JANDA PERAWAN CEO

JANDA PERAWAN CEO

Bab 1 Wanda dan Yara

Hujan turun dengan derasnya menyapa alam yang telah lama gersang. Nyanyian bisu merayu alunan angin di kebisuan malam. Seorang gadis dengan posisi duduk memeluk lutut terlihat bergetar, tubuhnya menggigil, wajahnya memucat di sebuah pondokan pinggir jalan. Dalam hati gadis itu merutuki diri sendiri mengapa dia bisa sampai di tempat yang selama ini orang-orang bilang rumah angker.

Ya, tepat di belakang pondokan tempat gadis itu bernaung ada sebuah rumah kosong yang dianggap warga sekitar rumah angker. Tidak ada yang tahu pasti mengapa disebut rumah angker. Apakah ada yang pernah melihat penampakan atau hanya kabar tak bertuan.

Ada sebuah hening yang berbisik di dalam rumah itu. Samar-samar terdengar jeritan seseorang. Yara tersentak, entah mengapa kakinya membeku. Ingin rasanya berlari menerobos lebatnya hujan, tapi entah keberanian dari mana Yara mengintip dari balik lubang pondok.

Yara melihat dengan jelas seorang pria memukul-mukul seorang wanita dari kaca jendela rumah itu. Begitu kejam, Yara menutup mulutnya menahan suara. Pria itu membuka pintu dan memanggul tubuh wanita itu keluar dari rumah angker. Yara melihat wanita itu tidak bergerak.

Dan ketika Yara memutuskan untuk pergi dari pondok itu, tiba-tiba ada seseorang menyentuh pundaknya. Orang itu membisikkan sesuatu kepada Yara, dalam hitungan detik Yara tidak sadarkan diri.

"Kamu, apapun yang kamu lihat malam ini lupakan semuanya. Lupakan! Kamu tidak pernah melihat apapun. Kamu hanya kedinginan dan berteduh di sini. Sekarang kamu berjalan ke tengah jalan raya. Setelah hitungan ketiga kamu akan menyeberang jalan. 1 ... 2 ... 3." Pria itu menjentikkan jarinya.

Klakson mobil dan motor menjerit, tatkala Yara dengan santainya menyebrangi jalan raya padat merayap di bawah derasnya guyuran air hujan.

"Heiii mau cari matiiii yaa! Beep! Beep!" teriak seseorang sambil membunyikan klakson mobil.

Yara terus melangkah, pandangannya nampak kosong.

"Bos, itu Wanda." Tunjuk seseorang dari dalam mobil.

Pria yang duduk di kursi tengah penumpang refleks keluar dari dalam mobil, berlari menahan tubuh Yara.

"Bung! Cepat bawa menyingkir! Bunuh diri jangan di sini!" maki seseorang dari dalam mobil.

"Maaf, maaf." Pria itu mengangkat tubuh Yara dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

Yara masih diam, tubuh Yara basah bermandikan air hujan. Pria itu mengambil handuk yang ada di dalam mobil.

"Wanda, kamu kenapa?" Pria itu dengan lembut menyeka butiran air yang membasahi wajah Yara.

Tiba-tiba Yara tersadar. Yara menatap pria yang ada di depannya.

"Si ... apa Anda?" Yara sedikit menjauh.

"Wanda, ini aku Farrel."

"Maaf, saya bukan Wanda. Anda salah orang." Yara melihat keluar mobil.

"Wanda, apa kamu ingin lari dari pernikahan kita?" Pria itu menatap tajam ke arah Yara.

"Saya bukan Wanda. Nama saya Yara. Anda salah orang." Yara ketakutan.

Farrel lebih mendekat memperhatikan Yara dari atas sampai ke bawah. Farrel takut ini adalah akal-akalan Wanda untuk lari dari pernikahan mereka besok pagi.

"Bos, ada telepon dari calon mertua." Assisten Farrel memberikan ponsel kepada Farrel sambil fokus ke jalan.

"Hallo." Farrel sambil melirik ke arah Yara.

"Farrel, maaf. Wanda pergi sampai sekarang belum kembali. Ada yang melihat dia pergi bersama temannya." Suara panik orang tua Wanda terdengar di seberang sana.

Lagi-lagi Farrel melirik ke arah Yara. "Baik Om. Saya masih di jalan. Nanti saya hubungi kembali." Farrel menutup telepon.

"Ma ... af, saya mau dibawa kemana?" Yara panik.

"Siapa namamu?" tanya Farrel.

"Yara," jawab Yara, tubuhnya menggigil kedinginan.

"Kenapa kamu ingin bunuh diri?" tanya Farrel.

