Terjerat Cinta Daddy Mafia

"Siapa suruh kamu menggoda Daddy? Daddy jamin, setelah ini kamu tak akan merasa sakit lagi," Benigno meyakinkan Ana.

Dia sudah membaringkan tubuh Ana, dan membuka handuk yang digunakan Ana.

"Tubuh kamu begitu indah. Membuat Daddy tak pernah mau menahannya," ucap Benigno sambil melepaskan semua pakaian yang dia kenakan.

Ana tampak meringis ketakutan, melihat barang kesayangan daddynya yang sudah berdiri tegak.

"Jangan takut! Kamu sudah merasakannya. Bahkan semalam kita bermain tiga kali, dan kamu berkali-kali mendapatkan pele*pasan. Kamu begitu menikmati milik Daddy bermain di sana," ucap Benigno membuat wajah Ana memerah. Dia merasa malu dengan ucapan daddynya.

Percintaan panas terjadi lagi. Namun, kali ini dilakukan dalam keadaan sadar. Benigno begitu menikmati tubuh Ana, Ana pun tampak menikmati permainan Benigno.

Alunan musik indah mulai terdengar. Mengiringi percintaan mereka membuat pagi itu begitu bergelora. Dinginnya udara di luar sana dan AC di ruangan itu, tak mampu menutupi hawa panas dalam tubuh keduanya.

Ya, benar apa yang dikatakan daddynya. Kini, rasa sakit yang dia rasakan, berubah menjadi rasa nikmat.

Ana tampak menggigit bibir bawahnya. Saat Benigno mempercepat temponya. Hinga akhirnya keduanya mendapatkan pelepasan. Benigno ambruk di atas tubuh Ana.

"Makasih ya, Sayang! Kamu milik daddy. Daddy tak ingin tubuh kamu dinikmati laki-laki lain," ucap Benigno yang melabuhkan kecupan di pucuk kepala dan kening Ana.

Ana menangis. Dia terlihat sedih, membuat Benigno merasa bingung. Dia terlihat mengerutkan keningnya.

"Kamu kenapa?" Benigno bertanya.

"Daddy tanya kenapa? Apa Daddy tak menyadari, apa yang sudah Daddy perbuat padaku? Daddy begitu menikmati tubuhku. Tapi, Daddy tak ingin menikahi aku. Bagaimana, kalau aku sampai mengandung benih Daddy?" Ana terisak tangis.

Benigno tampak terdiam. Apa yang dikatakan Ana memang benar. Di satu sisi, dia masih saja terus terjebak dalam rasa trauma yang dia rasakan.

"Maafkan, Daddy!" Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibirnya.

"Maaf? Dengan mudahnya Daddy hanya mengatakan maaf? Apa yang telah Daddy lakukan padaku, tak akan membuatnya kembali! Jika Daddy memang mencintai aku, nikahi aku!" Sahut Ana dengan suara yang bergetar.

Ya, Lagi-lagi Benigno hanya diam. Jika Ana membahas tentang pernikahan.

Ana membaringkan tubuhnya di ranjang, dan matanya kini menatap langit-langit di kamarnya.

"Maafkan aku dad, aku yakin pasti kamu kecewa dengan sikapku. Aku memang selalu menjadi anak kecilmu, yang selalu merepotkanmu. Seharusnya, aku merasa bersyukur menjadi anak angkatmu. Bukan justru menjadi anak yang tak tahu diri seperti ini. Yang mengharapkan cinta darimu."

Ana sudah menyadari, letak kesalahannya selama ini. Kebersamaan mereka selama ini, menumbuh benih cinta di hatinya.

Ternyata, hal serupa dilakukan Benigno saat ini. Dia pun sedang memikirkan hubungan dia dengan Ana. Rasa dendamnya pada seorang wanita, membuat dia menutup hatinya untuk mencintai Ana.

"Semoga kamu mengerti, dengan keputusan Daddy."

Tak pernah terpikir olehnya selama ini, kalau anak yang dia angkat akan jatuh cinta padanya.

