Jodoh Jalur Mantan

" Ohh setelah buang adeknya sekarang kejar kakaknya? pantesan aja langsung naik jadi sekertaris ternyata karena genit ya bukan karena prestasi dan kemampuan" entah dari mana datangnya stella yang berjalan bersama Dandy saat ini sudah bertatapan dengan giva dan gio di lobby kantor.

Tidak ada yang menjawab giva dan gio masih terus melangkahkan kakinya menuju lift, sama-sama memiliki sifat yang cuek mereka tidak menghiraukan ucapan Stella toh tidak ada penyebutan nama jelas secara pribadi ucapan Stella ditujukan kepada siapa dan giva merasa dirinya tidak seperti apa yang Stella ucapkan jadi tidak ada alasan untuk menanggapinya.

Trriiinggg

Pintu lift terbuka saat ini Stella, Dandy, Gio, dan Giva berada dalam satu lift yang sama sesekali Dandy mencuri pandang kearah giva yang berada disamping gio ingin rasanya membuka obrolan tapi ia tahu posisinya saat ini harus profesional karena berada dilingkungan kantor.

" Cih wajah polos dan alim tidak menjamin perilaku baik" Stella terus saja mengumpat menyindir giva yang masih saja cuek membuat hatinya semakin panas apalagi dia memergoki Dandy mencuri pandangan kearah giva dengan senyuman tipis walaupun tidak ada respon apapun tetap saja membuat hatinya panas.

Bruuuggghhhhhh

" Uppsss sorry lagian Lo ngapain disitu udah tau gue mau keluar jadi bukan salah gue dong" Stella yang sengaja menabrak tubuh giva saat akan keluar dari lift hany bisa menutup mulutnya dengan sinis.

" Stella kamu apa-apaan sih minta maaf ga?" Dandy yang reflek menghampiri giva seketika menatap tajam Stella.

" Apaan sih sayang orang aku ga salah kok minta maaf dianya aja yang ga kasih jalan aku lewat, kamu gausah kebawa drama dia deh" Stella yang pada dasarnya keras kepala tidak mau disalahkan.

" Minggir kamu biar saya yang bantu giva, kamu urus saja kekasih kamu untuk tau bagaimana harus bersikap jika ingin dihargai seharusnya dia juga harus bisa menghargai oranglain jika tidak bisa dan tidak mampu silahkan ajukan surat pengunduran diri ke bagian hrd saya tidak akan menghalangi karyawan yang merasa tidak nyaman bekerja disini dan bagi karyawan yang minim attitude tidak ada toleransi karena disini tempat untuk bekerja" Akhirnya yang ditakutkan oleh Dandy terjadi jika gio sudah bersuara maka semuanya akan terjadi tanpa tapi.

" Kak gio kok ngomongnya gitu sih udah kemakan sama muka polosnya dia ya, udah dikasih apa aja sama dia kak sampe-sampe Kaka rela ngebelain kaya gini apa kamu udah kasih tubuh kamu ya sama kak gio? cihh murahan sekali"

Plaaakkkkkk.....

" Dengar nona Stella yang terhormat saya memang bukan orang kaya tapi saya tau batasan dalam bersikap dan sudah saya pastikan saya selalu berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat, jika hanya omong kosong yang kamu katakan saya masih bisa tahan tapi jika kamu sudah menuduh saya tanpa bukti apalagi menginjak dan merendahkan harga diri saya jangan sampai salahkan saya jika saya akan berbuat lebih dari ini selamat pagi" tanpa ada aba-aba giva langsung bangkit memberikan tamparan cukup keras dipipi kiri Stella dan berlalu menuju ruangannya hatinya begitu sakit apa serendah itu dia dimata orang-orang.

" Dandy ini sudah yang ke 3 kalinya dia membuat rusuh, ajari kekasihmu sopan santun jangan sampai mempermalukan diri sendiri dan jika itu sampai terjadi lagi jangan salahkan aku apa yang akan terjadi atas keputusan yang aku berikan" setelah gio berbicara dengan adiknya tanpa menatap kearah Stella ia langsung pergi menyusul giva.

