NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : Ringa, Pesan

Sudah bertahun-tahun berlalu, dan aku sekarang hampir lulus SD. Aku duduk di kamar, melihat kalender, menghitung hari-hari hingga liburan semester tiba. Saat itu, hatiku berdebar-debar karena aku tahu liburan ini aku dan keluargaku akan pergi ke kota tempat tinggal Abang Ryu. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya, dan rasa rinduku begitu besar.

Perjalanan panjang akhirnya berakhir ketika mobil kami berhenti di depan rumah Abang Ryu. Aku melihatnya berdiri di depan rumah, dengan senyum yang begitu hangat, senyum yang selalu membuatku merasa nyaman.

"Ringa!" serunya riang ketika aku turun dari mobil.

"Abang Ryu, sudah lama nggak ketemu! Abang sehat?" tanyaku dengan penuh semangat.

"Sehat, aku mau ajak kamu ke kebun apel nanti, mau?" tawarnya dengan mata yang bersinar.

"Mau banget, tapi Ringa lapar," jawabku sambil memegang perutku yang keroncongan.

"Yaudah kita makan dulu," katanya sambil mengajakku masuk ke dalam rumah.

Kami bergabung dengan keluarga Abang Ryu untuk makan siang. Aku bercerita tentang sekolahku dan berbagai kegiatan yang aku ikuti. Setiap kali Abang Ryu tertawa mendengar ceritaku, hatiku terasa semakin hangat. Kehadirannya selalu membuat segala sesuatu tampak lebih cerah.

Setelah makan siang, kami pergi ke kebun apel. Abang Ryu membawa tas berisi perlengkapan berkebun, dan aku sangat bersemangat untuk belajar merawat pohon apel. Perjalanan menuju kebun apel diisi dengan obrolan ringan dan kenangan manis.

"Abang Ryu, ingat nggak waktu pertama kali kita makan apel bareng?" tanyaku sambil tertawa kecil.

"Ingat banget. Waktu itu kamu masih kecil banget, dan kita beli apel di depan gang rumah kamu," jawabnya sambil tersenyum.

"Iya, rasanya baru kemarin kita beli apel bareng di toko buah, eh sekarang kita sudah mau ke kebunnya," kataku dengan gembira.

Sesampainya di kebun apel, kami langsung mulai bekerja. Abang Ryu mengajarkanku cara merawat pohon apel dengan benar, mulai dari memangkas ranting hingga memetik buah yang sudah matang. Aku belajar dengan cepat dan sangat menikmati kegiatan berkebun ini.

"Abang, ini gimana caranya?" tanyaku sambil menunjuk ke arah ranting yang sulit dijangkau.

"Biarkan abang yang urus, kamu perhatikan aja ya," jawabnya sambil menunjukkan cara yang benar.

Setelah selesai berkebun, kami duduk di bawah pohon apel, menikmati angin sepoi-sepoi yang sejuk. Abang Ryu mengeluarkan beberapa apel yang sudah dipetik dan membaginya denganku. Rasanya manis dan segar, membuat kami merasa puas dengan hasil kerja kami.

"Enak banget ya apelnya," kataku sambil menggigit apel.

"Iya, ini salah satu yang terbaik dari kebun kita," jawab Abang Ryu dengan tersenyum.

Kami terus berbincang-bincang, mengenang masa lalu dan berbagi cerita tentang masa kini. Setiap kali kami tertawa bersama, aku merasa ada ikatan khusus yang semakin kuat di antara kami. Waktu berlalu begitu cepat, dan tanpa disadari matahari mulai terbenam.

"Ringa, sudah sore. Kita harus balik ke rumah," kata Abang Ryu.

"Iya, abang. Ayo kita pulang," jawabku sambil mengangguk.

Kami berjalan kembali ke rumah, menikmati suasana sore yang tenang. Sesampainya di rumah, aku langsung bercerita kepada orangtuaku tentang kegiatan kami di kebun apel. Mereka tampak senang mendengar ceritaku dan memuji hasil kerja kami.

Hari-hari berikutnya, kami terus menghabiskan waktu bersama. Kami pergi ke tempat-tempat wisata di kota Abang Ryu, mencoba berbagai makanan lokal, dan tentu saja, sering kembali ke kebun apel. Aku merasa semakin dekat dengan Abang Ryu, dan perasaanku padanya semakin jelas. Namun, ada perasaan aneh yang muncul, seakan-akan ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya.