Hari demi hari. Waktu kian berganti. Tapi perasaan Ana kepada Benigno tak pernah berubah. Hari ini adalah hari ketiga Benigno tak pulang ke Mansion. Ana pun memilih tak menghubungi dia. Dia tak ingin mengganggu kehidupan daddynya lagi. Setelah kejadian itu, Benigno seakan menghindar dari Ana.

Hari ini Benigno akan pulang ke Mansion. Namun, dia tak sendiri. Dia menyewa seorang jala*ng, untuk ikut bersamanya. Dia ingin, Ana tak mengharapkan dia lagi. Menyadari, akan posisi mereka.

Roberto baru saja sampai di apartemen Benigno. Dia datang bersama seorang wanita cantik berusia sekitar 32 tahun. Seorang wanita dewasa, dan tentunya seksi. Dia terpaksa menyewa Alena, untuk menjadi kekasih pura-pura.

"Bagaimana Tuan, apa Anda menyukainya?" Tanya Roberto.

Benigno menatap Alena dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Senyuman melengkung di sudut bibir Alena. Bayaran yang dia terima begitu fantastik.

"Tugas kamu, hanya perlu membuat Anak angkatku berhenti mencintaiku. Kamu akan menjadi kekasih pura-pura, tak lebih. Dan untuk urusan bercinta. Kamu boleh melakukannya, jika aku memintanya. Apa kamu sudah mengerti?" Benigno bertanya.

Bukan suatu hal yang sulit bagi Alena. Dia merasa beruntung, bisa menjadi bagian Benigno.

"Tentu saja, Sayang! Aku akan melakukannya dengan senang hati. Aku pastikan, anak angkatmu tak akan menggangu kamu," Alena berkata sambil menaik turunkan alisnya.

Alena tampak kesal, karena Benigno bersikap dingin padanya. Dia justru menghempaskan tangan Alena, yang hendak bermanja-manja dengannya.

"Jangan pernah menyentuhku, jika bukan untuk urusan misi kita!"

"Kita ke Mansion sekarang!"

Benigno berjalan lebih dulu, meninggalkan Alena. Tak ada sikap romantis sedikitpun yang dilakukan Benigno kepada Alena. Mereka kini sudah dalam perjalanan menuju Mansion.

"Apa nanti kita tidur satu kamar?" Alena bertanya memecah keheningan di dalam mobil.

Sejak tadi Benigno hanya diam. Dia justru sedang memikirkan, reaksi Ana nanti. Saat melihat dia datang membawa Alena.

"Ya. Tapi, tidak satu ranjang! Kamu hanya perlu menginap di Mansion malam ini saja. Setelah itu, kamu hanya perlu datang ke Mansion sesekali saja. Yang terpenting, Ana sudah mengetahui hubungan kita," jelas Benigno dan Alena terlihat menganggukkan kepalanya.

Mereka sudah sampai di Mansion. Ana terlihat bahagia, saat mendengar suara mobil daddynya. Dia langsung menyibak tirai kamarnya, untuk memastikannya. Dia sudah tak sabar ingin bertemu.

Namun akhirnya, langkahnya terhenti.

"Tidak! Aku tak boleh seperti ini. Aku harus berusaha membuang perasaanku, kepada daddy," Ana berkata lesu.

Suara ketukan pintu kamarnya terdengar, Benigno meminta Terecia memanggil Ana di kamarnya. Dia ingin mengenalkan Ana dengan Alena.

"Pasti Daddy memanggilku, karena Daddy merindukan aku," batin Ana.

Senyuman melengkung di sudut bibirnya. Dia tak langsung menemui Benigno, karena dia ingin mengganti pakaiannya terlebih dahulu, dan juga sedikit merias wajahnya. Ana berniat menyenangkan hati daddynya.

"Maafkan Daddy, An! Daddy yakin, kamu pasti akan kecewa saat mengetahuinya. Tapi, inilah yang terbaik untuk kita. Agar kamu tak lagi mengharapkan Daddy lagi! Sampai kapanpun, Daddy tak bisa mengabulkan permintaan kamu," Benigno berkata dalam hati.

Langkah kaki Ana terhenti, dan matanya membulat sempurna. Saat melihat wanita cantik dan seksi yang kini duduk di sebelah daddynya. Hatinya terasa sakit melihatnya.