" Sudah puas nona Stella? Kamu gabisa apa jaga ucapan dan sikap kamu selama dikantor hah? Emang salah giva apa? Coba kamu pikir apa dia pernah menjambak rambut kamu? Apa dia selalu mencari kesalahan atas pekerjaan kamu? Apa dia sering memberikan informasi buruk kepada kak gio? tidak bukan? Lalu kenapa kamu selalu mencari masalah Stella aku pusing sama sikap kamu silahkan kamu renungkan kesalahan kamu pagi ini aku sudah tidak bisa membela kamu dihadapan kak gio kalau kamu merasa tidak mampu silahkan kembali ke perusahaan orangtua kamu" Dandy yang kesal langsung memberondong pertanyaan yang membuat lidah Stella terasa kaku untuk menjawabnya karena memang apa yang dikatakan benar adanya sehingga tidak ada alasan untuk membela diri.

------------

Hiksss...hikksss...hiksss....

" Giva" suara lembut itu terdengar hangat saat ini ditelinganya namun giva sudah tidak memiliki tenaga untuk mengangkat wajahnya ia masih terus menundukkan kepalanya diatas meja kerjanya.

" Saya kasih kamu waktu untuk menangis keluarkan segala rasa sakit itu dan setelahnya kamu harus kembali tersenyum, tapi saya mau bilang kamu hebat pagi ini bisa membela diri kamu dengan baik" gio memberikan afirmasi positifnya membuat giva kembali merasa ada energi.

" maaf pak karena saya merepotkan bapak untuk menjemput kerumah jadi adik bapa dan kekasihnya salah paham" giva memberikan diri untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.

" kenapa harus meminta maaf, tidak ada kewajiban apapun Stella harus repot ikut campur tentang saya giva, mau saya menjemput kamu ataupun saya menginap dirumah kamu pun Stella tidak ada keajaiban untuk tahu ataupun ikut campur karena dia bukan siapa-siapa saya paham sampai sini?" gio memberikan jawaban telak yang membuat bibir giva seketika tertarik sempurna dan menganggukkan kepalanya.

" Terimakasih pak sudah membela saya"

" Tidak ada yang membela setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya yang harus ditanggung bukan? Dan itu yang harus Stella rasakan sekarang atas perbuatannya biar jadi pelajaran hidupnya" Gio lagi-lagi jawabannya membuat hati giva merasa tenang.

" Sudah sana rapihkan penampilan kamu, biar seger kerjaan cepet beres sore ini kamu dijemput Rio kan? Nanti kalau dia tahu kamu menangis seperti ini bisa bisa saya kena omel dan ga dapet izin lagi" gio bangkit dari duduknya mengusap lembut kepala giva dan langsung masuk kedalam ruangan kerjanya.

Hah apa tadi? Izin? Izin apa duh gue gamau salah paham deh nanti galau lagi tapi usapan kepala gue bikin banyak kupu-kupu terbang gumaman hati giva saat ini sudah berubah menjadi romantis.

Melihat salah tingkah dari giva tanpa disadari gio yang sudah duduk di kursinya menghadap meja giva hanya bisa menggelengkan kepalanya, mungkin sore ini akan ada surat perizinan yang keluar menghampiri Rio.

" Lah giv Lo kenapa? Buset masih pagi udah sembab aja begadang semalam?" Fandy yang baru datang langsung menghampiri sahabat kekasihnya sekaligus rekan kerjanya saat ini.

" Abis kesetrum bang, udah ah mau ke toilet dulu" giva langsung bangkit dari duduknya.

" Lah aliran listrik mana yang rusak biar gue kabarin pihak utility, gue masih muda gamau mati dulu givaaaaa" Fandy yang panik langsung menghampiri giva.

" Kesetrum cinta bang" giva menjulurkan lidahnya langsung masuk kedalam toilet