kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GUGATAN CERAI
Seno muak melihat kesedihan Tania, lalu Ia pun berkata,
"Aku sudah mengajukan gugatan di pengadilan, mungkin surat gugatannya besok sampai"
"Seno, apa tidak ada kesempatan bagi ku untuk terus hidup bersama Kamu"
Seno merasa geram akan ucapan yang selalu di ulang-ulang oleh Tania.
"Cukup ya Tania, Kita sudah sepakat saat ingin menikah, hanya lima tahun aku akan menjalani pernikahan ini, dan sekarang Fathia sudah lima tahun, Aku rasa ini sudah waktunya"
"Tapi Seno, Aku berusaha mencintai Kamu selama ini, dan kini aku berharap tidak akan kehilangan Kamu"
"Tania Aku bilang cukup, Aku dan Kamu berhak bahagia, pernikahan ini hanya pura-pura dan keterpaksaan, cobalah untuk mengerti Tania"
Tania tak dapat menjawab apapun, karena apa yang di katakan oleh Seno memang benar adanya. Setelah berdebat cukup lama, Seno kini tertidur sedangkan Tania masih merasa bersedih karena harus memenuhi perjanjian pernikahan itu.
Pagi hari tiba, Asri terbangun dari tidurnya dan langsung membuat sarapan untuk putrinya, sementara Tante Risma tengah menyiapkan perlengkapan sekolah Sena.
"Pagi Mamah"
"Hei sayangku, sudah lapar yuk makan"
Ajak Anita terhdap putrinya.
"Mamah kok matanya sembab sih?"
Tanya Sena yang sudah mengerti jika seseorang menangis pasti matanya sembab.
"Mamah kelilipan sayang, tadi sakit banget jadi sembab deh"
Anita menjawab dengan rasa gugup di hatinya, sedangkan Tante Risma hanya bisa menyimak pembicaraan mereka.
"Sudah ayo sarapan dulu, Anita.. Mau Kamu yang antar atau Tante?"
"Aku saja Tante, Aku sudah lama gak datang ke sekolah Sena"
Lalu Sena bercerita tentang teman dekatnya yang bernama Fathia.
"Oh jadi Fathia itu teman dekat Sena ya"
"Iya Mah, Dia baik banget Dia selalu kasih aku makanan, belikan Aku ice cream, mamah nya Fathia juga baik sama Aku"
Anita hanya tersenyum senang mendengar cerita dari putrinya, setelah banyak berbincang di atas meja makan, Mereka pun kini berangkat ke sekolah.
Kini Fathia pun hendak berangkat ke sekolah namun Fathia ingin jika papahnya yang mengantar ke sekolah.
"Papah sibuk sayang, besok deh papah antar ya"
"Janji ya Pah"
Fathia memberikan jari kelingkingnya tanda perjanjian yang di katakan oleh papahnya, Seno hanya tersenyum kemudian membalas melingkarkan jarinya ke jari Fathia.
"Iya Papah janji"
Seno sangat menyayangi Fathia walaupun Fathia bukan anak kandungnya tapi rasa cinta dan kasih sayang nya tulus untuk Fathia, namun tidak untuk Tania.
Kini Fathia dan Sena pun datang berbarengan, lalu merekapun saling mendekat dan berjalan bersama, Anita hanya tersenyum melihat putrinya begitu juga Tania, Anita pun menyapa Tania, dan kini mereka duduk di taman sekolah saling berbincang.
"Oh jadi papahnya Sena sudah gak ada"
"Iya, Saya membesarkan Sena sendiri, kalau Fathia pasti punya orang tua lengkap"
Tania hanya tersenyum dalam hatinya berkata kebahagiaan itu akan berakhir sebentar lagi, lalu tiba-tiba saja Tania menanyakan bagaimana caranya menarik perhatian lelaki, Anita tak mengerti dengan pertanyaan Tania.
"Menarik perhatian, untuk siapa Mbak?"
Tanya Anita merasa bingung, tak segan Tania pun bercerita tentang masalah rumah tangganya yang sedang di ujung tanduk.
"Aku turut prihatin ya Mbak, tapi Aku juga bingung kasih solusi apa untuk Mbak Tania, mungkin Aku cuma bisa bilang Mbak Tania terus layani suami saja dengan baik, supaya suami Mbak nantinya akan berfikir dua kali untuk menceraikan Mbak"
Mereka pun tersenyum dan dari sinilah keakraban mereka di mulai.
