Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Bab : 1 - Perkawinan yang Tak Kuinginkan

"Maafkan ibu, ibu terpaksa melakukan ini"

Itulah kata-kata yang selalu dilontarkan ibuku setiap kali aku menolak untuk dikawinkan dengan anak majikannya.

Kini semuanya sudah sia-sia, berapa kalipun aku berontak tetap saja takdirku tidak akan berubah, aku sudah berada didepan meja rias dengan pakaian pengantin yang tidak aku inginkan sama sekali. Air mataku terus berderai dipelipis mata ku, bercucuran membanjiri wajahku yang sudah dihiasi bedak dan solek.

"Kalau menangis terus, ini kapan kelar nya kak?" Kesal seorang yang sedang merias wajahku, tapi aku tidak menghiraukan nya, ingin sekali aku berteriak dan berlari menjauh dari acara perkawinan ku hari ini.

Aku tidak pernah menginginkan perkawinan ini terjadi, bahkan sedikitpun aku tidak pernah bermimpi akan mendapatkan nasib seperti ini, di nikahkan secara paksa oleh ibuku sendiri. Bahkan aku belum pernah mengenal siapa sosok pria yang akan meminang aku, jangan kan berbicara, melihat wajahnya pun aku tidak pernah.

Dunia rasanya tidak adil, tidak ada yang membela ku, tapi jika aku terus melawan ibu, aku akan di beri predikat sebagai anak durhaka. Ibuku selalu berdalih dibalik kata terpaksa, tapi tidak pernah mengerti perasaanku saat ini bagaimana.

Sungguh jika bisa aku mengubur diriku hidup-hidup saat ini, sudah aku lakukan untuk menghindari acara perkawinan ini.

"Kenapa lama sekali?, semuanya sudah menunggu didepan" seru seorang perempuan paruh baya, dengan wajah geram. Aku tidak mengenali dirinya, tapi sepertinya beliau merupakan sosok penting dalam acara perkawinan ku ini.

Perlahan aku mencoba menghentikan tangisan, masih dalam keadaan sesegukan para perias wajahku pun mulai mempercepat pekerjaan mereka.

Aku berdiri menatap diriku didepan cermin, sangat cantik dan anggun dibalut gaun pengantin berwarna putih dihiasi manik-manik silver. Aku seharusnya merasa bahagia melihat diriku dengan penampilan cantik ini, senyuman juga seharusnya terpancar dari wajahku karena bagi kebanyakan orang, pernikahan adalah momen yang paling ditunggu-tunggu dalam hidup. Tapi tidak denganku, bagaimana bisa aku tersenyum lebar, jika pernikahan ini tidak aku inginkan terjadi, sama sekali aku tidak pernah menyangka akan mengakhiri masa perawanku diumur yang masih sangat muda. Aku dikawinkan paksa oleh ibuku kepada seseorang yang tidak aku kenali, apakah mungkin aku bisa bahagia dengan keadaan seperti ini?, apakah suamiku nanti akan memperlakukan aku selayaknya istri yang diratukan para suami suami diluar sana?.

Sejak tiga hari yang lalu aku mendengar ibuku berkata kalau akan dinikahkan kepada anak majikannya, aku selalu bertanya alasannya apa, tetapi jawaban ibu tidak pernah memuaskan hatiku, ibu hanya meminta maaf dan berkata terpaksa melakukan ini semua, tapi ibu tidak pernah menitihkan air mata atas keputusannya, aku jadi berpikir kalau semua ini memang kemauan ibu bukan karena terpaksa. Hal itu yang masih sangat mengganjal dihatiku sampai saat hari pernikahan ku ini.

***

Aku mulai melangkahkan kaki keluar dari ruang rias, menuju acara perkawinan ku. Aku hanya bisa berusaha tegar, mencoba menutupi luka ku sendiri, walaupun sebenarnya aku sangat ingin menangis bahkan pergi menjauh dari kerumunan ini.

Tidak lama aku tiba ditengah acara, aku disambut senyuman seorang bridesmaid yang tingginya hampir sama denganku ku, langsung menggandeng tangaku, mengiringi langkahku menuju pengantin pria. Ditengah banyak nya manusia di acara itu, aku melihat wajah ibuku yang selalu tersenyum lebar, bahkan sesekali bersorai tepuk tangan, itu artinya ibuku sangat menginginkan hari ini terjadi. Ibuku seorang janda sejak dua tahun yang lalu, sementara anak ibuku ada tiga, aku anak pertama dan dua adikku laki-laki masih sekolah semua. Sejak ayah meninggal, sikap ibuku memang sedikit berubah, bukan tergolong jahat hanya saja lebih tidak memperhatikan kami lagi.

