Wanita Bayaran

"Tidak, tidak mungkin" ucap Jasmin sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin aku hamil." Teriak nya,

"Jasmin" Ucap Tyas lalu memeluk tubuh Jasmin. "Hey, hey, jangan menangis. Tenangkan dirimu" Tyas mengusap lembut pundak belakang Jasmin.

"Tyas .." Lirih Jasmin.

"Sudah jangan menangis lagi, lebih baik kita pulang."

"Baiklah Tyas." Jasmin menyeka air mata yang membasahi pipinya. "Tyas, dimana Ryan? siapa yang menjemputnya?"

"Tadi aku menyuruh Faa, mungkin saat ini Ryan sudah berada di rumah."

"Baiklah kalau begitu"

...🍃🍃🍃🍃...

"Lo yakin? Lo ngak salah dengar kan?" tanya Lisa pada Nona, saat mereka sudah berada di ruangan kerja.

"Gue yakin 100%, gue dengar sendiri kok, tadi dokter bilang kalau Jasmin hamil."

"Ngak mungkin, Jasmin belum menikah. Ngak mungkin Jasmin hamil."

"Benar dugaan ku." Timpal Fandi

"Dugaan apa?" serentak Nona dan Lisa bertanya dan menghadap ke Fandi.

"Benar dugaan ku kalau Jasmin sedang hamil." Fandi terdiam sesaat mengingat beberapa hari belakang ini Jasmin terus saja merasa mual, dan sangat menyukai buah salak yang ia bawah. "Apa lo berdua ngak memerhatikan Jasmin? lihatlah dia sangat suka makan buah yang gue bawa, dan Jasmin juga selalu mual, bolak balik kamar mandi dan itu menandakan orang yang sedang ngidam seperti istriku dulu." Jelas Fandi

"Tidak mungkin" bantah Lisa, yang masih belum percaya jika Jasmin hamil. "Jasmin wanita baik-baik. Dia pekerja keras, dia wanita yang mandiri, tidak mungkin Jasmin hamil di luar nikah"

"Apa jangan-jangan Jasmin adalah wanita itu?" Nona mengingat kejadian satu bulan silam.

"Wanita apa Non?" tanya Lisa.

"Lo ingat bulan lalu Fandi cerita jika salah satu karyawan di sini menemani pemimpin perusahaan semalam di kamar hotel, apa jangan-jangan itu Jasmin."

"Bisa jadi." Timpal Fandi.

"Lo berdua kenapa sih? Ingat yah, Jasmin itu wanita baik-baik. Ngak mungkin lah Jasmin seperti itu."

"Mungkin saja, kita ngak tahu kan Jasmin seperti apa di luar sana." Elak Nona

...🍃🍃🍃🍃...

"Kak Tyas, kak Jasmin." Sapa Faa saat melihat Tyas membuka pintu rumah.

"Dimana Ryan?" tanya Jasmin

Faa menunduk, ia bingung harus mengatakan apa,

"Faa di mana Ryan?" tanya Tyas.

Jasmin yang mulai merasa khawatir melihat Faa yang hanya diam saja, akhirnya Jasmin masuk ke dalam kamar nya mencari keberadaan sang anak. "Ryan" panggil nya.

"Sayang, kamu sudah pulang?" Ucap Jasmin lagi, namun tak menemukan Ryan di dalam rumah.

"Katakan dimana Ryan?" tanya Tyas pada adiknya Faa

"Faa, dimana Ryan? bukan kah tadi Tyan menyuruhmu menjemputnya? sekarang di mana anak ku?" tanya Jasmin sambil mengguncang kedua bahu Faa.

"Aku tidak tahu" Lirih Faa sambil menunduk.

"Tidak tahu? bagaimana mungkin?" Jasmin mengusap wajahnya mendengar ucapan Faa yang tidak tahu dimana keberadaan sang anak.

"Faa, apa tadi kau menjempur Ryan?" tanya Tyas, dan Faa mengangguk kan kepalanya. "Lalu dimana Ryan sekarang."

"Ryan tidak ada di sekolah, tadi ada orang tua murid yang bilang kalau Ryan sudah di jemput sama seorang pria."

"Tidak mungkin, anak ku." Jasmin langsung bergegas keluar rumah bergegas mencari keberadaan sang anak.

"Jasmin, tunggu." Teriak Tyas "Jangan kemana-mana, kalau Ryan pulang, jangan lupa hubungi kakak" Titah Tyas pada Faa, lalu berlari menyusul Jasmin.

Beberapa saat kemudian Jasmin dan Tyas telah tiba di sekolah, dan langsung menuju ruang guru menanyakan siapa yang menjemput anaknya tadi, dan di lihat dari cctv terlihat jelas jika Dave yang menjemput, pihak sekolah langsung memberikan alamat rumah Mika kepada Jasmin dan tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Jasmin dan Tyas langsung ke rumah Dave.