Blurb...
"Sejak kapan kau mencintaiku hubby?" Tanya Alena setelah mereka selesai dengan percintaan panas mereka dan kini mereka saling memeluk satu sama lain.
"Sejak kau memakai hijabmu ini honey, kau semakin cantik setelah mengenakan hijab." Ucap Abraham sembari membelai lembut wajah cantik sang istri.
"Kalau begitu aku adalah pemenangnya hubby, karna aku sudah mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu" Bangga Alena sembari mengecup bibir sang suami.
"Aishhh! kau pikir ini sebuah perlombaan!" Pekik Abraham sembari mencubit hidung sang istri dengan gemas"
Akankah pernikahan mereka bertahan hingga akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mogok bicara
"Abbi keterlaluan, memangnya ini zaman Siti Nurbaya apa?"
Rutuk Alena sembari mengemasi pakaian serta barang-barang berharga miliknya kedalam sebuah ransel, ia sudah bertekat untuk pergi dari rumah malam ini juga.
Tok! tok! tok!
Alena yang sedang sibuk mengemasi barang-barangnya, sampai berhenti sejenak karna mendengar suara ketukan yang cukup keras.
Terdengar seperti suara ketukan pintu namun ini lebih nyaring lagi.
Setelah mencari-cari, akhirnya Alena menemukan sumber suara tersebut. Berasal dari arah jendela kamarnya sendiri.
"Mang Diman? Apa-apaan ini?" Pekik Alena kala melihat sosok penjaga pesantren al-Huda berdiri tepat di luar jendela kamarnya.
Pria renta itu sedang memasang kayu diluar jendela kamar Alena dengan bentuk yang menyilang hingga membentuk huruf X.
"Maaf neng Alena, mang Diman cuma menjalankan perintah dari pak ustadz saja"
Jawab mang Diman dengan sungkan.
Walau tak tega, tapi pria tua itu tetap melakukan perintah ustadz Ryan untuk menyegel jendela kamar Alena. Supaya gadis barbar itu tidak bisa melarikan diri lewat jendela.
"Huhf...menyebalkan!"
Alena menghembuskan nafas kasar. Netranya berotasi mengitari seisi kamar sembari mencari cara agar ia bisa keluar dari kamar itu tanpa harus lewat pintu atau jendela.
"Sttt..ssst..Alena!"
Terdengar suara seseorang menyerukan namanya, Alena pun mencari darimana suara itu berasal.
"Sttt.. diatas"
Alena mendengar suara itu lagi.
Gadis barbar itu pun mendongakan kepalanya ke atas. Di saat itu pula turun tali tambang yang cukup panjang dari arah plafon kamarnya yang sudah terbuka.
"Abraham--"
Seru Alena kegirangan, setelah melihat di atas plafon kamarnya itu ada Abraham yang memberinya isyarat untuk naik.
***
***
"Sayang, tolong buatkan abbi segelas kopi"
Pinta Ryan pada Maryam sang istri yang sedang asik membaca novel online.
"Hem" Balas Maryam.
Walaupun hati sedang dongkol terhadap sang suami, Maryam tetap mematuhi perintah lelaki yang telah menghalalkannya itu.
Tanpa banyak bicara, Maryam berjalan ke arah dapur untuk mengambil kopi yang Ryan minta.
Bruk!
Maryam meletakan gelas kosong, toples kopi dan gula di hadapan sang suami, setelah itu ia kembali melanjutkan membaca novel onlinenya dengan santai.
"Loh, kenapa seperti ini sayang? Apa di rumah kita tidak ada air panas?"
Tanya Ryan keheranan, karna bukan segelas kopi yang siap untuk diminum yang ia dapatkan.
Namun Maryam tetap hening tak menjawab. Ia memutuskan untuk mogok bicara pada sang suami karna merasa kesal dengan tindakan Ryan yang sudah mengurung putri kesayangannya di dalam kamar.
"Hem, jadi ummi masih marah?" Tebak Ryan.
Pria itu menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah sang istri yang kini tak ada bedanya dengan tingkah Alena.
Sikap bungkam Maryam terus berlanjut hingga keesokan harinya.
Wanita yang selalu bersikap lembut pada siapapun itu, kini telah berubah jadi sosok wanita yang dingin.
Tepat pukul 06.30 pagi, Maryam mulai menghidangkan sarapan di meja makan tanpa berbicara sepatah katapun pada sang suami yang sedari tadi terus menatapnya dengan tatapan yang sendu.
Didiamkan oleh sang istri, membuat Ryan merasa ada yang hilang dari dunianya.
"Sayang, mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini?"
Tanya Ryan sembari menggenggam tangan sang istri yang tengah sibuk menata piring di atas meja makan.
Namun Maryam menepis tangan kekar itu seraya berlalu ke arah dapur untuk mengambil menu makanan yang lainnya.
"Cek, dasar wanita!"
Gumam Ryan sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut hebat.
Menghadapi sikap random Alena saja, pria paruh baya itu sudah kewalahan. Sekarang di tambah Maryam pula.
"Astagfirullah" Ryan mengusap wajahnya dengan kasar.
Tak lama kemudian, Maryam kembali ke meja makan sembari membawa sepiring omlet kesukaan Alena.
Maryam sengaja meletakannya tepat di hadapan sang suami, dengan maksud untuk menyindir pria keras kepala itu.
"Ok, ok baiklah. Ini ambilah, sekalian ajak anak itu ikut sarapan dengan kita"
Ucap Ryan sembari memberikan kunci kamar Alena kepada Maryam. Wanita baik hati itupun mengambilnya dengan perasaan sumringah.
Dengan perasaan bahagia, Maryam berlari kecil menuju pintu kamar sang putri.
Ceklek
Pintu kamar Alena sudah terbuka lebar, namun Maryam tak menemukan ada siapapun di kamar itu.
"ALENAAAAA----"
Teriak Maryam sangat keras.
"Uhuk! Uhuk"
Sampai membuat Ryan tersedak saking kagetnya.
#Sebelum lanjut, jangan lupa dukungannya dengan cara like, komen, vote dan hadiahnya. Makasih^^#