NovelToon NovelToon
Married With Mr. Idiot

Married With Mr. Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Niat hati mencari suami kaya agar terbebas dari belenggu ibu tiri, membawa seorang Lilyana nekat mengait pria kaya yang ditemuinya di taman. Namun, apa jadinya jika pria itu mengalami keterbelakangan mental alias idiot.

"Ya, ayo menikah ...!" pria berpenampilan tuan muda bertepuk tangan dengan gaya khasnya yang seperti bocah.

"Oh, no!"

Bagaimana kelanjutannya? Yuk, simak ceritanya.

***

Jangan lupa juga baca novel author yang lainnya: (My Son Is My Strength, Sang Antagonis & Membalaskan Dendam Janda)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Keluarga Tiri

Kalau ada pistol Vian sudah mengacungkannya tinggi-tinggi dan bersorak yang membangkitkan semangat. Tak lupa wajahnya juga ingin ia warnai dengan pewarna hitam kalau ada.

Vian berjalan membusungkan dada, sembari menggenggam tangan Lily. Para bodyguard yang ikut bersamanya kini mulai mengambil tempat dan berbaur bersama yang lain. Walaupun begitu, mata mereka selalu menatap awas pada sang junjungannya.

Semakin mendekat mata Davina dan Naura seakan keluar tak kala memberikan pelototan pada Lily, namun saat bertemu tata dengan Vian mereka menjadi salah tingkah dan berubah manis nan lembut.

Lily memutar bola mata, tetapi walau begitu gadis itu tetap saja tegang berhadapan begini dengan ibu dan saudara tirinya. Apalagi ia yang sudah tak pulang beberapa hari dengan terakhir kali ia yang terlibat masalah dengan Naura.

Empat orang tersebut duduk melingkar mengisi empat kursi yang memang di sediakan. Makanan dengan berbagai jenis terpampang di buku menu, Vian menunjuk asal menu dan memesannya.

Davina dan Naura saling pandang. Chik! Tidak diragukan lagi, pemuda di depannya ini memanglah orang kaya sejati. Buktinya saat memesan makanan sama sekali tidak memedulikan harga. Baik Devina maupun Naura menatap dengan pancaran takjub.

‘Bagaimana pun caranya, aku harus mendapatkannya!’ batin Naura yang sepemikiran dengan ibunya, gadis bermake-up tebal itu tak sabar menjadikan Alvian sebagai ATM berjalannya. Siap sedia, sebentar lagi ia akan dapat memborong barang-barang branded dan menjadi orang kaya baru. Mimpi ketinggian yang tidak memikirkan resiko ke depannya.

“Ayo, Ly. Aku mau di suapin dong!” pinta Vian manja dengan tak lupa gaya cadelnya yang memang imut. Lily memang berada di sisi kanannya, sedangkan sisi kirinya ada Naura yang terlihat semakin memepet.

Baru saja Lily ingin membatu Vian, tetapi dengan cepat dicegah oleh Naura. “Biar aku saja, ya.” Kata Naura lembut sembari mengambil alih sendok Vian.

Kernyitan dahi Vian begitu kentara tanda tidak suka, namun Naura pura-pura tidak mengerti akan ketidaksukaan pria itu.

“Aku bisa sendiri!” putus Vian kemudian. Setelah membersihkan tangannya, ia meraup nasi gorengnya, melahap dengan serampangan. Nasi meluber ke mana-mana, hidup dan pipinya pun dipenuhi oleh kecap.

Seketika Davina menampakkan tatapan jijiknya akan kelakuan pria itu yang sama sekali tidak ada elitenya, sedangkan Naura refleks ingin muntah. Seketika merasa ilfil dengan pria tanpa itu.

“O-oke, k-kamu makan sendiri aja,” Naura menyimpan kembali sendok Vian, ia perlahan menggeser kursinya menjauh. Tetapi sebelum itu terjadi, Vian terbatuk dengan begitu hebohnya, nasi yang baru saja ia kunyah sontak saja berhamburan keluar dan mengenai Naura.

