NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / Trauma masa lalu
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : - Bencana Malam Kedua

Aku yakin, tidak ada satu pun perempuan didunia ini yang menginginkan kehidupan rumah tangga nya hancur berantakan, harapan untuk mendapatkan pasangan hidup yang dapat mengayomi dan memberi kasih sayang pasti ada didalam lubuk hati setiap perempuan.

Begitu juga dengan ku, aku hanya wanita biasa yang butuh perhatian dan kasih sayang, ingin menikah dengan pilihan hatiku sendiri. Tapi nyatanya tidak seperti itu, angan-angan ku mendapatkan pasangan yang baik hanya tinggal mimpi saja, takdir ku kini telah menjelma menjadi momok menakutkan yang membuat ku trauma.

Dimana ada wanita didunia ini yang ingin diperlakukan tidak adil?, ditindas dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Tapi begini lah nasibku sekarang, aku bagai hidup dipenjara, sulit untuk ku menghirup udara segar semenjak dinikahkan paksa oleh ibuku.

***

Satu harian aku sangat lelah diperbudak oleh ibu mertua ku sendiri, segala pekerjaan rumah tangga dilimpahkan kepadaku hingga tidak dapat kusebutkan satu persatu lagi.

Dan kini, siang telah berganti petang, sang surya mulai menyembunyikan sinarnya, kembali ketempat peraduannya diujung barat.

Pak Abra, Aldi dan Aldo pun telah pulang dari kantor. Aku melihat Stefani menyambut suaminya didepan pintu sambil menggendong bayi mereka. Aldo sangat sumringah dan langsung memeluk Stefani sambil mencium bayi mereka. Melihat kemesraan mereka, aku sedikit iri, tapi kembali terlintas dalam benakku tentang identitas asli Stefani, jika dilihat dari hangat nya perlakuan Aldo kepada istrinya, aku semakin yakin kalau Aldo belum tau kalau Stefani penyuka perempuan juga.

Aldi dengan wajah datarnya berjalan melintasi Aldo dan Stefani, begitu juga dengan Pak Abra, berjalan langsung menuju kekamar masing-masing.

Memang seluruh pekerjaan di rumah ini sudah selesai aku kerjakan, tapi aku belum bisa tenang, pikiran ku kini sedang membayangkan sesuatu yang tidak kuinginkan terjadi, yaitu melayani nafsu suamiku. Kemarin malam memang aku terbebas dari jerat birahi nya, tapi tidak tau dengan malam-malam berikutnya, entah alasan seperti apalagi yang akan kukatakan untuk menghindari bencana hasrat itu.

***

"Permisi, aku mau istirahat" kata ku, tidak sengaja berpapasan dengan Aldi didepan pintu kamarnya. Hanya kamar itu tempat ku untuk merebahkan lelah, walaupun selalu dalam perasaan was-was dan terpaksa.

"Ayo makan malam" kata Aldi, menggenggam pergelangan tanganku.

"Pergilah, aku gak lapar. Semua makanan sudah terhidang diatas meja. Aku mau tidur saja" ucap ku, berusaha melepaskan genggaman Aldi.

"Masih jam segini, bahkan bayi Aldo saja belum mengantuk. Jangan mencoba mencari alasan untuk menghindari ku lagi. Malam ini kita harus berhubungan" desak Aldi, aku merasakan genggaman nya semakin erat.

"Terserah. Aku cape, lepaskan aku" aku menggerutu, mencoba lebih tegas kepada Aldi. Tanpa berpikir panjang, Aku mendorongnya keluar dari kamar dan aku langsung menutup pintu. Aku menangis lirih, terkulai lemah dibalik pintu.

"Sampai kapan penderitaan ku ini akan berakhir" ucap ku dalam tangisan yang berderai. Jika Aldi masih berada didepan pintu, aku yakin dia bisa mendengar rintihan ku, tapi kalau dia mendengar nya pun sepertinya percuma, dia tidak peduli dengan hatiku, yang dia inginkan hanya tubuhku saja.

***

Sudah tiga puluh menit aku terbaring sambil menatap langit-langit, melamuni getirnya kenyataan hidup ku sekarang. Tapi lamunan ku itu seketika berubah ah menjadi cemas, saat kudengar seseorang sedang membuka pintu kamar. Ya, siapa lagi kalau bukan Aldi. Aku yang terbaring langsung mengubah posisi ku menjadi duduk, bahkan saat Aldi sudah berada didekat kasur, aku beranjak.

"Mau sampai kapan begini?" Tanya Aldi, dia mengerti kalau aku sedang berusaha menjauh darinya.

"Aldi, aku gak habis pikir dengan mu, kamu menginginkan aku melayanimu, tapi sedikitpun sikap mu tidak mencerminkan suami yang bijaksana. Saat keluarga mu mencemooh ku, kenapa kamu diam saja?, saat mereka berbuat seenaknya kepadaku, kenapa kamu tidak pernah sedikitpun membela ku?, aku merasa rumah ini seperti neraka" kata ku melampiaskan rasa emosi ku.

