Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Kejadian Mengenaskan
"Guys, ini cuma kebetulan kan?" tanya Reno dengan suara gemetar. Keringat dingin sebesar biji jagung menetes dari kepalanya.
Tak ada yang menjawab. Bahkan Raya langsung maju dan berusaha mematikan DVD. Namun, nihil. Lagu terus berputar hingga sampai pada bagian reff. Kini, tak hanya hembusan angin yang makin menggila. Bau anyir bercampur aroma kentang rebus menyeruak, menyapa indra penciuman seluruh penghuni studio.
Tiba-tiba Bemby berteriak dan jatuh berdebum di lantai keramik. Semua terkesiap dan mundur beberapa langkah. Bemby menggeliat, lalu merangkak sambil menatap satu persatu rekannya. Anehnya, itu bukan tatapan Bemby. Tatapan itu liar serupa iblis yang haus darah. Mulutnya menggeram penuh amarah.
"Kalian telah membangunkan ku!" serunya. Tak ada yang berani menjawab.
"Bemby kesurupan?" bisik Karin dengan nada takut, seiring dengan bulir bening yang menetes dari matanya.
Bemby makin menggila. Ia terus berteriak dan memukuli tubuhnya sendiri. Lalu, ia memecahkan gelas yang ada di meja dan memakannya dengan rakus, tak peduli dengan bibirnya yang berdarah-darah. Lalu, jemarinya menunjuk, seakan mengancam orang-orang yang ada di hadapannya.
"Pergi! Jangan kau bangunkan kami, jika kau tak mau terseret dalam kegelapan!" serunya.
Raya memejamkan mata, berusaha berkomunikasi dengan makhluk yang menghuni tubuh Bemby tanpa sepengetahuan teman-temannya yang lain.
Pesta yang dilihatnya bersama Sagara hadir lagi dalam benak Raya, seakan turut memberi peringatan. Ia bisa melihat sosok lelaki Belanda yang sengaja masuk dalam tubuh Bemby karena merasa terundang dengan lagu itu. Rupanya, ia adalah arwah salah satu korban pesta mematikan itu.
"Bemby! Kau pasti bisa kembali! Jangan biarkan makhluk lain menguasai tubuhmu!" seru Raya, tetap dalam posisi mata terpejam.
Bemby menyeringai dan menyabet tubuhnya sendiri dengan pecahan kaca hingga kaos hijau yang dikenakannya robek. Darah menetes dari luka itu meski tampak tak terlalu dalam. Karin dan Pita menjerit, sementara mulut Raya tampak komat-kamit membaca sesuatu.
Sagara, Reno, dan Bara hanya bisa mematung dengan mulut ternganga, bingung harus melakukan apa dalam kegelapan. Apalagi tubuh mereka seakan dikunci, hingga tak bisa beranjak untuk membuka pintu dan meminta pertolongan.
Bemby memekik halus, lalu tubuhnya terkulai dan rebah begitu saja di lantai yang dingin. Bersamaan dengan itu, lampu menyala. Pita, Karin, Bara, dan Reno langsung menghambur keluar, takut Bemby kesurupan lagi. Raya dan Sagara tetap di dalam dan memeriksa keadaan Bemby. Sungguh mengenaskan. Mulut dan dada Bemby terluka akibat terkena pecahan kaca.
Beberapa orang menghambur masuk dan ikut menolong Bemby, sementara yang lain berinisiatif menelepon ambulans.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya seorang security.
"Tadi listrik mendadak mati, lalu teman kami kesurupan." jawab Sagara singkat dan tanpa ekspresi.
"Listrik mati?" Security itu mengerutkan alis, mengusik keingintahuan Sagara. Pemuda berbadan kekar itu lalu memandang security berusia lima puluh tahunan itu dengan sabar, seakan menanti kalimat selanjutnya yang bisa ditebak.
"Perasaan dari tadi listrik nggak ada yang mati. Nggak mungkin kalau satu mati, sementara yang lain tidak." jawabnya lancar, membuat Sagara terhenyak.
Sementara itu, Raya duduk sendiri di sudut teras studio. Matanya menerawang jauh, menatap langit malam yang mencekam. Ribuan tanda tanya dan rasa bersalah hinggap, membuat air matanya tak mampu dibendung. Karin yang melihat kegundahan Raya, mendekat lalu memeluk sahabatnya itu.
'Ray, jangan menangis. Bemby pasti baik-baik saja!" hibur Karin. Jemarinya yang lentik mengusap air mata Raya yang berjatuhan.
"Semua gara-gara aku, Kar. Gara-gara lagu sialan itu!" geram Raya dengan tangan terkepal kuat.
Karin menghela napas berat, "Raya, itu hanya sebuah lagu. Tidak ada hubungannya dengan peristiwa ini. Semua kebetulan saja." ucapnya. Raya tersenyum, lalu balas memeluk Karin.
Beberapa meter dari tempat Raya dan Karin duduk, seseorang memandang dengan penuh kebencian. Matanya menyiratkan dendam kesumat dan amarah yang tak terbendung. Ia bersumpah, suatu saat pasti bisa menghancurkan Raya. Ia adalah orang yang harusnya menjadi vokalis KapRal, tapi gagal gara-gara kehadiran Raya.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