Suatu malam, setelah makan malam, kami duduk di teras depan rumah, menikmati malam yang tenang. Aku merasa lebih diam dari biasanya, dan Abang Ryu tampak menyadari hal itu.

"Ada apa, Ringa? Kamu kok kelihatan diam aja malam ini," tanyanya dengan lembut.

"Abang Ryu, aku mau bilang sesuatu," jawabku dengan suara pelan, mencoba mengumpulkan keberanian.

"Apa itu? Bilang aja, abang dengerin kok," katanya sambil menatapku penuh perhatian.

"Aku... aku senang banget bisa liburan di sini sama abang. Rasanya kayak pulang ke rumah kedua," kataku dengan mata yang berkaca-kaca. Perasaan di dadaku begitu hangat, namun juga penuh kebingungan.

"Aku juga senang, Ringa. Kamu selalu membawa kebahagiaan ke sini," jawabnya dengan tulus.

"Abang, aku mau tanya. Apa abang masih suka apel?" tanyaku tiba-tiba, merasa sedikit bodoh setelahnya. Tapi pertanyaan itu terus muncul di kepalaku.

"Tentu aja, apel itu buah favorit abang. Kenapa nanya gitu?" tanyanya dengan sedikit bingung.

"Aku juga suka abang," jawabku akhirnya, dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Eeeeh, maksudnya?" Abang Ryu tampak terkejut dan sedikit panik. Wajahnya memerah, membuatku merasa sedikit lega melihat reaksinya.

"Kan abang suka apel, berarti abang suka Ringa," kataku, mencoba menjelaskan dengan logika anak-anak yang sederhana tapi penuh makna.

Abang Ryu terdiam sejenak. Aku bisa melihat bagaimana kata-kataku menyentuh hatinya. Perlahan-lahan, dia mulai tersenyum, dan aku merasakan kebahagiaan yang mendalam saat dia mengungkapkan perasaannya.

Malam itu, di bawah langit penuh bintang, aku merasa bahwa cinta kami akan selalu tumbuh dan berkembang, seperti pohon apel di kebun kami.

Tapi semua berubah ketika mama membaca pesan-pesanku yang kukirim ke Abang Ryu. Mama marah besar dan mengirim pesan ke Abang Ryu.

[Kalian masih kecil, kalian juga saudara! Jauhin Ringa sekarang, mulai dari sekarang, jangan deketin Ringa lagi, ini mamanya.]

Sejak hari itu, aku dilarang berhubungan dengan Abang Ryu. Teleponku disita oleh mama dan aku tidak boleh lagi menghubungi Abang Ryu. Hatiku terasa hancur. Setiap kali aku mencoba bicara dengan mama, dia hanya menatapku dengan tatapan penuh kecewa.

"Mama, aku nggak ngerti kenapa mama marah banget," kataku suatu malam, berusaha memahami alasan di balik kemarahannya.

"Ringa, kamu masih terlalu muda untuk mengerti. Hubungan kalian tidak mungkin diterima oleh keluarga kita. Kalian harus fokus pada masa depan masing-masing," jawab mama dengan tegas.

Hari-hari berlalu dengan lambat dan penuh kesedihan. Aku merasa seperti terjebak dalam dunia yang sunyi tanpa kehadiran Abang Ryu. Setiap kali melihat pohon apel atau merasakan aroma segarnya, kenangan indah bersama Abang Ryu selalu kembali, menambah rasa sakit di hatiku.

Aku mencoba mengisi waktu dengan berbagai kegiatan di sekolah dan bergabung dengan klub-klub baru untuk mengalihkan pikiranku. Namun, rasa rindu pada Abang Ryu tidak pernah hilang. Setiap malam, aku menatap bintang-bintang di langit, berharap suatu hari bisa bertemu lagi dengannya.

Suatu hari, aku duduk sendirian di taman, menulis di jurnal kecilku. Aku menulis tentang perasaanku, tentang betapa aku merindukan Abang Ryu, dan tentang ketidakpastian masa depan kami.

Tiba-tiba, seorang teman sekolah menghampiriku. "Ringa, kamu kenapa? Kelihatannya sedih banget akhir-akhir ini," tanyanya dengan cemas.

Aku mencoba tersenyum dan menjawab, "Nggak apa-apa. Aku cuma lagi kangen sama seseorang."

"Siapa? Cerita aja, mungkin aku bisa bantu," desaknya dengan penuh perhatian.