Kini Tania memasak makan siang untuk suaminya, Ia mengikuti saran dari Anita untuk terus memperhatikan suaminya, hingga tiba sampailah di kantor Tania langsung memasuki ruangan Seno.
"Tania mau apa Kamu kesini?"
Seno terheran pertama kalinya Tania menginjak kaki di kantornya.
"Aku buat makan siang untuk Kamu"
Seno terdiam bingung tak biasanya Tania melakukan ini.
"Terimakasih Tania, taruh saja disitu"
Tania sungguh senang usahanya tidak sia-sia Seno menerima masaknya, Tania pun tersenyum melihat hal itu Seno berkata,
"Tapi perceraian tetap kita lakukan"
Senyuman itu pun hilang seketika saat Seno berkata seperti itu.
"Kamu tenang, Aku hanya ingin menyenangkan suami ku sebelum bercerai"
Tania langsung pergi setelah mengatakan hal itu, Seno hanya terdiam merasa tak enak akan apa yang Ia lakukan pada Tania, namun Ia tak ingin ada rasa kasihan lagi pada Tania.
"Sudah cukup.. Lima tahun Aku bertahan, sekarang saatnya Aku mengejar cintaku, kini Aku sudah bertemu Anita, Aku pasti akan meraihnya"
Ucap Seno dalam hatinya.
Tania berharap ucapannya tadi menggoyahkan hati Seno untuk mengurungkan niatnya menceraikan dirinya, namun saat sedang memikirkan pernikahannya, kini surat gugatan cerai untuknya datang.
"Selamat siang Bu, ada surat untuk ibu Tania"
Ucap sang kurir lalu pembantu menerima surat itu dan memberikan kepada Tania.
"Ini apa bi?"
"Gak tahu Bu, katanya untuk Bu Tania"
Dan saat di buka selembar amplop coklat itu, ternyata surat gugatan cerai untuk dirinya, kini tania menjadi sedih, Seno benar-benar akan menceraikannya.
"Jadi Kamu serius ingin menceraikan Aku"
Kini harapan untuk terus berumah tangga bersama Seno menjadi sirna.
Saat menjemput Fathia pulang dari sekolah, Tania bertemu lagi dengan Anita, kemudian mereka berbincang sebentar sambil menunggu anak-anak pulang sekolah dan Tania menceritakan soal surat gugatan itu.
"Jadi suami Kamu benar-benar menggugat kamu"
"Iya, Dia sepertinya serius ingin berpisah dari Aku"
Ucap Tania dengan tersenyum namun raut wajah bersedih, Anita hanya bisa menyemangati Tania dan kini Mereka semakin akrab, saat anak-anak keluar dari kelasnya, Sena langsung menghampiri ibunya dan memeluk sang ibu.
"Mamah tumben jemput Aku, biasanya Tante Risma"
"Mamah sedang ga sibuk"
Kemudian Mereka berpamitan untuk pulang.
Seno telah pulang dari pekerjaannya, Tania menyambut hangat kepulangan suami.
"Kamu mau makan, Aku ambilkan ya"
Seno hanya terdiam melihat perhatian dari Tania.
"Gak perlu Tania, Aku Ingi mandi"
"Baik, Aku siapkan air hangatnya"
Tania benar-benar begitu lembut memberikan perhatian pada dirinya.
"Tania Kamu gak perlu seperti ini"
Lalu Tania tersenyum kecil dan menjawab,
"Kenapa, Aku cuma ingin memberi perhatian untuk Kamu di sisa waktu Kita"
"Kamu tenang saja Sen, Aku tidak akan memohon lagi untuk tidak di ceraikan, Aku sudah mengerti Kamu ingin bahagia, dan bahagia Kamu bukan dengan ku, iya kan..?"
Dengan tersenyum manis Tania berbicara namun hati Seno tetap kuat dan tak ingin ada rasa kasihan lagi untuk Tania.
Dan tiba-tiba saja Fathia masuk kamar dan berbicara.
"Papah papah... Papah janji ya besok antar Aku sekolah, Aku mau kenalin temen dekat Aku"
"Oh iya, siapa memang?"
Tanya Sam sambil tersenyum pada putrinya.
"Sena namanya"
Seno terdiam namanya begitu mirip dengannya.
