Kisah cinta anak SMA terhadap seorang dokter tampan yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta ulang tahun temannya. Sonia demikian mabuk kepayang dan jatuh cinta pada dokter Monark, tanpa dia menyadari bahwa dia menjadi target sang dokter. Segala nasehat kakaknya tentang pribadi sang dokter, sama sekali tidak didengarkan. Tapi situasi bisa saja berubah. Bagaimana kelanjutan cinta Sonia dengan dokter Monark?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 : LIBURAN AKHIR TAHUN
Akhirnya liburan akhir tahun ajaranpun tiba. Untung semua anak dalam gang Shisi naik kelas. Tentu saja mereka sangat bahagia dan mengadakan pesta perpisahan yang sangat meriah. Tidak ketinggalan tentunya, masing masing mengundang pasangan. Yang tidak punya pasangan, misalnya Zaza, terpaksa menyeret adik, kakak, sepupu atau tetangga.
Di samping perkembangan yang makin menguatirkan antara Sonia dan Monark, Shisi juga kelihatan makin rapat dengan Reno yang dulu selalu di afkirnya.
Kemeriahan pesta memuncak ketika Shisi mengudang gang nya untuk berlibur di rumahnya. Orang tuanya pergi ke luar negeri selama tiga minggu. Ibunya meminta mereka menemani Shisi dan Idham.
Tentu saja tidak ada yang menolak. Bahkan Sonia langsung berjingkrak kegirangan dan serta merta mengajak Monark juga.
"Tidak tanya mamamu dulu?" tanya Monark tertawa.
"Ah, kalau ke tempat Shisi pasti boleh. Mama kenal dengan mamanya. Apalagi bila kau juga ikut."
"Apakah Shisi mau mengundang orang yang sudah tua seperti aku?" ajuknya, membuat beberapa gadis yang mendengarnya melengking panjang.
"Wah! Masa segagah ini sudah termasuk tua?" pekik Sonia sambil menoleh ke kiri dan ke kanan minta penegasan. Zaza mengangguk, tapai ada juga yang mengikik melihat uban tipis di kepala Monark.
"Shisi, mari sini!" panggil Sonia. "Apakah kau tidak mau mengundang Monark untuk menemani kita? Dia kan sepupumu? Lagipula, kalau ada yang sakit malam malam, wah, kan rumahmu itu jauh di ujung langit!"
"Jauh gimana, monyet?! Kan cuma selangkah dari RS Fatmawati?"
"Cuma selangkah, matamu! Ke luar sampai jalan raya saja sudah memakan waktu sepuluh menit. Pokoknya, kalau Monark tidak ikut, aku kuatir mamaku tidak akan mengizinkan....."
"Waduh! Ini pemerasan model baru!" seru Zaza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tapi Shisi cuma tertawa. "Boleh saja dia ikut. Tapi risikonya tanggung sendiri lho, kalau dia kecantol yang lain!"
Ancaman itu sempat membuat Sonia bergidik. Diliriknya Monark seolah mencari kepastian, namun yang dilirik hanya tertawa belaka. Sonia mulai menyesal telah mengajukan usul itu. Sungguh tak terpikir olehnya. Dasar bebal, kutuknya sendiri. Seandainya Monark benar tidak setia, maka dia yang akan kena getahnya. Mau bersenang senang malah cari penggebuk yang akan menghancurkan hati. Gimana ini ya? Jelas dia tidak bisa mundur lagi kalau tidak mau jadi bahan tertawaan.
"Ah Monark tidak mata keranjang seperti itu!" katanya akhirnya, menghibur diri. Monark malah tertawa lebih keras sambil merangkulnya. Sonia menarik napas lega, seolah sudah mendapat penegasan dari kekasihnya, bahwa dia tidak perlu kuatir.
Dan Monark memang tidak tertarik sedikitpun pada teman teman Sonia. Namun kemudian, dia ternyata terpikat pada yang lain.....
Rencana mau menginap di rumah Shisi ini ternyata cukup membuat heboh di rumah Sonia. Mama bertanya siapa saja yang ikut. Sonia menyebut semua nama teman temannya. Demi keamanan, dia tidak menyebut nama Monark. Firasatnya mengatakan, mama tak kan menyukai gagasan 'Monark juga ikut'. Padahal, di hadapan Shisi, dia justru menggunakan nama Monark untuk memperoleh izin mamanya....
Mama berpikir bolak balik. Karena Sonia naik kelas, dia berhak meminta sesuatu yang pasti tidak akan di tolak. Mama berunding dengan papa. Yang terakhir ini memancing Sonia meminta sesuatu yang aneh, hingga baru bisa dipenuhi dengan syarat, tak usah menemani Shisi.
Di luar dugaan, Sonia tidak mau meminta apa apa. Dia cuma minta izin untuk menginap di rumah temannya.
Setelah berunding balik dengan mama, akhirnya keduanya memutuskan untuk mengabulkan permintaan Sonia. Dengan syarat, Kirana mesti ikut menyertai.
"Ah, buat apa? Ini kan kumpulan bocah bocah, Ma? Beda selera dengan tante tante!"
"Nia! Jangan kau sebut kakakmu tante!" bentak mama. Sonia meleletkan lidah saking kaget. Tapi dia tertawa.
"Habis? Kalau bangun tidur, rambut acak acakan, belum mandi, dengan daster lusuh, sungguh mirip dengan tante sebelah! Apalagi kalau cemberut, tambah deh sepuluh tahun!"
"Awas, jangan sampai kedengaran Kirana! Dia itu kakakmu yang sangat sayang padamu!"
Sayang? Huh, mama tidak tahu sih? Dia malah mau membuat aku putus dengan Monark, katanya dalam hati, sengit.
Karena mama menegaskan bahwa syarat itu tidak boleh ditawar lagi, Sonia terpaksa setuju. Kontan dia berdoa sekuat hati agar Kirana menolak. Dia pasti banyak halangan. Praktikum. Jaga malam. Kuliah. Ujian. Ataupun menstruasi! Semogalah.
Harapannya musnah beberapa jam kemudian. "Monark ikut lho," bisiknya berharap akan membuat Kirana takut atau segan. Tapi..... dengan tenang Kirana menyatakan setuju untuk mengawal adiknya. Sonia hampir saja muntah saking kecewa. Buset, pikirnya. Sudah seumur mami mami, masih ingin kumpul dengan bocah bocah!
