NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 : mengikhlaskan

Aku pun mengatakan semuanya.

Setelah beberapa saat terdiam, Ayu meletakkan bahunya di meja, kemudian menyangga dagunya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Mungkin mencerna apa yang aku katakan sebelumnya dan mencari solusi dari permasalahan itu. Sementara aku menatap wajah sawo matang itu sembari bertanya-tanya inikah bentuk dewasa Ayu yang kecil dan aneh itu.

Kemudian Ayu mengangkat wajahnya, memperbaiki rambutnya kemudian tersenyum manis dan penuh kejahilan.

“Mbok, Mbok harus ikhlas.”

“Maksudmu?”

“Mbok pernah kehilangan seseorang, orang yang paling berharga dalam hidup Mbok. Orang itu hanya ada satu dan tidak tergantikan. Namun, jika kita lahir di dunia ini, kita harus siap menerima dan melepaskan, jika tidak, itu akan menjadi beban pikiran. Semua orang wajar merasakannya, tapi jangan terlalu kelewatan, itu tidak baik. Mbok tidak pergi ke pemakamannya, itu hanya akan menambah rasa bersalah Mbok dan menjelma menjadi sosok hantu yang sering datang dalam mimpi Mbok.”

“Apa yang harus aku lakukan?”

“ikhlaskan semuanya dan maafkan.”

Aku menunduk, merenung sebentar. “Aku akan mencobanya.”

“Apa kamu sudah berbicara dengan sari? Apa kamu tahu di mana dia sekarang?”

“Tenang mbok, aku sudah berbicara dengannya dan Sari aman bersamaku. Dia sekarang mungkin dalam perjalanan pulang. Mbok harus mengizinkannya untuk pentas. Ini adalah kesempatan besar untuk masa depannya. Percayalah, gadis itu, walaupun memiliki kesamaan dengan teman Mbok, tidak akan mengalami nasib yang sama, mereka berdua orang yang berbeda dan memiliki takdir yang berbeda juga. Acaranya akan segara tiba, mbok harus hadir melihatnya. Dia akan sangat gembira jika Mbok datang. Aku juga akan datang ke sana.”

Aku masih ragu-ragu mengizinkannya, tapi aku memperbolehkannya.

********

Setelah pulang dari sana, aku duduk sebentar kemudian memikirkan apa aku harus berkunjung besok ke rumah putri atau beberapa hari lagi? Aku masih ragu-ragu untuk pergi, tapi jika aku tidak pergi maka selamanya masalah ini tidak akan selesai.

“Sari sudah pulang,” kata suamiku setelah kembali dari kamarnya. “Aku akan tidur di tempat lain. Kau tidur bersamanya.”

Aku sedikit terkejut mendengarnya, tapi kemudian merasa senang. Aku tidak mempedulikan dari mana sari mendapatkan kunci. Dia sudah pulang, aku menjadi senang. “Dia sudah tidur?”

“Ya. Mungkin sangat kelelahan, bahkan dia tidak mengganti pakaiannya.”

“Baiklah, aku akan melihatnya.”

“Jangan lupa minum obat.”

“Pasti.”

Dia kemudian pergi. Aku lalu pergi ke kamar dan membuka pintu. Putri sulungku yang cantik tidur tanpa selimut. Dia sangat kelelahan dan tidurnya terlelap. Rambutnya terurai di kasur dengan lebat. Rambut itu sama denganku, aromanya juga, sangat khas. Aku duduk dan membelainya. Seperti biasa, rambut sari sangat lembut dan kuat. Aku tidak melihat celah dalam rambutnya itu.

Sari tidur memakai kebaya merah dan kamen hijau. Dia pasti sembahyang sebelumnya. Beberapa bija berhamburan di kasur. Itu adalah bijanya yang terlepas.

Tidurnya menghadap ke samping. Aku mendekatinya dan mencium keningnya. Sari tidak akan terganggu. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya. Sari pun juga tidak akan tahu jika aku pernah mencium keningnya. Aku sering melakukannya ketika kecil, selain sekarang, aku tidak pernah lagi melakukannya.

Memperbaiki posisinya, aku pergi meminum obat kemudian kembali lagi. Memandang sebentar, kemudian tidur.

*******

Keesokan paginya ketika aku terbangun, Sari memelukku dengan erat. Dia selalu melakukannya ketika kecil. Aku memandang wajahnya yang putih dan aroma wangi tubuhnya. Aromanya tidak terlalu kuat. Sari selalu memakainya. Dia tidak pernah memakai parfum yang kuat. Sari sama sepertiku ketika remaja.

Aku memandang dahinya yang indah. Dahi itu tidak terlalu lebar. Dia mewarisi dahi ayahnya. Dan kecantikannya mewarisi kecantikanku. Kalau sikapnya, dia sama sepertiku; sangat keras kepala.

Sepasang matanya kemudian terbuka.

“Ibu sudah lama terbangun?”

“Tidak.”

“Ibu, apa aku boleh pentas.”

“Asalkan kau hati-hati, ibu memperbolehkannya.”

“Apa ibu akan datang?”

“Ibu akan datang.”

“Aku senang mendengarnya.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!