"Bunuh diri?" bibir Yara membiru kedinginan.

"Anton, matikan pendingin." Farrel melepaskan jasnya dan menutupi tubuh Yara dengan jasnya.

"Kalau tidak bunuh diri, ngapain kamu berjalan di tengah jalan raya!" kata Farrel dengan nada sedikit meninggi.

Yara tersentak, dia menyembunyikan wajahnya di balik jas Farrel. Yara kemudian teringat sesuatu.

"Ma ... af, bisakah saya minta tolong?" Yara mengatupkan kedua tangannya.

"Apa?" Farrel sedikit melembut.

"Antarkan saya ke rumah sakit. Adik saya sakit parah. To ... long," Yara memohon.

"Rumah sakit mana?" Farrel mendekat karena suara Yara hampir tak terdengar karena gemetar.

"Rumah Sakit Sari Mulia." Jawab Yara.

"Anton, ke Rumah Sakit Sari Mulia." Perintah Farrel.

Dalam hitungan menit mereka tiba di rumah sakit. Yara masih dalam keadaan gemetaran masuk ke dalam rumah sakit, diikuti Farrel dan Assistennya Anton. Yara masuk ke dalam ruangan dimana Adiknya dirawat.

"Maaf Mba Yara, Sofia harus segera di operasi," kata Perawat.

"Tapi saya masih belum mendapatkan uangnya." Yara panik.

"Permisi Sus, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Farrel.

"Nona Sofia harus segera di operasi usus buntunya karena sangat parah." Jawab Perawat.

"Baik, Assisten saya akan segera mengurus administrasinya."

"Baik, silakan ikut saya." Perawat itu mengajak Anton ke ruangan administrasi.

"Maaf, apa yang Anda lakukan?" tanya Yara.

"Aku ingin kamu bekerja untukku." Jawab Farrel.

"Kerja apa? Apakah gajinya bisa untuk membayar biaya operasi Adik saya?" tanya Yara.

"Bisa. Kamu harus nikah kontrak dengan saya," kata Farrel.

"Ni ... kah kontrak?" Yara memberanikan diri menatap ke arah Farrel.

"Iya. Tunangan saya menghilang. Besok hari pernikahan kami. Tidak mungkin saya membatalkan pernikahan kami."

"Tap-- ." Yara belum selesai menyelesaikan kata-katanya.

"Karena kamu mirip dengan tunangan saya," ucapan Farrel membuat Yara membelalakkan matanya.

"Nasib Adikmu ada di tanganmu!" Farrel sedikit memaksa.

"Semua beres Bos. Nona Sofia akan segera di operasi," ujar Anton.

"Bagaimana?" tanya Farrel.

"I ... ya, saya berse ... dia." Yara merasakan panas di sekujur tubuhnya.

Pandangan Yara mulai berputar-putar, kepalanya sakit, Yara merasa tubuhnya lemas. Farrel yang menyadari itu segera menghampirinya.

BRUUUK!

Yara pingsan di dalam pelukan Farrel. Farrel membawa Yara ke ruangan UGD. Baju Yara yang basah diganti dengan baju pasien khas rumah sakit, Yara diberikan cairan infus.

"Bagaimana Dok?" tanya Anton kepada Dokter yang memeriksa Yara.

"Pasien demam dan pola makannya tidak teratur. Pasien juga kekurangan cairan tubuh. Saya sering melihatnya di sini, mungkin terlalu memikirkan Adiknya yang sakit dia jadi begini. Baiklah saya permisi." Dokter pamit.

Sementara itu Farrel terlihat serius bicara dengan seseorang di telepon.

"Saya sudah menemukan Wanda. Kami akan menikah besok pagi. Tolong persiapkan semua." Farrel mematikan telepon.

"Bos, apa yang terjadi dengan Wanda?" Anton berdiri di samping Farrel.

"Aku juga tidak tahu. Wanda ada apa denganmu. Anton tolong kirim orang untuk mencari Wanda."

"Apa Bos yakin besok menikah dengan gadis itu?" tanya Anton.

"Tidak mungkin membatalkan pernikahan. Ayo kita lihat keadaan Yara." Farrel dan Anton menuju ruangan UGD.

"Bos apa itu Wanda?" tunjuk Anton.

"Wanda, Wanda!" Farrel dan Anton berlari mengejarnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

tentanglangit

tentanglangit

akhirnya bisa mampir/Smile/

2024-08-07

1

Anita Jenius

Anita Jenius

wah.. ada karya baru nih.

2024-04-24

1

Queen

Queen

Karya baru lagi 💪

2024-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!