"Aku sudah bilang, jika kamu memberi yang kumau, maka aku akan memperlakukan mu baik, tapi sebaliknya, jika aku tidak dihargai, aku tidak akan peduli, sekalipun kamu istriku. Sudah jadi hak keluargaku memperlakukanmu seperti pembantu, karena ibumu sudah menjual mu kepada keluarga Abra" jelas Aldi, pernyataan yang membuatku semakin merasa jengkel.

"Kalau begitu ceraikan aku, biarkan aku hanya sebatas asisten rumah tangga saja dirumah ini" ucap ku penuh amarah, Aldi menatapku sangat tajam, mendekat kearahku dan langsung menjambak rambutku.

"Awhh. Lepas, lepaskan aku Aldi" rintih ku.

"Jaga mulutmu, jangan pernah lagi aku mendengar kata cerai keluar dari mulut mu" Aldi masih mencengkram rambutku, tapi tangan kanan nya juga beraksi langsung menampar bibir ku.

"Aaarghh" aku kesakitan atas perlakuan tidak terpuji Aldi.

"Bunuh saja aku Aldi, aku lebih baik mati" ucap ku diatas tangisan yang semakin menyeruak, sudah dua malam ini aku dan Aldi bertengkar hebat sampai menimbulkan suara tangisan dari mulutku, tapi entah kenapa tidak ada satupun anggota keluarga di rumah ini yang penasaran dengan apa yang terjadi didalam kamar Aldi ini.

"Diam kamu, layani saja aku maka aku akan memperlakukan mu dengan baik" pinta Aldi, kemudian melemparkan tubuhku keatas kasur. Lagi-lagi dia memaksa ku untuk melayaninya. Karena aku sudah terlepas dari jerat nya, aku langsung beranjak dari kasur, berlari kearah pintu untuk melarikan diri dari lelaki birahi ini.

"Mau kemana kamu?" Aldi mengejarku, tapi aku berhasil meraih daun pintu sebelum dia menangkap ku.

"Hah.." Aku terkejut, saat membuka pintu, aku melihat Pak Abra berdiri didepan pintu. Tapi karena dilanda rasa takut kalau Aldi akan menangkap ku, aku langsung berlari.

"Pah, kenapa gak ditangkap, Elin itu benar-benar keterlaluan pah" resah Aldi.

"Kamu kenapa gak bisa sabaran sedikit, Elin kalau tidak mau, jangan dipaksa" jawab Pak Abra, aku mendengar samar suaranya karena aku sudah semakin jauh berlari dari hadapan mereka.

Aku tidak peduli lagi dengan manusia-manusia dirumah ini, aku terus berlari menuju pintu depan, berniat untuk melarikan diri dari rumah neraka ini.

"Elinnnnnn..." Teriak Aldi.

Rasa resah semakin melanda karena saat aku hendak keluar dari gerbang, gerbang itu terkunci.

"Mama, Elin kabur" aku mendengar teriakan Aldi.

Agar tidak ketahuan, aku bersembunyi di balik tong sampah dekat garasi, aku berencana saat seseorang keluar mencari ku menggunakan mobil, pasti gerbang akan terbuka, disitulah aku mengambil kesempatan untuk kabur.

***

"Aldi, kamu dirumah saja, biar papa yang mencari Elin" ucap Pak Abra. Aku melihat semua anggota keluarga sudah berkumpul dihalaman rumah mencari-cari keberadaan ku.

"Kurang ajar si Elin, menyusahkan saja" gerutu Nyonya Jes.

"Udah lah ma, biarin aja dia kabur. Paling besok pagi juga balik, dia mau pergi kemana, ibunya kan udah menjualnya kekita" sahut Stefani. Benar-benar manusia jelmaan lucifer itu membuat ku ingin mengacak-acak wajah nya.

"Sudahlah, kalian semua kembali tidur, biar aku yang cari Elin" kata Pak Abra.

"Aku ikut pah" kata Aldi.

"Gak perlu, papa saja yang pergi" tolak Pak Abra.

Semua anggota keluarga pun kembali masuk kerumah, kemudian Pak Abra bergegas membuka gerbang.

Seperti disetujui takdir untuk aku kabur dari rumah ini, pak Abra membuka gerbang itu sendirian tanpa meminta bantuan orang lain.

Setelah membuka gerbang itu, Pak Abra beranjak kegarasi untuk mengeluarkan mobilnya. Saat itu jugalah aku melancarkan aksi untuk segera melarikan diri. Aku buru-buru kabur agar Pak Abra tidak melihat ku, tapi setelah mendengar pernyataan Stefani tadi, aku jadi bimbang untuk kembali kerumah, aku takut ibu tidak menerimaku, lagipula jarak tempuh kerumah ku sangat jauh jika harus berjalan kaki. Tapi sebaiknya aku terus berlari dulu, yang penting aku sudah terbebas dari rumah neraka itu.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!