peralatan yang ada hanya jarum dan benang. Maka akhir nya saya jahit baju vest ini dengan tangan saya sendiri. Alasan saya membuat vest ini di samping simpel namun juga terlihat nggak pasaran mode nya, semua orang bisa menjahit tapi tidak semua orang mengerti tentang mode dan bahan. Di sini saya masih belajar untuk bisa lebih mengerti tentang fasion pak. Demikian, terima kasih .. " jawab Dira apa ada nya.
Karena jawaban Dira itu langsung mengundang kontroveksi di antara juri yang menilai hasil kerja peserta, yang di mana baju yang Dira buat sama sekali nggak ada jejak bila baju itu di jahit mengunakan mesin melain kan jahitan tangan biasa, yang terlihat rapi dan tak kalah dengan hasil peserta lain nya yang seluruh bagian nya di jahit mengunakan mesin.
" Panggil semua mekanik yang menyeting mesing para peserta, minta mereka untuk mengecek ulang mesin para peserta, dan segera laporkan hasil nya dalam sepuluh menit. " perintah pak Arifin.
" Siap pak... " sahut pengurus panitia.
Tak membutuh kan waktu lama terlihat beberapa mekanik pun sedang menjalan kan tugas nya mengecek kembali mesin yang tadi di guna kan untuk tes.
Melihat itu Nawang pun berbisik lirih ke rekan nya Mahesa.
" Lihat mas, ngapain coba mekanik pada ngumpul di ruang tadi kita tes. Ini pasti ada yang nggak beres, jangan - jangan ulah anak baru itu, dia ngadu atau bikin macem - macem sampai mekanik cek ulang mesin kita semua, seperti nya emang nggak bener tub anak baru, dari awal tuh aku emang sudah nggak yakin sama anak baru itu mas. " ucap Nawang.
" Sudah jangan berfikir yang aneh - aneh, atau malah curiga yang berlebihan. Di sini kita semua sama, nggak ada anak baru anak lama, semua sama yang di lihat dan di nilai itu kemampuan kita bukan berapa lama nya kita bekerja di sini. Aku rasa nggak mungkin lah Dira, ngadu atau mengunakan cara tak sehat untuk bersaing sama kita. Buang jauh - jauh fikiran buruk mu itu Nawang, kalau pun Dira yang terpilih nanti itu arti nya dia lebih mampu di banding kita, bukan karena hal lain. " sahut Mahesa yang malah membela Dira.
" Halah, mas Mahes tuh selalu saja belain anak baru itu kalau aku ajak bicara. Dia emang cantik mas, tapi aku rasa itu palsu. Jangan mudah tertipu dengan tingkah baik seseorang, apa lagi melihat hanya berdasar kan wajah nya yang cakep .. Itu nggak akan menjamin kalau dia itu baik mas, bukan kah sudah hal yang biasa kalau di sini pada bermuka dua, bisa saja anak baru itu termasuk salah satu nya. " balas Nawang sengit.
" Hust, jangan sembarangan kamu Nawang, aku bicara apa ada nya kok, di sini aku nggak belain siapa - siapa ya, awas jangan sampai kata - kata mu ini suatu saat menjadi berbalik kepada kamu. Walau tidak terlalu akrab, aku lihat Dira anak yang baik kok, tidak seperti apa yang ada di dalam fikiran mu itu. " ucap Mahesa setengah berbisik.
" Ah sudah lah, percuma kalau ngomong sama mas Mahes, nanti ujung - ujung nya juga belain dia. Mau mengelak juga tetap saja itu nama nya belain dia mas. " ujar Nawang kesal.
" Kita tunggu saja hasil penilaian nya, nggak perlu ribut masalah siapa yang belain siapa, kita fokus sama tujuan kita saja, menunggu pengumuman. Penting kita sudah berusaha lakukan yang sebaik yang kita bisa, apapun hasil nya ya kita harus terima. Nggak usah pakai acara drama, " sahut Mahesa.
" Iya kalau hasil nya sesuai dengan yang kita harap kan, kalau tidak. Aku sih masih bisa terima kalau nanti nya mas Mahes yang kepilih tapi kalau anak baru itu, rasa nya aku masih belum bisa terima mas. " ujar Nawang yang masih saja terlihat ingin menjatuh kan Dira.
" Terserah kamu lah Nawang, penting aku udah bilangin kamu untuk tidak berfikir buruk tentang Dira, oh iya lain kali bisa kan kamu panggil dia dengan nama nya, bukan hanya menyebut anak baru. " sela Mahesa.
" Halah, masalah mau panggil nama nya atau tidak itu urusan ku, kamu nggak usah sok nasehati. Dari awal aku sudah nggak suka sama tuh anak baru, dan itu nggak akan berubah. Paham, " sahut Nawang.
Belum ada sepuluh menit para mekanik sudah melaporkan hasil chek mesin nya, dan dari hasil laporan mereka memang benar bila semua mesin yang menjadi bagian Dira tidak berfungsi, dan ada beberapa kabel yang putus, padahal sebelum nya mekani sudah berulang kali setting sesuai yang di minta panitia, tapi sampai saat ujian berlangsung mesin Dira sama sekali tak ada yang berfungsi ini aneh.