"Sena.... Em... Papah mandi dulu ya, Fathia bisa cerita nanti"
Sepanjang sedang mandi Seno terus memikirkan nama Sena teman dekat Fathia, penasaran seperti apa rupanya mengapa namanya mirip dengan dirinya.
Ketika ingin tidur, Tania mendekati Seno dan Dia ingin minta hak nya untuk terakhir kalinya.
"Apa...tidak bisa Tania, Kita akan bercerai"
Ucap Seno merasa risih akan permintaan Tania.
"Selama lima tahun pernikahan Kamu belum sama sekali menyentuh Aku, Aku mohon Seno justru karena Kita akan bercerai, jadi apa salah nya Aku meminta hak yang seharusnya ku dapatkan"
Seno terdiam bingung, bagaimana bisa Ia melakukan hal itu sedangkan beberapa hari lagi sidang perceraian akan di mulai, dengan sangat terpaksa Seno tetap tak menuruti permintaan Tania yang cukup gila itu.
"Kamu keterlaluan, Aku pikir Kamu masih punya hati nurani, tapi ternyata tidak, apa yang dikatakan Anita itu benar, lebih baik Aku segera mengalah"
Mendengar Tania menyebut nama Anita, Seno jadi bingung Anita siapa yang Tania maksud, namun setelah berkata seperti itu, Tania pergi dari kamar dan Ia tidur di kamar Fathia.
Tania hanya wanita biasa, Dia pun merasakan sakit di hatinya saat dirinya di tolak berkali-kali oleh suaminya, hingga air mata kini jatuh menetes di pipinya, Fathia yang memperhatikan hal itu kini mengusap air mata ibunya dan berkata,
"Mamah kenapa nangis?"
"Mata Mamah perih, jadi keluar deh air matanya"
Kemudian Tania memeluk putrinya dengan sangat erat.
Seno yang tak bisa tidur kini memikirkan Anita.
"Apakah Anita baik-baik saja di bar"
Tanpa berfikir lagi Seno mengganti bajunya dan pergi ke bar menemui Anita.
Seperti biasa Aldi selalu ada di setiap malam dan terus berusaha mendekati Anita.
"Anita"
"Apa?"
Aldi terdiam memandangi wanita yang pernah menjadi mantan kekasih Seno itu.
"Kalau gak ada yang di butuhkan Aku pergi"
Ucap ketua Anita terhdap Aldi, Namun saat Anita berbalik badan Seno tepat sudah ada di hadapannya, hingga Anita tak sengaja menabraknya, kini Mereka saling berpandangan, Anita terkejut akan keberadaan Seno yang tiba-tiba.
"Seno, kamu kesini lagi?"
"Iya Aku ingin melihat Kamu"
Anita hanya terdiam dan kemudian dia berjalan melewati Seno.
"Sen.. Lo seriusan mau mengejar Anita lagi"
"Iya, Aku gak ingin kehilangan Dia lagi"
Aldi terdiam, dalam hatinya berkata,
"Kalau seperti ini mana bisa Gue dekati Anita"
Tak bisa tidur karena memikirkan sidang perceraian yang sebentar lagi akan berlangsung, Tini mencari cara agar tindakan Seno bisa di hentikan akhirnya Ia memberitahukan soal perceraian itu pada Bu Riana.
"Apa.. Kamu di gugat cerai, sebenarnya ada apasih ini Tania, seminggu ini mamah sering dengar Kamu cari Seno keluar ga pamit, kalian sedang bertengkar?"
Tanya Bu Riana merasa rumah tangga anaknya ada yang tak beres, tanpa berpikir Tania menceritakan jika Seno masih mencintai kekasih hatinya dulu, karena itulah penyebab perceraian mereka.
Bu Riana sungguh tak terima, ternyata gadis yang dulu pernah ia pisahkan sampai saat ini masih mengganggu putranya, lalu Bu Riana bertanya apakah Seno bertemu lagi dengan gadis itu, namun sayang Tania tak tahu menahu tentang gadis itu bahkan namanya pun Ia tak tahu.
"Namanya Anita, dia perempuan dari kalangan biasa, Seno dan Dia tidak pantas bersanding"
Saat mendengar nama itu, Tania cukup kaget sebab nama itu sama seperti nama taman dekatnya di sekolah Fathia, namun Tania tak bisa menuduh bahwa Anita gadis itu adalah ibu dari teman anaknya, lalu Bu Riana memutus untuk mendatangi mereka besok di rumahnya.