Zoey Bakker bersyukur bisa mengulang kehidupannya lagi. Dia bertekad akan menjerat Oscar suaminya dan membalaskan dendamnya pada keluarga angkatnya.
Jika dulu dia menolak perjodohannya dengan Oscar, kali ini Zoey menerimanya dengan senang hati. Berbekal ingatannya di masa lalu, Zoey bisa menjalani hidupnya dengan penuh kejutan kejutan manis. Bagaimana kisah Zoey dan Oscar akan berjalan? Simak ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Bertemu Nick Amstrong
Zoey kembali menghubungi Bobby, seharusnya pria itu sudah tiba di kotanya hari ini.
"Hai cantik. Aku sudah sampai 30 menit yang lalu. Sekarang aku menunggumu di kafe yang ada di bandara."
"Oke. Aku akan menjemputmu sebentar lagi."
Zoey memakai atasan berupa sweater berlengan panjang, berwarna pink soft dan bawahan berupa celana jeans biru. Zoey juga memakai sepatu model high hop sneakers berwarna putih.
Penampilan Zoey lebih mirip mahasiswi dari pada seorang nyonya. Rambutnya yang panjang hanya diikat asal.
Sesampainya di bandara, Zoey mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bobby. Bobby melambaikan tangannya begitu melihat siluet Zoey berdiri di depan pintu kafe.
"Maaf. Kau pasti lama menungguku."
Bobby tersenyum lembut dan menggeleng. "Tidak masalah."
Zoey duduk berhadapan dengan Bobby. Dia memesan segelas cappucino. Setelah pesanannya tiba dan pelayan yang mengantarkan minumannya pergi, Zoey segera membuka suara.
"Untuk beberapa hari ini, kau bisa tinggal di hotel. Nanti setelah aku mendapatkan tempat yang cocok untuk tempat tinggalmu, kau bisa pindah."
"Emm, kau yakin ingin membuka usaha di bidang tehnologi robotik? Apa tidak sebaiknya membangun kerjasama saja. Setidaknya kau bisa menghemat tenaga dan uang," ujar Bobby mengutarakan idenya.
"Dan lalu hasil karyaku akan dibeli oleh orang lain? Aku yang bekerja, mereka yang menerima keuntungan?" tanya Zoey dengan raut wajah murung.
Bobby merasa bersalah telah mengucapkan kalimat tadi. "Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin kau memiliki pondasi dulu sebelum benar-benar berdiri di atas kakimu sendiri. Aku tidak meragukan kemampuanmu, tapi memimpin ratusan bahkan ribuan pekerja, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh pengalaman, butuh kerja keras, butuh kepercayaan.
Kau bisa perlahan membentuk itu semua. Bekerja pada orang memang tidak seenak bekerja di perusahaan sendiri, tapi aku bisa menjamin, pengalaman yang kau dapatkan akan lebih berguna untuk perusahaanmu sendiri. Bagaimana?"
Zoey terdiam sambil mengetuk tepi gelas cappucinonya. Alisnya sesekali berkerut. Bobby tidak bersuara, dia tahu saat ini Zoey mungkin sedang merasakan pergolakan batin. Mengingat pribadi Zoey yang keras, sudah pasti ini bukan keputusan yang mudah untuknya.
"Baiklah. Jadi menurutmu perusahaan mana yang baiknya kita ajak kerjasama?" tanya Zoey kemudian.
"Bagaimana jika kau bekerja sama dengan Nick Amstrong?"
Zoey memandang Bobby sesaat dengan wajah tertegun. Awalnya dia berpikir jika dia ingin melakukan pembuktian diri, jika dirinya pantas menjadi bagian dari keluarga Amstrong. Akan tetapi, setelah Zoey pikir-pikir. Mungkin memang sebagian ucapan Bobby ada benarnya. Setidaknya dengan berhubungan baik dengan Nick Amstrong, siapa tahu dia bisa mencari tahu, tentang siapa sebenarnya dirinya.
"Baiklah, lalu aku akan mencoba mencari tahu cara menghubungi Nick Amstrong," kata Zoey.
Bobby menggeleng. "Tidak perlu. Kita sedang mendapat Jack pot sekarang." Bobby memberi isyarat mata pada Zoey. Gadis itu memutar kepalanya dan melihat sesosok pria yang menawan dan sangat tampan. Ketampanan pria itu setara dengan suaminya, Oscar.
"Apa kau membawa proposal atau sketsa rancangan robotmu?" tanya Bobby. Zoey mengangguk.
"Ya aku membawa gambaran robot ciptaanku."
"Maka ini saat yang tepat. Nick sedang berjalan dan akan melewati kita. Kau harus pura-pura menabraknya dan menjatuhkan gambaranmu tepat dihadapannya. Beraktinglah semenyedihkan mungkin."
