Mati-matian Balqis Lalita Wiguna membela lelaki yang dia sayangi, ternyata hanya menimbulkan luka yang begitu dalam. Di mana bukan dia yang bersanding di pelaminan, melainkan wanita lain yang tidak dia kenal.
Dia kira cinta pertamanya akan mengajarkan banyak hal. Nyatanya, hanya meninggalkan luka dan sulit untuk disembuhkan.
Akankah ada seseorang yang berhasil menjadi obat penawar dari luka tak kasat mata yang Balqis derita? Dan bisa membuatnya kembali merasakan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Cemburu Berteknik
Mereka saling pandang untuk beberapa saat. Tangan kekar itupun langsung Rio turunkan ketika dia mulai tersadar. Suasana kembali mendadak canggung. Tak ada obrolan dari mereka. Hingga mobil berhenti di depan rumah sederhana nan sejuk. Aqis menatap Rio dengan tatapan bingung.
"Kak Iyo tahu ru--"
"Ke lubang semut pun gua bisa cari lu."
Aqis tak membalas jawaban pria itu. Lebih baik segera turun karena duda tiga tahun itu termasuk ke dalam golongan manusia tidak jelas. Kadang baik, kadang manis, kadang judes, kadang sombong, kadang songong. Dia ingin menjadi wanita yang tetap waras.
Baru saja tangannya membuka gagang pintu mobil, suara Rio membuatnya terdiam.
"Tunggu!"
Terdengar suara pintu mobil terbuka. Rio membuka payung ukuran cukup besar dan memutari mobil. Membukakan pintu mobil penumpang depan di mana Aqis berada.
Tercengang, sudah pasti. Namun, Aqis berusaha bersikap biasa. Tangan Rio kini berada di pundak Aqis dan sontak mata Aqis tertuju pada tangan kekar itu.
"Makasih," ucap tulus Aqis setelah Rio mengantarnya sampai teras depan.
"Langsung mandi biar gak demam."
Aqis mengangguk dengan senyum yang mengembang begitu manis. Tanpa Rio sadari, bibirnya pun ikut melengkungkan senyum yang begitu lebar.
"Aqis masuk dulu ya, Kak."
Rio pun mengangguk. Setelah Aqis masuk ke dalam rumah, barulah Rio pergi dari sana. Senyumnya belum luntur sampai dia menghidupkan mesin mobil.
Aqis menatap jas milik Rio. Aroma khas pria sejati dapat Aqis cium dari aroma parfum di jas tersebut. Tak Aqis sadari, dia memeluk jas itu dan matanya pun seketika terpejam. Dia seperti mendapatkan ketenangan hanya dengan mencium aroma parfum Rio.
.
Hari ini, Aqis ingin keliling Jogja mengajak Faza. Namun, sahabatnya itu sedang shift pagi dan lembur. Alhasil, Aqis pergi sendiri.
Berjalan menyusuri Malioboro seorang diri menggunakan pakaian sederhana dan rambut dikuncir. Dia bukan perempuan yang senang dandan. Juga tak suka flexing kekayaan orang tuanya. Meskipun, isi rekeningnya begitu buncit, dia tetap bersikap sederhana.
Sampai sore, Aqis masih betah keliling Malioboro. Ketika sore datang, Aqis duduk di barisan para pelancong sambil menikmati suasana sore Malioboro. Wajahnya begitu teduh dan terlihat sangat menikmati suasana.
"Pak Bos," panggil Yonas ketika melihat seseorang yang dia kenal.
Rio yang tengah fokus pada layar benda pipih di tangannya menatap tajam Yonas tanpa ampun.
"Lihat!"
Yonas membuka kaca jendela mobil setengah. Lalu, menunjuk ke arah orang-orang yang tengah duduk menikmati sore.
Ujung mata Yonas melihat jelas lengkungan senyum di wajah sang bos. Senyum yang tiga tahun ini tak pernah dia lihat. Baru kali ini senyuman itu terlihat penuh dengan ketulusan.
"Cantik, ya," pancing Yonas.
"Iya."
Rio menjawab tanpa sadar. Sontak Yonas mengulum bibirnya. Fix, sang bos tengah jatuh cinta.
Suara klakson mobil di belakang membuat mereka harus segera jalan kembali. Yonas tak membahas apapun. Jawaban dari sang bos tersebut keluar dari alam bawah sadar.
.
Sudah kebetulan berapa kali, Rio kembali melihat Aqis di sebuah kafe. Kebetulan dia memang sedang ada janji dengan salah satu koleganya. Wajah yang awalnya berseri, kini terlihat datar bak papan bangunan. Apalagi melihat Aqis yang tersenyum begitu manis kepada lelaki yang dia sebut sahabat.
"Cih!"
Kolega serta asisten Rio menatap ke arah Rio. Mereka saling pandang karena wajah Rio begitu menyeramkan. Yonas mengikuti ke arah pandang Rio.
"Pantes," gumamnya dalam hati.