Akhirnya, aku menceritakan semuanya. Tentang Abang Ryu, tentang kebun apel, dan tentang bagaimana mama melarang kami berhubungan. Temanku mendengarkan dengan seksama, memberikan dukungan moral yang sangat aku butuhkan.

"Kamu harus tetap kuat, Ringa. Waktu akan menyembuhkan luka ini. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, kalian bisa bertemu lagi," katanya sambil tersenyum.

Kata-kata temanku memberikan sedikit harapan di tengah kegelapan. Aku tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, namun aku berjanji pada diriku sendiri untuk tetap kuat dan berusaha menjalani hidup dengan penuh semangat.

Sampai di malam hari, aku mendengar ayah sedang telponan dengan seseorang. Suaranya terdengar serius dan tegang, membuatku penasaran. Aku mendekat ke pintu kamar ayah dan mendengar lebih jelas percakapan mereka. Dengan hati yang berdebar-debar, aku segera menyadari bahwa ayah sedang berbicara dengan Abang Ryu dan mereka nampak berdebat tentang perasaan Abang Ryu terhadapku.

Aku tidak bisa menahan diri lagi. Hatiku berteriak ingin ikut dalam percakapan itu, ingin membela perasaan kami. Dengan keberanian yang tersisa, aku menghampiri ayahku.

"Ayah, aku mohon, biarkan aku bicara dengan Abang Ryu," kataku dengan suara bergetar, penuh air mata.

"Tidak! Kembali ke kamarmu sekarang!" bentak ayahku, yang membuatku takut dan shock.

Aku terdiam, terkejut oleh kekerasan nada suaranya. Air mata semakin deras mengalir di pipiku. Rasanya seperti ada dinding besar yang semakin menjauhkan aku dari Abang Ryu. Dengan berat hati, aku berbalik dan berjalan kembali ke kamar, namun hatiku menjerit dalam kesedihan.

Di kamar, aku terisak-isak sendirian. Kenangan-kenangan indah bersama Abang Ryu terus berputar di kepalaku. Mengapa cinta yang begitu murni harus dipisahkan dengan cara seperti ini? Rasanya tidak adil. Dalam kegelapan malam, aku berdoa agar suatu hari nanti kami bisa bersatu kembali.

Hari-hari berikutnya terasa seperti mimpi buruk. Aku mencoba fokus pada sekolah dan kegiatan lainnya, tetapi bayangan Abang Ryu selalu ada di pikiranku.

Suatu hari, aku mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan mama. Aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya.

"Mama, tolong dengarkan aku," kataku dengan suara pelan namun penuh harap. "Aku tahu mama dan ayah khawatir, tapi perasaan kami bukan main-main. Kami benar-benar saling mencintai."

Mama menatapku dengan mata yang penuh dengan rasa iba, namun tegas. "Ringa, kamu masih muda. Kamu mungkin tidak mengerti sekarang, tapi suatu hari nanti kamu akan mengerti kenapa kami melakukan ini. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Tapi mama, Abang Ryu membuatku bahagia. Kenapa harus ada larangan ini?" tanyaku dengan suara yang penuh kepedihan.

Mama menghela napas panjang. "Karena cinta yang tumbuh di antara kalian bisa membawa masalah besar di kemudian hari. Kalian adalah keluarga, dan hubungan kalian tidak mungkin diterima oleh orang lain."

Aku tahu bahwa percakapan ini tidak akan mengubah keputusan mama, namun setidaknya aku sudah mengungkapkan perasaanku. Malam itu, aku menulis di jurnal kecilku, mencurahkan semua perasaan dan harapanku.

Meski sakit, aku tahu bahwa aku harus tetap kuat. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tetap mencintai Abang Ryu, meski harus menjalani hidup tanpa kehadirannya. Di dalam hati, aku menyimpan harapan bahwa suatu hari nanti, takdir akan mempertemukan kami kembali.

Sementara itu, aku berusaha menjalani hidup dengan penuh semangat, mencoba mengalihkan pikiranku dengan berbagai kegiatan di sekolah dan bersama teman-teman. Setiap malam, aku menatap langit, berharap dan berdoa agar Sang Pencipta membawa pesan cintaku kepada Abang Ryu.

Dan meskipun jarak memisahkan kami, aku tahu bahwa cinta kami akan selalu kuat, menunggu waktu yang tepat untuk kembali bersatu di bawah pohon apel yang menjadi saksi bisu cinta kami.

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!