Menikah dan di jodohkan secara tiba-tiba tanpa persetujuan adalah hal yang tengah di alami oleh Andra dan Viana terlebih mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keduanya memang saling kenal tapi sama sekali tak pernah bertegur sapa meski 3 tahun menimba ilmu di gedung yang sama. Alasan perjodohan tak lain karena orang tua Andra tak setuju dengan hubungan putranya dengan Haura meski sudah terjalin dua tahun lamanya.
Dan kambuhnya penyakit sang Mama akhirnya membuat Andra pasrah menikahi Viana.
Akankah rumah tangga keduanya tetap berjalan di tengah hubungan yang belum di selesaikan oleh Andra bersama Haura?
Yuk ikuti kisah mereka yang penuh konflik remaja.. Ini bukan turunan GAJAH ya 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
🍂🍂🍂🍂🍂
Penolakan Viana tentu membuat Andra kecewa karna hubungan dia pun sedang tak baik baik saja dengan Haura. Tak ada pertengkaran di antara mereka tapi dari sikap gadis itu tentu Haura sedang mundur perlahan seperti yang sudah sudah ia lakukan tapi selalu di tarik lagi oleh Andra sembari terus di yakinkan jika mereka akan tetap bersama entah dengan apa caranya.
Andra pulang dengan perasaan sedikit takut, tapi bukan takut di marahi melainkan takut melihat gurat kecewa Mami karna tak berhasil membawa menantunya pulang ke kediaman Bramasta. Keinginan itu sangat sederhana dan mudah di wujudkan andai saja istrinya itu tak marah padanya.
"Tak pulang dengan Viana?" tanya Mami saat melihat putranya baru saja masuk ke dalam rumah lewat pintu utama.
"Nanti kesini sama Bunda, Mih. Gak apa-apa kan?"
"Ya sudah, asal kalian tak bertengkar ya," ucap Mami lagi yang membuat hati Andra cukup mencelos mendengarnya.
Andra memang tak menceritakan apapun pada Mami tentang mereka berdua. Alasan Viana pulang tentu karna gadis itu sedang sakit, tapi entah ia di hari berikutnya jika sudah tahu jika menantunya itu sudah sehat kembali.
Andra bukan orang yang pandai berbohong, ia kadang tak perduli dengan akibatnya yang penting sudah berkata jujur termasuk sedang apa dan dimana bersama pasangannya.
Mami mengajak Andra untuk duduk di ruang tamu, ada yang masih mengganjal dalam hati wanita paruh baya itu dengan hubungan sang putra dengan kekasihnya.
"Ada apa, Mih?" tanya Andra.
"Masih bersama Haura kan?" Mami langsung melayangkan pertanyaan tanpa basa basi lagi.
"Iya, Mih. Maaf." Si bungsu menjawab dengan pandangan menunduk.
"Kenapa? kamu sudah menikah, Nak. Jangan menggenggam dua wanita sekaligus, mereka punya hati bukan batu," tebakan Mami ternyata benar jika putranya itu masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang jelas ada sebuah benteng diantara mereka yang tak mungkin di terjal jika salah satunya tak ada yang mau mengalah.
"Aku mencintainya, masih dan sangat." Andra menjawab dengan singkat padat dan jelas, jika sudah bicara tentang perasaan tentu sulit untuk di arahkan lagi sebab menasehati orang yang sedang jatuh cinta bagai bicara dengan dinding tembok.
Mami yang menarik napas lalu di buang perlahan pun membuat si bungsu serba salah, ternyata ia yang sudah berusaha adil tetap tak bisa di terima.
Kata maaf dari Andra pun tak berguna sama sekali karna ia tetap tak bisa menentukan pilihan untuk dirinya sendiri.
"Percuma Mami menikahkanmu, jika kamu tetap bersama Haura, lalu Viana kamu anggap apa? kamu permainkan pernikahan yang jelas-jelas kamu tak hanya berjanji di hadapan kami, tapi di hadapan Tuhan, Nak."
"Andra paham, tapi Andra gak bisa," jawab pemuda yang mulai merasa frustasi tersebut.
"Kamu harus bisa, dengan Haura tak jalan untuk bersama. Benteng di antara kalian terlalu tinggi, Nak. Mami mau kamu bahagia dengan cara menjadi suami baik dan bertanggung jawab," mohon Mami lagi.
Andra mengangguk paham, ini bukan sekali dua kali mereka berdebat tentang hubungannya dengan Haura yang tak juga menemukan titik temu. Semakin di pertahankan justru semakin rumit ia hadapi.
.
.
.
"Ingat, Viana itu tulang rusukmu. Tuhan tahu kepada siapa cintamu tertuju tapi ia lebih tahu mana yang terbaik untukmu."