Rindu Tak Bertepi

Akhirnya Dante kembali bekerja. Tapi kali ini, seluruh pegawai nya banyak yang mengundurkan diri. Terlebih sekretarisnya.

" Kalian kenapa mau resign? " tanya Dante

" Maaf pak, kami ga mau punya pimpinan yang sudah melakukan hal yang nazis. "

" Maksudnya? "

" Kami mendapat kabar kalau bapak sudah menghamili Elsa, OG di kantor ini. Kami sangat malu, pak. Ternyata kami mempunyai pimpinan yang seleranya sangat rendah."

Dante pun terdiam.

" Jadi karena itu kalian keluar? "

" Ia, pak. "

" Kalian tahu dari mana kabar ini? "

" Bu Anisa. Kami pikir selama ini, bapak dan ibu Anisa, adalah sepasang kekasih. Ternyata kami salah menilainya. "

" Baiklah, kalau kalian mau resign dari kantor ini , silahkan . Aku ga akan menghalangi nya. Terimakasih untuk selama ini buat kerja sama nya! "

Satu persatu pegawai nya resign. Mereka merasa sangat malu pada Dante.

" Kenapa jadi kacau begini ya?ah sudahlah. Elsa? apakah dia masih bekerja disini? " Dante pun pergi ke ruang pantry. Ia hanya melihat Satria saja di ruangan itu.

" Satria, Elsa dimana? "

" Pak, Elsa sudah resign, pak! "

" Resign? kapan? "

" Sudah seminggu yang lalu, pak. "

" Kenapa tidak ada pemberitahuan nya? "

" Ibu Anisa yang sudah memecatnya, pak! "

" Apa? Anisa memecatnya? "

" Ia pak."

" Trus kamu tahu dimana Elsa sekarang? "

" Bener kan dugaan ku, kalau pak Dante pasti menyukai Elsa! " gumam Satria.

" Satria, kamu dengar pertanyaan aku tadi? "

" Dengar pak. Elsa bekerja di salah satu pabrik, pak. "

" Kalian masih satu kos? "

" Masih, pak. "

" Alhamdulillah, makasih ya. Oh ya, kamu mau resign juga? "

" Kalau boleh di ijinkan, aku masih mau disini, pak! "

" Bagus. Bekerjalah yang giat. "

Dante pergi meninggalkan ruangan pantry itu.

Dari banyak nya karyawan, tinggal 6 orang lagi yang masih bertahan di kantor itu. Dante pun terpaksa mencari pegawai yang baru.

Hutang nya pun semakin banyak. Karena tidak ada lagi yang mau bekerja sama dengan perusahaannya. Perlahan Dante mencari pinjaman. Tapi tak satu pun ada yang mau membantunya.

Jalan satu - satunya adalah menemui papa nya. Setelah pulang bekerja, Dante kembali ke rumahnya.

" Pa, tolonglah aku, aku lagi butuh dana. Perusahaan ku sangat menurun drastis. "

" Butuh dana? apa kamu ga malu, meminta bantuan dari papa mu? apa yang uda kamu lakukan sama keluarga kita? kamu itu udah mencoreng nama keluarga Penembahan. Masih berani kamu datang menginjakkan kaki mu kerumah ini? ingat Dante, kamu bukan lagi anak papa, bukan lagi cucu pertama keluarga Penembahan. Dan nama mu tidak terdaftar lagi di kartu keluarga kita. Silahkan kamu pergi dari rumah ini. Kamu sudah buat malu saja! "

Dante masih diam. Ia mencoba menahan emosinya.

" Papa mau tahu, kenapa aku melakukan ini semua? "

" Papa ga perlu tahu alasan mu, sekarang pergi lah dari rumah ini! "

" Papa yakin akan mengusir aku? "

" Kenapa? kamu ngancam papa? kamu pikir, karena kamu cucu pertama Penembahan, kakek dan nenek mu akan menolong mu? oh tidak. Mereka juga sudah tahu kelakuan mu. Kamu sudah membuat mereka kecewa. Oh ya, lusa wisuda mu, jangan harapkan kami datang ke acara wisuda mu. Sekarang pergi lah! "

" Jadi papa sama sekali ga mau membantu aku? "

" Kamu ga ngerti apa yang sudah papa katakan barusan? tidak akan ada bantuan untuk mu! "

" Baiklah. Boleh aku mengambil semua pakaian ku kan, pa? "

Papa Dante langsung pergi meninggalkannya. Dante mengambil semua pakaiannya. Ia pun sudah pasrah akan resiko yang ia terima. Semua ini, ia lakukan demi menyelematkan dirinya. Ia tak mau menikah dengan Anisa. Sampai kapan pun. Cinta itu tidak bisa dipaksakan.

