NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8 Pergi dari rumah

Meninggalkan rumah dan Kirana bukanlah pilihan yang mudah bagi Raka. Namun dia tahu, inilah satu-satunya cara agar bisa keluar dari lingkaran dosa dan hasrat terlarangnya yang terus membelenggunya. Dia harus pergi sejenak, mencari ketenangan dan jalan keluar dari kemelut batinnya yang melanda.

Dengan berbekal sedikit uang dan pakaian, Raka menempuh perjalanan entah ke mana. Dia mengembara dari satu tempat ke tempat lain, mencoba menemukan kedamaian dan pencerahan yang bisa meredakan gejolak hasrat terpendam dalam jiwanya.

Dia singgah di sebuah perkampungan terpencil di pegunungan. Di sana Raka tinggal bersama penduduk desa yang hidupnya selaras dengan alam. Mereka mengajarkannya untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Sang Pencipta dan menerima segala cobaanNya dengan lapang dada.

"Anak muda, lakukanlah semedi di bawah Sungai Muara sana. Biarlah aliran airnya membersihkan jiwamu dari segala kemelut yang melanda," kata seorang petapa di perkampungan itu.

Maka Raka pun melakukannya. Berjam-jam bahkan berhari-hari dia tenggelam di bawah air mengalir mengikuti semedi dalam upayanya menetralisir hasrat terlarang yang masih menggodanya.

Namun sia-sia, setiap kali tersadar dari semedinya, bayangan tubuh telanjang Kirana kembali menghantuinya bagai mimpi buruk yang tiada akhir. Hasratnya untuk kembali memperkosa sang adik seakan telah mendarah daging dalam tubuh dan jiwanya yang kotor.

Raka pun kemudian melanjutkan pengembaraannya mencari pencerahan. Dia pergi ke kuil-kuil di lereng gunung, bertapa di sana selama berminggu-minggu. Bahkan tinggal di biara untuk memperoleh ajaran tentang pengendalian diri secara spiritual.

Berjuang mati-matian untuk menekan hasrat bejat dalam dirinya, namun semua tetap sia-sia belaka. Gejolak nafsu paling rendahnya terhadap Kirana tak kunjung padam dan justru kian membara dari waktu ke waktu.

Sampai pada suatu malam di sebuah kuil terpencil di puncak gunung, Raka terpuruk dalam keputusasaan yang mendalam. Dia menjerit histeris menatap sinar rembulan yang temaram.

"Mengapa semua usahaku sia-sia Tuhan?! Mengapa hasrat terlarang ini masih membusuk dalam jiwaku?! Apa yang harus kulakukan agar bisa benar-benar bebas dari belenggu dosa ini?"

Raka terisak pilu seperti orang yang telah kehilangan segalanya. Dia seperti terhukum oleh takdir buruknya yang tak terbendung.

"Semua orang di sini mengajarkan pengendalian diri melalui jalan spiritual. Tapi aku...aku seperti iblis terkutuk yang tak akan pernah bisa dibersihkan dari lumpur dosa ini!"

Kaki telanjangnya menendang-nendang kerikil di tanah dengan frustasi. Perjalanan panjang mencari kedamaian jiwa justru membuatnya semakin tersiksa oleh hasrat kekejiannya sendiri.

Ketika hampir saja menyerah pada keputusasaan, tiba-tiba seorang biksu tua menghampiri Raka yang terduduk meringkuk di bawah pohon cemara rindang. Dengan langkah tenangnya, sang biksu menepuk pundak Raka lembut.

"Anakku...pencarian akan senantiasa buntu jika kau terus melawannya dengan cara yang salah," ujar biksu tua itu dengan suara teduh.

Raka mendongak dengan wajah sembab oleh air mata. "Lalu...apa yang harus kulakukan? Aku sudah berusaha menekan dan mengusir hasrat terlarang ini dengan berbagai cara. Tapi semuanya sia-sia..."

Sang biksu tersenyum bijak. "Karena sejatinya, kau memang tak akan pernah bisa mengusir atau menekan dorongan alamiah dalam dirimu itu. Yang bisa kau lakukan hanyalah...menerimanya."

"Menerimanya?" Raka mengerutkan kening tak mengerti.

"Benar," sahut sang biksu. "Terimalah dorongan alamiah itu apa adanya. Terimalah hasrat dan nafsu sebagai bagian dari dirimu sendiri. Bukan untuk dilawan atau dipendam, tapi dibiarkan mengalir bebas seperti air mengalir di sungai."

