Seorang wanita yang hidup dengan mengandalkan pekerjaannya sebagai seorang pengacara.
Perawakan yang tegas, tak takut apapun dan terkadang Brutal menjadikannya sosok kuat yang sangat di perhitungkan.
Akhirnya mendapat kesempatan emas menjadi salah satu orang kepercayaan Bos Besar yang ternyata punya keterkaitan di masa lalu di waktu kecil.
Bagaimana kisah wanita salah satu kerabat Keluarga Nugraha? Yuk kita ikuti jalan ceritanya.
Salam Sukses, Sehat, Semangat dan jangan lupa Bahagia.
Author Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MB 10
Dua bulan telah berlalu, akhirnya Queen berhasil memenangkan kasus warisan yang dialami oleh Arron, tentunya dengan sedikit bantuan dari Harlan yang selalu mendukung langkah hukum yang telah diambil oleh Queen untuk menyelesaikan masalahnya.
Kasus yang satu ini memang luar biasa menguras energi dan juga pikiran, berbagai macam ancaman di dapatkan, pertikaian juga tak terelakan, apalagi perdebatan, bukan main alotnya dengan seorang Rusman yang super licik dan menggunakan segala macam cara.
Queen bersyukur akhirnya bisa melewati semuanya dengan baik, Rusman Bang-sat itu akhirnya kalah dan membeli aset warisan Arron senilai sepuluh milyar sesuai dengan keputusan awal.
Hari ini Queen akan mengurusi langkah akhir, yaitu tanda tangan final semua dokumen penting, setelah itu tak ada urusan lagi dengan yang namanya Rusman Harim, paman breng-sek yang membuat otak Queen tegang beberapa lama.
Bukan hanya itu sebenarnya yang membuat Queen bahagia, tapi uang yang akan dia dapatkan, cukup besar dan bisa untuk santai dalam waktu yang cukup lama, setidaknya gak pusing lagi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baru saja memasuki kontrakan, tiba-tiba saja suara jeritan membuat Queen terkejut setengah mati
"Mbak Queen, tolong!"
Brug
"Ada apa Din?!" Queen tak kalah hebohnya melihat anak remaja itu menangis dan mendekapnya.
"Ibu mbak"
"Ibu kenapa?"
"Tidak sadarkan diri"
"Apa!"
Wuss
Tanpa babibu lagi, Queen langsung melesat masuk kedalam rumah sederhana yang berada tepat disamping kontrakannya.
Brak!
"Bu Martini!" Teriak Queen dan langsung memeriksa nadinya.
"Cepat panggil Ambulan Din!" Teriak Queen yang merasakan nadi ibu Martini semakin melemah.
"Tapi mbak"
"Ish, jangan tapi-tapi, cepat!" Teriak Queen dan sontak Dini langsung menghubungi.
Tak lama ambulan datang, dengan peralatan lengkap dan juga petugas kesehatan yang sudah bersiap.
Suara sirine ambulan memekakkan telinga dan membuat tetangga berlari berdatangan, terkejut melihat apa yang terjadi, sementara Queen sudah tak memikirkan apapun kecuali keselamatan orang baik hati yang selama ini menampungnya dengan tulus dan bahkan menganggap anak sendiri.
Hampir tiga tahun, Queen berada di dalam lingkaran keluarga sederhana namun penuh dengan kehangatan, hingga hari ini sesuatu terjadi dengan bu Martini, tentu Queen cemas dan sedih sekali.
"Bagaimana ibu mbak?" Tanya gadis yang mulai menginjak remaja itu, terlihat air matanya tak henti keluar, dan bahkan wajahnya penuh dengan ketakutan.
Wajar hal itu terjadi, setelah sepuluh tahun kepergian bapaknya karena serangan jantung, Dini sangat ketakutan akan kehilangan ibunya.
"Sudah, jangan khawatir, ibu pasti sembuh" ucap Queen sambil memeluk dan mengusap lembut kepalanya.
"Benar ya mbak, Dini takut" ucapnya dengan bibir bergetar, nampak dengan jelas kecemasan luar biasa tengah dirasakan.
"Iya, kita berdoa saja yang terbaik untuk ibu ya" sahut Queen dengan senyuman yang dipaksa keluar agar Dini tak begitu cemas.
Klek
Suara pintu unit gawat darurat telah terbuka, nampak seorang laki-laki dengan setelan jas putih menghampiri.
"Bagaimana Dok?" Tanya Queen menerobos begitu saja.
"Anda anaknya, atau keluarga yang lain?" Tanya sang dokter.
"Saya anaknya" sahut cepat Queen yang tak mau berlama-lama.
"Oh begini Nona, ada pembuluh darah kepala yang pecah dan membutuhkan operasi segera"
"Lakukan dokter, yang terbaik untuknya" sahut Queen cepat.
"Baiklah, silahkan tanda tangan kelengkapan persetujuan dan surat-suratnya, kami akan melakukan tindakan yang terbaik untuk ibu anda"
"Iya dokter, cepatlah" Queen kini merasa sedikit lega, sedikit ya, bukan banyak, soalnya lima menit kemudian, dirinya di buat mengurut kening saat nominal angka biaya operasi besar itu sungguh sangat-sangat menguras kantongnya.