Semua fasilitas untuk Dante di sita oleh papa nya. Apartemen dan mobil yang dulunya diberikan pada nya, juga di sita papanya. Dante sama sekali tidak boleh tinggal di apartemen itu. Dante tidak marah, ia rela dan ikhlas menerima semuanya.

Dengan uang pas - pas'an Dante harus mencari tempat tinggal. Hari sudah malam. Dante duduk di sebuah taman. Ia tak tahu mau kemana. Malam itu, Elsa baru saja pulang bekerja. Ia melihat di taman banyak menjual makanan. Karena lapar, ia pun mampir di sana.

Ketika membeli makanan itu, Elsa melihat sosok yang tak asing baginya.

" Pak Dante? itu pak Dante kan? ngapain malam - malam begini di taman? mana sendiri lagi! " Elsa menghampirinya.

" Paaakkkk, Pak Dante? "

Dante menoleh ke arah suara.

" Elsa? " Dante terus memandang wajah wanita yang di cari nya itu.

" Bapak ngapain disini? malam - malam duduk di taman sendiri? " tanya Elsa sembari melihat sebuah koper besar milik Dante.

Dante tersenyum.

" Bapak kenapa? "

" Ini akibat karena berbohong, Sa! "

" Berbohong? maksudnya? "

" Aku uda ngajari kamu berbohong. Dan sekarang semua orang uda ninggalin aku! "

" Ninggalin bapak? ninggalin gimana, pak? oh ya, bapak uda makan belum? "

Dante menggelengkan kepalanya.

" Bentar ya pak, aku pesan makanan dulu! " Elsa memesan sepiring nasi goreng.

" Pak, bapak makan dulu ya. Nanti lanjut lagi ceritanya. Maaf ya pak, aku hanya bisa beli nasi goreng ini aja! "

" Emangnya kamu ga makan? "

" Hhmm, aku uda kenyang pak. Tadi aku bawa bekal. "

" Yakin kamu uda kenyang? trus kamu tadi mau pesan nasi goreng nya untuk siapa? "

" Untuk Satria, pak. Tapi ya uda ga pa - pa, nanti aku pesan lagi, pak. "

" Yakin ni ga pa - pa? "

" Ia lho, pak. Bentar aku ambilin air minumnya dulu! "

Dante mencicipi nasi goreng itu. Dante tidak pernah membeli makanan di pinggir jalan.

" Pak, gimana rasanya? "

" Hhmm, enak. Kamu ga mau? kita bagi dua, mau ga? "

" Makasih pak, tapi aku beneran uda kenyang kok! "

" Oh ya, kamu kenapa resign dari kantor aku? "

Wajah Elsa berubah menjadi sedih.

" Semua orang memaki ku, pak. Dan -? "

" Anisa memecat kamu kan? "

" Bapak tahu dari mana ? "

" Satria cerita, "

" Ia pak. Aku di pecat sama bu Anisa. Tapi sekarang aku uda kerja , pak. Tapi masih sama aja sih, jadi buruh. "

" Yang penting halal, ya kan? "

" Heheh ia pak. Di habisin nasi goreng nya ya pak! "

Dante menganggukkan kepalanya.

" Trus bapak mau kemana? "

Dante menghentikan makannya. Ia menggelengkan kepalanya.

" Aku uda bangkrut. Semua karena kebohongan itu. Mau ga mau aku harus melakukannya. Pernikahan itu ga bisa dipaksakan, karena memang sama sekali aku ga mencintainya. Sesuatu yang dipaksakan, akan berakibat fatal. Ya kan? " Elsa hanya menganggukkan kepalanya sembari berpikir, apakah ia akan mengajak mantan atasannya itu untuk tinggal bareng mereka?

" Pak, sabar ya! "

" Aku sabar kok. Sekarang aku jadi tahu, mana yang benar - benar teman. Oh ya, gimana kerjaan kamu? kamu betah ga disana? "

" Di betah - betahin ini, pak. Oh ya pak, gimana kalau bapak tinggal bareng kita aja? Sepertinya di kosan kita, ada kok satu kamar kosong! "

" Oh ya? "

" Ia, pak. Malam ini bapak ikut aku aja! "

" Makasih ya Elsa. Aku jadi ga enakan sama kamu, dulu aku suka marah - marah sama kamu. Uda marah - marah, ngajak kamu berbohong lagi. "

" Hahaha, santai aja kali pak. Ya namanya juga dunia pekerjaan. Ya kali ga pernah kena marah, hehehehe...! "

Dante terus menatap Elsa. Ternyata Elsa jauh lebih baik dari yang dipikirkannya.