Raka mendengarkan dengan saksama nasihat dari biksu bijak itu. Untuk pertama kalinya, ada seberkas harapan dan pencerahan dari segala keruwetan batinnya selama ini.

"Dengan menerimanya, kau akan menemukan keseimbangan diri yang sesungguhnya. Ketika kau tak lagi diliputi hasrat berlebihan atau merasa berkonflik dengan nafsumu sendiri, itulah saat kau akan menemukan kedamaian abadi..."

Senyum menghiasi wajah Raka yang semula tertunduk lara. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama mencari, dia mendapatkan obor cahaya yang bisa menuntunnya keluar dari kemelut dosa dan hasrat terlarang yang membelenggunya.

Dengan penuh semangat baru, Raka berterima kasih pada sang biksu atas tuntunannya yang berharga. Dia pun bertekad, mulai saat ini dia akan berjalan di jalan baru yang telah ditunjukkan oleh cahaya kebijaksanaan dalam dirinya.

...

Nasihat bijak dari sang biksu itu bagaikan mentari pagi yang menyingsing di ufuk timur, menerangi jalan kegelapan yang selama ini membelenggu Raka. Binar kehidupan seakan kembali berpendar dalam sorot matanya yang semula redup.

"Terima kasih, Yang Mulia. Aku akan mencoba menerimanya, menerima hasrat terlarang ini apa adanya sebagai bagian dari diriku sendiri," ujar Raka dengan semangat menggebu.

Sang biksu mengangguk bijak. "Lakukanlah anak muda. Tapi ingat, menerima bukan berarti melampiaskan hasrat itu secara membabi buta. Kau harus mengendalikannya dalam keseimbangan agar tak lagi diperbudak olehnya."

Raka mengangguk paham. Dengan rasa syukur yang melimpah, dia melanjutkan pengembaraannya mencari ketenangan diri yang hakiki. Kali ini, tidak lagi dengan menekan atau mengusir hasrat terlarangnya pada Kirana. Tapi dengan mencoba menerimanya sebagai bagian alami dalam dirinya.

Berkelana dari desa ke desa, Raka menghabiskan waktunya dengan meditasi, mendekatkan diri pada alam dan Yang Mahakuasa. Dia mencoba mengenali dan menerima sisi terdalamnya sebagai manusia, termasuk dorongan alamiah untuk mencintai dan memiliki Kirana secara utuh.

Di sebuah kampung nelayan, Raka tinggal berbulan-bulan di tepi pantai yang sepi. Dia meditasi dalam kesunyian dengan suara deburan ombak sebagai pengiring laksana nyanyian alam. Di sanalah dia menemukan kepuasannya sendiri dengan menerima hasrat terlarangnya dengan sepenuh jiwa.

Ya, dia mencintai Kirana. Bukan hanya dalam ikatan persaudaraan mereka, tapi lebih dari itu, dia menginginkan gadis itu seutuhnya untuk dirinya sendiri. Hasrat untuk memiliki dan menikmati Kirana secara badani adalah dorongan alamiah yang memancar dari relung terdalamnya sebagai seorang manusia.

Namun Raka juga sadar, dia tak lagi melihat hasratnya sebagai sesuatu yang hina atau kutukan. Melainkan dengan menerimanya apa adanya, dia telah menemukan keseimbangan dalam dirinya sendiri. Sang biksu benar, ketika hasrat terlarang itu tak lagi dianggap sebagai musuh yang mesti dilawan atau dimusnahkan, maka Raka tak akan lagi diperbudak olehnya.

Waktu terus bergulir hingga akhirnya, sepuluh bulan berlalu semenjak kepergiannya dari rumah demi mencari pencerahan jiwa. Dalam ketenangan barunya, Raka telah sampai pada sebuah keputusan penting dalam hidupnya.

Diiringi senyum lapang di wajahnya yang kini berseri, Raka memandang lautan luas yang membentang di hadapannya. Debur ombak seakan menjadi lagunya untuk bergembira. Binar mentari di cakrawala seolah menyongsongnya dengan kehangatan setelah sekian lama berada dalam kegelapan.

"Waktunya pulang...pulang untuk menghadapi kenyataan. Dan menerima jalan hidupku seperti apa adanya," gumam Raka mantap.