Dari hasil laporan para mekanik, maka hasil voting yang sempat di tunda pun di lanjutkan. Menurut hasil voting suara terbanyak ke tiga jatuh ke Nawang, terbanyak ke dua jatuh ke Mahesa, dan sudah bisa di pasti kan bila Dira lah yang menjadi pemenang nya.
Dira langsung sujud syukur mendengar hasil pengumuman nya yang menyatakan bahwa dirinya yang menjadi pemenang atau terpilih mengantikan mbak Asih, jadi mulai besok pagi Dira sudah resmi menjadi SPV.
Hal itu pun membuat Nawang semakin tak suka dengan Dira.
" Cari tahu, siapa yang berani menentang ku chek semua CCTV, dari tiga hari sebelum ujian. Pasti ada yang sengaja merusak mesin Dira, agar dia tidak lolos ujian. Namun siapa sangka perbuatan nya malah membuat Dira berhasil menjadi pemenang nya. Dari awal aku sudah menduga, Dira bukan orang yang sembarangan, tidak semudah itu bisa menjatuh kan nya. " pinta pak Arifin.
" Baik pak, perintah bapak segera kami laksana kan. " sahut petugas panitia
Setelah hasil di umum kan, semua panitia juga peserta akhir nya di perboleh kan pulang, termasuk para mekanik terpilih yang di tugas kan untuk setting mesin ujian.
Dira pun terlihat di depan gerbang pabrik, sembari sibuk dengan ponsel nya, dari tadi pesan ojek online tapi di cancel terus, membuat dia gelisah karena memang ini sudah malam, waktu pun sudah menunjukan pukul sepuluh.
" Tahu gini tadi aku ikutin syaran mbak Ajeng aja untuk meninggal kan motor nya, tapi perempuan pulang sendirian malam - malam juga bukan hal yang bagus. " batin Dira.
Di saat Dira sedang resah memikir kan cara untuk pulang. Seketika di depan nya berhenti sebuah motor, di mana Dira langsung mengenali pengendara nya.
" kang Adnan.... " ucap Dira lirih.
" Hey, bocil.. Rupa nya kita ketemu lagi, berati bisa dong dapet nomer kamu sekarang.. " ucap Adnan tanpa basa - basi meminta nomer Dira, sesuai dengan perkataan Dira tempo hari yang akan memberi kan nomer ponsel nya bila nanti bertemu kembali.
" Yah, kok masih inget saja sih kang, untuk nomer besok ya kalau akang sudah bisa kenal sama mamah Dira.. Hee.. " sahut Dira.
" Lah, kemarin kata nya kalau kita ketemu lagi, kalau gitu nggak usah besok sekarang aja, ayo aku anter pulang sekalian ketemu dengan mamah kamu. " protes Adnan.
" Kang Adnan serius mau nganterin aku, " tanya Dira meyakin kan.
" Ealah bocil, dasar bocil ya gini agak error, kalau aku nggak serius ngapain aku berhenti di sini. Bisa saja tadi aku tinggalin kamu kan, lagian ngapain sih di mari malam - malam, demen banget keluyuran malam cil.. " ujar Adnan.
" Aduh, niat nggak sih ngasih tumpangan nggak usah pakai ngatain ini ono, aku tuh di sini kerja ya, bukan keluyuran. Enak aja kang Adnan ngatain aku keluyuran. " jelas Dira.
" Lha habis nya tiap ketemu kamu pasti malam, eh kamu kerja di sini Cil, kok bisa sama sih. Dari kapan di sini, kok aku baru lihat ya, dan bukan nya karyawan tuh udah pada pulang dari sore ya, kecuali ... " ucap Adnan yang menjeda kalimat nya.
" Kecuali panitia dan peserta ujian calon penganti SPV kan, " sahut Dira.
" Iya, jadi kamu.. " tanya Adnan.
" Aku kan jadi peserta nya kang, dan Alhamdulillah berhasil menang.. " jawab Dira dengan penuh rasa bangga.
" Hah, sumpah demi apa.. Hebat juga kamu Cil, menurut keterangan dan yang jadi trending pembicaraan di ruang mekanik tuh salah satu peserta nya adalah anak baru yang di rekomen langsung sama pak Nana, yang lebih membuat orang heran tuh anak baru dua minggu kerja di sini, jadi anak baru itu kamu Cil.. " sahut Adnan terlihat tak percaya bila orang berbakat itu ternyata si bocil.
" Iya kang, tapi ini kalau ngobrol mulu kapan kita pulang nya sih kang. Beneran kan mau anter aku pulang, " balas Dira.
" Eh iya, ayo gas cepet naik.. Bener dong aku kan tadi sudah bilang mau anter sampai rumah, sekalian ketemu mamah kamu, biar dapet nomer.. " jawab Adnan.
" Yee, kang Adnan... " ucap Dira sembari memukul kecil pundak Adnan.
...****************...