Naura berteriak histeris, dan teriakan yang membuat mulutnya terbuka lebar itu memberikan cela nasi yang tengah berhamburan masuk. Seketika gadis itu mengatup mulut dengan kaku, wajahnya pias menghijau.

“Arkkkhhh!” detik berikutnya Naura lari tunggal-langgang menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya yang mendadak mual.

“Naura,” Davina bingung antara mengikuti sang anak atau bertahan menemani dua orang ini.

“Bwuang, lu nggak papa?” Lily menepuk punggung Vian berharap batuk pria itu mereda, tetapi bukannya mereda batuknya malah semakin menjadi. Dan kini malah berhamburan tepat di depan Davina yang juga mulai berteriak histeris, kaget dengan butiran nasi mengenai wajah cantiknya.

“Minum dulu, minum dulu ...” Lily menyodorkan segelas air minum, dengan cepat Vian meraihnya.

“Akhhh, terima kasih Lily.” Ucap Vian kemudian yang sudah merasa tenang dan lega.

“Apa-apaan kamu ini!” bentak Davina menggelegar, kandung marah dengan kelakuan Vian yang kurang ajar menurutnya. Karena di kuasai emosi, wanita itu melupakan rencana awalnya, masa bodoh menjaga image di depan Vian. Saat ini ia hanya ingin meluapkan emosinya saja, mempertontonkan bagaimana sifat aslinya.

Alvian mencebik, tetapi sesaat kemudian, ia menunjukkan raut ketakutan. Bahkan matanya kini mulai berembun yang kapan saja bisa luruh.

“Tante jangan bentak-bentak,” Lily maju menjadi gardan Vian, gadis itu memang tidak memanggil Davina ibu, karena memang wanita itu tidak menginginkannya. Setelah suaminya meninggal—ayah dari Lily, Davina bahkan ingin di panggil ‘nyonya’ oleh anak tirinya. Menunjukkan tempat yang tepat pada gadis itu, yang tak lain hanya lah seorang babu untuk mereka.

“Apa? Kamu berani?!” tantang Devina maju satu langkah, bersiap menjambak rambut Lily. Namun niatnya ia urungkan tak kala melihat bodyguard Vian mendekat, para pria berbadan kekar itu mulai curiga dengan apa yang terjadi.

Padahal Lily sudah siap adu jotos, walaupun harus berakhir dikeroyok oleh Davina dan anaknya Naura.

“Tuan, ada apa? Anda baik-baik saja?” tanya mereka serempak. Davina kembali mundur beberapa langkah, berabe jika ia terlibat masalah dengan pria-pria kekar ini. Ia tentu tahu kapasitasnya. Adu mulut mungkin ia akan menang, tetapi adu otot ... Davina yakin ia akan jadi geprek.

Bukannya menjawab, Vian malah menarik tangan Lily. “Kita pulang aja,” cicitnya sembari menggoyangkan salah satu tangan Lily. Tentu ia takut dengan tampang Devina yang begitu menakutkan, keberaniannya tadi dengan cepat menguap hilang tak bisa ditarik kembali. Tampang Devina melebihi ibu tirinya ketika marah.

Lily menoleh ke belakang, melihat tatapan ketakutan dan pias dari Vian. Ia pun menghela napas, melihat ibu tirinya sekali lagi. Lalu menyetujui ajakan Vian.

“Heh! Kalian tidak boleh pergi begitu saja, siapa yang bayar semua ini?” teriak Davina mengejar Lily dan Vian. Namun, langkahnya dengan cepat dicegat oleh pegawai restoran.

“Ibu harus bertanggung jawab,” ujar pegawai restoran melihat makanan yang memenuhi meja.

“Mah, ada apa?” Naura baru saja kembali dari toilet, sekarang ia tampak lebih baik.

“Totalnya ...”

“Tidakkkkkkkkk!” histeris Devina, hampir pingsan mendengar total pesanan makanan di atas meja. Padahal itu bukan pesanannya semua.

“Kalau kalian tidak bisa membayar, kalian harus mencuci piring!” Naura menggeleng kuat, tidak setuju. Pegawai restoran tidak mengindahkan, mereka menarik ibu dan anak itu ke belakang.