Dengan hati yang membulatkan tekad, Raka mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tepi pantai. Wajahnya berseri-seri memancarkan kedamaian jiwa yang telah ditemukannya setelah pergulatan panjang. Kali ini, dia siap menerima takdir apapun yang menanti di rumah nanti. Sebab untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Raka telah memahami arti sebenarnya dari kata "menerima".

...

Perjalanan pulang memakan waktu berhari-hari bagi Raka. Setelah sekian lama mengembara menjelajahi banyak tempat, kini langkah kakinya membawanya kembali ke kampung halaman. Tempat di mana segalanya bermula, baik kenangan indah masa lalu maupun memori kelam yang membelenggunya selama ini.

Namun kali ini, Raka merasa dirinya telah menjadi sosok yang berbeda. Seolah semua pengembaraannya selama sepuluh bulan terakhir telah membantunya menjalani proses metamorfosis batin yang luar biasa. Dia telah menemukan kedamaian dan keseimbangan dalam jiwanya.

Dihirupnya udara segar khas pedesaan lekat-lekat. Hamparan sawah dan pematang hijau seakan menyambutnya dengan hangat setelah kepergiannya yang cukup lama. Senyum teduh menghiasi wajah Raka yang kini nampak lebih tenang dan bijaksana.

"Aku pulang...dengan membawa keyakinan baru dalam hidupku," gumamnya dalam hati.

Setibanya di rumah yang dulu sempat ditinggalkannya, Raka disambut oleh pelukan erat sang ibu yang meneteskan air mata bahagia. Terlihat jelas wajah kedua orang tuanya sumringah menyambut kepulangan si anak sulung yang sempat pergi untuk mencari pencerahan.

"Anakku...syukurlah kau kembali dengan selamat. Ibu sangat mengkhawatirkan mu," ujar sang ibu di sela isak bahagianya.

Raka membalas pelukan erat itu dengan kasih sayang yang tulus. Untuk sesaat, entah bagaimana rasa rindunya pada Kirana sedikit terkikis melihat ketulusan kasih ibu yang mencintainya setulus itu.

"Ibu...aku minta maaf atas kepergianku selama ini. Tapi aku telah menemukan ketenangan dan pencerahan yang kucari selama ini," sahut Raka dengan nada tenang dan teduh.

Sang ayah yang berdiri di samping sang ibu hanya mengangguk bijak, seakan paham pergulatan batin apalagi yang telah mendera putra semata wayangnya itu.

Setelah berbincang sejenak dan sedikit memberi penjelasan, Raka mohon pamit untuk beristirahat di kamarnya dulu. Dipandangnya lemari kecil di sudut ruangan itu, tempat di mana dia biasa menyimpan barang-barang kenangan masa kecilnya bersama Kirana.

Perasaan rindunya pada sang adik kembali membuncah. Namun kali ini, rasa itu tidak lagi disertai oleh gejolak hasrat liar yang menyiksanya seperti dulu. Dia justru merasakannya sebagai kerinduan yang sangat manusiawi dan alami, rindu dari seseorang pada orang yang dicintainya.

Tanpa ragu, Raka melangkah menuju kamar Kirana. Namun betapa terkejutnya dia ketika mendapati kamar itu kini kosong melompong. Barang-barang dan semua perabotannya lenyap tak bersisa, hanya menyisakan ruangan hampa dengan jejakkan debu. Seperti tak pernah ada seorang penghuni kamar itu sama sekali.

"Kirana??" panggil Raka kebingungan. Dengan mengabaikan rasa letih dari perjalanan jauh, dia segera mencari keberadaan sang ibu.

"Bu...di mana Kirana? Apa yang terjadi? Kenapa kamarnya kosong?" tanya Raka dengan nada sedikit gusar.

Sang ibu menghela napas panjang, lalu menatap putranya dengan sorot sendu. Tampak jelas kesedihan mendalam terukir di wajah tuanya.

"Kirana...dia telah pergi meninggalkan rumah ini, anakku. Sudah sejak 6 bulan yang lalu. Dan kami tidak tahu ke mana kepergiannya..."

Bagai disambar petir di siang bolong, seluruh tubuh Raka terasa lemas seketika. Lututnya seakan lumpuh dan tak bisa untuk sekedar berdiri tegak. Matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Pergi? Kirana pergi?? Mengapa...mengapa bisa begini?" jerit Raka tertahan dengan mata mulai berkaca-kaca.

Sang ibu tak kuasa menahan air matanya. Dengan isak tangis pilu, dia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi selama kepergian Raka mencari pencerahan...

...

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!