Yonas berdehem supaya Rio sadar. Sang bos pun memasang wajah datar. Dia kembali fokus pada pekerjaan. Sesekali dia melirik ke arah Aqis yang terlihat bahagia bersama sahabat lelakinya.
Sampai Rio selesai meeting pun, Aqis dan Faza masih berada di sana. Aqis terlihat nyaman bersama Faza. Wajah Rio sudah berbeda. Bahkan dia mengendurkan dasinya karena terasa sesak.
"Pak Bos, mau langsung pulang gak?"
Tanpa menjawab, Rio langsung berdiri. Tatapannya masih tertuju pada Aqis dan juga Faza. Dia berjalan dengan langkah lebar, dan ternyata Aqis menyadari Rio melewati dirinya.
"Kak Iyo!"
Langkah Rio pun terhenti. Dia menoleh ke arah Aqis yang sudah menyapanya. Perempuan itu sedikit berlari untuk menghampiri Rio. Yonas tahu diri. Dia segera pergi tanpa harus diusir terlebih dahulu.
"Jas Kak Iyo masih ada di laundry. Nanti kalau udah beres Aqis balikin."
Rio tak menjawab apapun. Dia malah melengos dan meninggalkan Aqis tanpa kata. Tubuh Aqis pun mematung ketika melihat reaksi Rio yang tak seperti semalam. Seulas senyum pedih pun terukir.
"Aqis lupa. Kak Iyo kan golongan duda bunglon," gumamnya menahan sedih.
"Qis."
Panggilan dari belakang membuat Aqis menghela napas berat. Faza terlihat cemas kepadanya.
"Siapa?"
Aqis hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Dan dia kembali duduk di mejanya.
Rio memejamkan mata ketika mobil sudah melaju. Bayang wajah Aqis yang tertawa lepas bersama seorang lelaki membuat tensi darahnya naik.
"Lu turun di sini."
Yonas terkejut ketika mendengar perintah Rio yang tiba-tiba. Rio sudah memberikan tatapan yang amat serius.
"Mobil gua yang bawa."
"Tapi--"
Sepuluh lembar pecahan seratus ribu Rio berikan dan itu mampu membuat Yonas menghentikan mobil.
"Meeting di rumah sakit batalkan. Ganti besok."
Yonas menggelengkan kepala ketika mobil sudah dibawa oleh Rio. Mood sang bos ketika pagi hari begitu baik. Setelah bertemu kolega di kafe di mana perempuan itu ada di sana dengan seorang lelaki, mood bosnya langsung berubah.
"Cemburunya berteknik," gumam Yonas.
Dari jam dua siang Rio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah yang dihuni oleh Aqis. Dia ingin tahu apakah Aqis diantar sampai ke rumah sahabatnya itu atau tidak.
Ketika senja datang, sebuah motor ojek online berhenti tepat di depan pagar rumah yang Aqis huni. Kedua alis Rio menukik ketika dia melihat Aqis membuka helm ojol itu. Ternyata Aqis tak diantar pulang. Sama seperti sebelumnya.
Mata Rio semakin memicing ketika ada seorang perempuan menghampiri Aqis. Dia melihat Aqis menerima bungkusan cukup besar..
"Apa itu?"
.
Aqis menatap jas hitam milik Rio yang sudah berada di atas kasur. Melihat jas itu teringat akan kebaikan Rio. Namun, Aqis menghela napas begitu berat karena sikap Rio yang dingin sekali.
"Permisi, Mbak. Ada yang cari Mbak."
Jantung Aqis sudah berdegup tak karuhan. Dia takut jika keluarganya tahu dia di Jogja bukan di Bandung. Setelah dia menuju ruang tamu, ternyata Rio yang ada di sana.
"Kita kembali ke Bandung."
Kalimat Rio membuat Aqis refleks menggeleng. Namun, Rio tetap memaksa. Sampai Aqis sedikit murka.
"Aqis masih mau di sini!"
Rio tak mengindahkan. Dia menyuruh asisten rumah tangga itu untuk mengemasi barang bawaan Aqis.
"Kak Iyo--"
Rio sudah menunjukkan tiket kereta kepada Aqis hingga Aqis tak bisa berkata. Di kereta Aqis hanya terdiam. Sesekali Rio menatap Aqis. Namun, wajah Aqis masih tetap ditekuk.
"Keluarga lu besok ke Bandung." Aqis pun terkejut dan menatap Rio dengan wajah terkejut.
"Kalau mereka tahu anak kesayangannya gak ada di Bandung, pasti mereka akan panik."
Rio meraih tangan Aqis dan berkata, "gua melakukan sesuatu pasti ada alasannya."
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya?
semangat dobel up yokkk
Alamat ngereog nih s jambul, kl orng2 lbh prhtian sm adek2nya....kn dia ska bgt bkin drama...😁😁😁
psti seru hamilnya barengan.....
lnjut trus ya thor
semangat
tuan nambah saingan😂😂😂
Alhamdulillah klo gege akhirnya hamil..berarti impiannya memiliki todler bareng aqis terwujud nantinya...👏👏👏👏👏