Orang-orang di sana hanya melirik sekilas, lalu mencebik dalam hati karena merasa terganggu oleh drama orang miskin yang tidak bisa membayar makanan.

“Makanya sadar diri, sudah miskin malah sok kaya!” seorang nenek tua menggeleng prihatin, padahal ucapannya barusan tidak menunjukkan demikian. Devina dan Naura semakin memberengut kesal.

Di dalam mobil yang menuju kediaman Adhitama, Lily dan Vian tampak sama diam dengan pikiran mereka masing-masing. Selera makan keduanya hilang sudah. Lily dengan pikiran yang tertuju pada dua sosok yang menjadi mimpi buruknya selama ini. Sedangkan Vian yang pikirannya sudah menjelajahi alam dunia lain alias mimpi. Jangan harap ia yang terpengaruh dengan kejadian tadi, buktinya sekarang tidurnya amat nyenyak.

Kepalanya oleng ke kanan, oleng ke kiri, begitu terus, sudah seperti wiper kaca mobil saja. Merasa kasihan Lily menarik kepala Vian dengan pelan dan menyandarkannya di bahunya yang kecil. Vian menggerakkan kepalanya, mencari kenyamanan.

“Udah dikasih hati, minta jantung lu, Bang.” Ujar gadis itu pada Vian yang ngelunjak saat tidur sekalipun. Inginnya sih menyentil kening Vian, tetapi tangannya mengerjakan lain. Tangannya yang tak lagi memperkerjakan pekerjaan berat, mengusap kepala Vian dengan lembut.

“Makasih, ya,” bisiknya pelan, amat pelan. Berterima kasih pada Vian karena aksinya tadi baik di sengaja atau pun tidak, tetapi secara tidak langsung sudah memberikan pelajaran pada Devina dan Naura. Lily juga yakin, keduanya kini sedang ketar-ketir masalah pembayaran makanan.

Dan benar saja, Devina dan Naura sedang menjalani hukuman mereka mencuci piring yang amat menggunung. Uang yang mereka bawa hanya cukup membayar sebagian menu saja, apalagi menu yang ada di meja mereka adalah menu-menu termahal restoran itu. Bilangnya saja nasi goreng, harganya sudah selangit karena Vian menambahkan toping telur caviar. Keduanya mulia merutuki Kirana yang membawa mereka ke restoran mahal tersebut. Bukannya untung, malah rugi yang mereka dapatkan.

‘Sungguh sial!’

***

1
Tantri Tantri
mana ni update yg baru
Lisa Kusmiran07
lanjut
R4Z1
up lagi Thor
Lisa Kusmiran07
Kirana penuh siasat
Lisa Kusmiran07
semangat up
Lisa Kusmiran07
Lily jangan terpengaruh sama nenek lampir,
Lovely_88
Hahahaha lucu 2 org yg sama2 polos ternyata 😅😅 lily otw unboxing nih
Lisa Kusmiran07
semangat kak up nya
Nurwana
keren...
Lovely_88
Bertindaklah lbh cerdas lili licik dibalas ama licik li kerjain jg tuh emak tiri'y Vian biar kapok loe kan cerdas li 😅😅klo perlu bikin kyk vian jg tu emaknya biar idiot.
Nur Afifah
😁😁😅
Lisa Kusmiran07
lanjut kak,,lucu menghibur
Naaila Qaireen: Siap Kak, makasih dukungannya❤
total 1 replies
Nurwana
Lily mo dikadalin....
Nurwana
dasar Nenek lampir Thu Kirana... gara gara obat itu Vian berubah total.
Nurwana
hahahaha 😂😂😂😂😂
Nurwana
jgan sampai nhe Vian pura pura idiot deh....
Lovely_88
kapan up'y kakak 😊g sabar nih
Lovely_88
aduh jgn2 yg ngebuat vian kecelakaan tuh semoga lili bisa nolongin Vian syukur2 bisa ngebuka deh y busuk'y paman'y 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!