Total empat ratus juta, dan itu artinya uang tabungan hasil dari memenangkan kasus sang Bos Mafia itu tinggal 50 juta saja, tapi terpaksa Queen lakukan, karena ibu Martini baginya adalah orang kedua dari orang tua kandungnya.
"Mbak, bagaimana dengan ibu?" Tanya Dini dengan wajah tegangnya.
"Insyaallah sembuh, kita terus berdoa untuk nya ya, kamu jangan lupa ngaji sebanyak-banyaknya di dekat ibu"
"Iya mbak" ucap Dini dengan anggukan kepala.
Queen terdiam dalam doa yang dipanjatkan dalam hatinya, begitu juga dengan Dini yang duduk disampingnya, hampir tiga jam berlalu dan akhirnya seorang dokter keluar memberitahu bahwa operasi berhasil dengan baik, namun pasien masih belum boleh diganggu karena masih belum sadar dan ada di ruang perawatan khusus.
"Alhamdulillah" ucap Queen akhirnya.
"Terimakasih mbak" Dini menggenggam tangan Queen.
"Iya sama-sama"
"Maaf merepotkan mbak terus, nanti uangnya akan saya ganti kalau_"
"Tidak usah, aku masih punya tabungan, kau sekolah saja yang bener, konsentrasi ke masa depan mu, jangan mikir macam-macam"
"Tapi biaya ibu sangat mahal mbak, nanti kalau aku sudah bekerja aku ganti ya?"
Queen tersenyum, lalu mengelus kepala Dini sambil mengangguk pelan.
Rupanya sudah jam tiga pagi, dan Queen belum tidur sama sekali, Dini yang terlihat begitu kelelahan sudah lebih dulu memejamkan mata di ruang tunggu.
"Berat sekali hidupmu Din, aku masih belum ada apa-apanya, aku janji akan membantumu sampai sukses nanti" ucapnya pelan, menatap wajah lelah Dini dengan segala permasalahan hidupnya.
Tak lama suara ponsel berdering, ada nama Harlan terlihat di ponselnya.
"Iya kak?"
"Belum tidur?"
"Kak Harlan juga?"
"Aku baru bangun, cek saldo kantor sudah ada pemasukan baru dari rekening mu, Tuan Arron sudah membayar mu lunas?"
"Sudah"
"Selamat, sepertinya kerjamu sangat memuaskan, belum taken peralihan tanah kamu sudah dapat bayaran"
"Iya kak, Alhamdulillah"
"Ya sudah"
Klek
Ponsel di matikan, begitulah sosok Harlan, ada apapun selalu bertanya langsung ke Queen.
"Hanya tanya itu saja? Dasar!" Queen berharap pertanyaan yang lain mungkin, tapi nyatanya begitulah Harlan jika menghubungi, singkat dan padat.
Terdengar suara ponsel berbunyi lagi, Queen langsung menyambar ponselnya lagi tanpa melihat siapa yang menghubungi.
"Apa lagi kak, aku masih di_"
"Halo Queen?, kamu dimana?"
Gubrak!
Queen langsung menjauhkan ponsel dan melihat siapa yang diajaknya bicara.
"What?!, Tuan Arron?" Ucapnya lirih sekali.
"Ma maaf Tuan Arron, saya pikir orang lain" ucap Queen segera memperbaiki.
"Hem, Harlan baru menghubungi mu?"
My God, ini orang seperti cah-nayang saja, bagaimana bisa tau kalau Bos Harlan yang baru saja menghubunginya.
"Iya Tuan, maaf kok anda tau?"
"Siapa lagi yang kau panggil kakak, setau ku masih Harlan saja"
"Oh_" mulut Queen langsung membentuk huruf O dan manggut-manggut, ternyata Arron adalah sosok laki-laki yang sangat teliti.
"Jam segini belum tidur, dan kamu bilang tadi masih ada dimana?" Arron mengulangi pertanyaannya.
"Di Rumah Sakit Tuan"
"Apa?!, kamu sakit?"
"Tidak, ada saudara yang sakit dan saya menunggunya"
"Oh, syukurlah, aku kira kamu yang sakit"
Wow, tentu hati Queen berbunga-bunga dihiasi dengan kupu-kupu yang beterbangan saat mendengar kata-kata Arron yang rupanya mengkhawatirkan dirinya, ada apa ya?
"Saya sehat kok Tuan, jangan khawatir" ucap Queen sambil senyum-senyum.
"Baguslah, sampai bertemu besok, karena masalah tanah itu belum selesai, segera kita selesaikan besok pagi, aku tidak ada waktu lagi, ada pekerjaan yang mungkin membutuhkan konsentrasi ku dan aku tidak mau diganggu"
Gubrak!
Oalah dalah, rupanya karena itu to mangkanya Queen dilarang sakit, mood Queen langsung melorot hingga bibirnya sedikit monyong sambil menjawab singkat.
"Siap Tuan"
Perbincangan pun terputus dan Queen segera merebahkan tubuhnya di samping Dini yang masih menikmati mimpinya.
Bersambung.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
udah tamat aja ceritanya masih candu sih ama semua cerita2 athor pingin ny gk habis2 klw bsa klw boleh lanjut terus 🥰🥰🥰
saudara yg lain ka....
seru...
buat cerita baru thor...
request Thor buat cerita keluarga ailina dong ..
selalu kutunggu