Ibuku sudah bekerja lama sebagai asisten rumah tangga dirumah seorang pria yang akan menikah denganku hari ini, kurang lebih enam tahun, jauh sebelum ayah meninggal.

Sementara aku, untuk membantu menopang kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan sekolah dua adikku, aku bekerja sebagai SPG disalah satu toko sepatu tidak jauh dari rumahku, disamping itu aku juga bekerja paruh waktu sebagai operator pulsa dan paket internet. Hanya itu yang dapat aku kerjakan, penghasilan tidak seberapa tapi setidaknya bisa membantu menopang kehidupan kami. Banyak yang merendahkan aku, termasuk teman-teman seumuran ku, karena mereka semua sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas ternama, sementara aku hanya si miskin yang mencoba berdiri di kaki sendiri.

Kini pekerjaan dengan penghasilan tidak seberapa itu sudah aku tinggalkan, sebab aku telah dipinang oleh orang yang tidak aku kenal. Aku tidak tau setelah ini hidupku bagaimana dan seperti apa, aku pasrah walau tidak ikhlas.

***

Betapa terkejutnya aku, saat bridesmaid yang sedang menggandeng tanganku, mengiring ku mendekat kearah seorang pria dengan wajah yang tidak biasa, seperti wajah bekas terbakar membuat wajah itu berkerut dan bergelombang tetapi hanya sebagian saja, wajah sebelah kanan masih terlihat mulus dan tidak ada bekas luka apapun. Mataku semakin membulat saat pria itu tersenyum, menaikkan telapak tangannya, berharap untuk disambut olehku. Aku juga melihat disamping kiri dan kanan pria itu ada sosok pria dan wanita paruh baya, wanita itu sama dengan orang yang datang keruang rias tadi, meminta ku agar cepat menyelesaikan riasan. Aku jadi berpikir kalau pria dan wanita paruh baya itu adalah orang tua dari pria didepanku ini, yang tidak lain berarti mereka berdua adalah mertua ku.

Dengan sedikit keraguan, aku menerima genggaman tangan dari pria itu. Aku tidak tipe manusia yang memandang fisik atau merendahkan fisik seseorang, tapi aku hanya tidak terbiasa saja melihat nya, aku sadar bahwa aku juga tidak secantik model model wanita diluar sana.

"Kamu cantik sekali istriku" ucap pria itu dengan sendu dan senyuman lebar, aku sedikit terkejut dan tidak nyaman, aku menunduk malu.

Hal yang paling mengejutkan juga terjadi saat pria itu mengecup lembut tanganku dan mengeluarkan benda bulat kecil berwarna kuning emas dari saku nya, karena aku masih menunduk, pria itu tidak segan-segan mendongakkan daguku. Tanpa berlama-lama, dia langsung melingkarkan benda dari sakunya itu ke jari manis ku.

"Dia suamiku?, Dia yang akan menjadi teman hidupku?" resah ku dalam hati, bagaimana bisa ibu se tega ini menjodohkan aku dengan pria yang memiliki keterbatasan, tanpa merendahkan pria didepanku ini, aku hanya tidak habis pikir dengan ibuku, kenapa harus aku aku yang dikorbankan. Entah apa perjanjian kelaurga pria ini dengan ibuku, sehingga membuat ibuku bersikeras mengawinkan aku, menjadi bagian dalam keluarga majikannya sendiri.

"Kamu tidak perlu terharu begitu sayang, simpan air matamu" kata pria didepanku sambil mengusap air mataku. Tidak sadar karena pahitnya cerita yang aku alami, aku kembali menitihkan air mata setelah aku menangis derai sekali diruang rias tadi. Andai saja dia tau kalau aku sedang dirundung pilu, bukan karena menangis bahagia karena pernikahan ini. Tapi karena tidak ingin membuatnya menyentuh pipiku lagi, aku menghentikan air mataku, menghela nafas panjang dan mencoba memberikan senyuman kepada pria didepanku yang sebentar lagi akan menjadi suamiku dan bahkan akan tidur satu kamar denganku.

Namaku Refelin, gadis 19 tahun yang harus menelan pil pahit karena dinikahkan paksa oleh ibuku dengan pria yang tidak aku kenali, dan tidak lain pria itu adalah anak dari majikan ibuku sendiri. Inilah aku dengan sejuta cerita pilu dalam hidup ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!