Zoey mengangguk ragu. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang. Dia merasa gugup untuk yang pertama kalinya. Ini adalah momen yang tidak pernah terlintas sedikit pun di kehidupan masa lalunya. Jadi normal saja jika dia merasa sangat gugup.
Tangan Zoey berkeringat. Dia merasa hampir pingsan sangking cemasnya. Bobby memberi isyarat tangan pada Zoey. Saat waktunya tiba, Zoey berdiri sambil mencengkeram gambar rancangan robotnya dan pura-pura berbalik disaat yang tepat.
"Aah!" pekik Zoey tertahan. Tubuhnya hampir saja jatuh ke depan.
Beruntung, Nick dengan sigap menangkap pinggang Zoey. Namun, dengan gerakan lembut, Zoey menjatuhkan gambar rancangannya di depan Nick.
"Ma_maaf, Tuan. Saya tidak sengaja. Zoey segera melepaskan diri dari tangan Nick. Di saat yang sama, dia menunduk dan memandangi gambar rancangan robotnya yang terbuka.
Nick mau tak mau mengikuti arah pandang gadis itu. Dia pun sejenak terpana melihat gambar di lantai itu. Nick secara reflek mengambil gambar itu.
Mata Nick memperlihatkan binar kepuasan melihat gambaran itu. "Nona, ini milikmu?"
"Hmm, ya. Terima kasih." Zoey berniat menarik kertas dari tangan Nick. Namun, pria itu menahannya.
"Zoey, kau baik-baik saja?" Bobby yang sedang menonton drama Zoey, akhirnya ikut mengambil peran.
"Ya, aku baik," jawab Zoey. Dia pura-pura tak acuh pada Nick dan berniat menarik kembali kertasnya. Dan Nick dengan wajah tanpa dosa, tetap mempertahankan gambar robot milik Zoey.
"Tunggu, Nona. Bisa kita bicara mengenai gambarmu ini. Aku dari perusahaan Amstrong Tech. Aku tertarik dengan gambarmu ini."
Zoey lagi-lagi berakting memasang wajah terkejut. Begitu juga dengan Bobby. Keduanya saling memandang dengan ragu, hingga membuat Nick kembali bicara.
"Aku benar-benar dari perusahaan itu. Aku tertarik dengan gambaranmu. Bisakah aku tahu mengenai gambar itu?"
"Oh, tentu saja," jawab Bobby bersemangat. Sementara Zoey masih terpaku menatap wajah Nick yang rupawan.
Jika dilihat dengan jelas. Nick dan Zoey memiliki kesamaan warna mata dan bentuk mata yang sedikit lancip dan juga Nick memiliki bibir tipis yang sama dengannya. Tidak diragukan lagi, mereka adalah saudara, tapi sayangnya saat ini, Nick terlalu fokus pada gambar rancangan Zoey. Jadi pria itu seperti tidak menyadari tatapan Zoey yang berubah getir.
Nick duduk di kursi yang tadi Zoey tempati. Jadi Zoey bergeser duduk di samping Bobby.
"Jadi siapa yang membuat gambar ini?" tanya Nick antusias. Padahal menyebutkan namanya saja belum.
"Anda .... " Zoey menjeda ucapannya, seolah menunggu jawaban Nick.
"Oh, perkenalkan namaku Nicholay. Aku bekerja di perusahaan Amstrong tech. Aku bekerja sebagai kepala bagian perencanaan."
Bobby akui Nick juga pandai berakting, sama seperti Zoey. Seharusnya dua bersaudara itu pantasnya menjadi artis. Beruntung, Bobby pernah meretas data pribadi keluarga Amstrong. Jadi dia tahu betul siapa-siapa saja anggota keluarga Amstrong, termasuk Nick.
"Perkenalkan, namaku Teo dan ini temanku Zoya," ujar Bobby. Dia pun akhirnya memilih berbohong soal identitas mereka berdua.
"Baiklah, jadi ini rancangan milik siapa?" tanya Nick lagi.
"Ini rancanganku," kata Zoey.
Nick sesaat tertegun. Saat tadi matanya menatap Zoey, dia baru sadar wajah Zoey mirip sekali dengan wajah seseorang yang dia kenal.
"Apa anda mendengar saya, Tuan?" tanya Zoey sambil menggerakkan tangannya di depan wajah Nick. Hal itu tentu membuat Nick tersentak kaget.
"Hah?"
"Apa anda mendengarkan saya?" tanya Zoey. Nick mengusap tengkuknya canggung karena sempat tidak mendengarkan ucapan Zoey.
...----------------...