NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Aku Atau Cahaya

"Zahra ...."

Arif melirih, ekspresi wajahnya terkejut bukan main.

"Apa maksud semua ini, Bang? Jelasin sekarang juga!" teriak Zahra membabi buta bersamaan dengan sekotak kue yang dilempar asal begitu saja.

Sejak awal kedatangannya ke rumah Cahaya adalah untuk memberikannya kejutan sekaligus hadiah kecil karena Cahaya yang sebentar lagi akan melahirkan. Akan tetapi, ketika dirinya sampai di sini, yang ada malah ia yang dikejutkan oleh sebuah fakta baru yang ia ketahui.

Arif lebih dulu meletakkan kue di atas meja. Tanpa menatap ke arah Cahaya, ia langsung menghampiri Zahra dan berdiri di hadapannya.

"Maafin Abang, Ra. Sebenarnya ... Cahaya adalah istri Abang."

"Apa?!"

Alhasil, Arif pun menceritakan kejadian sebenarnya kepada Zahra. Kejadian yang terjadi beberapa bulan lalu di desa yang membuat Arif dan Cahaya akhirnya menikah.

Namun, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Zahra langsung pergi begitu saja.

Arif hendak menyusul Zahra, tetapi Cahaya menahan langkahnya. "Bapak mau ke mana?" tanya Cahaya pelan.

"Mau nyusulin Zahra lah. Kamu gak liat, dia marah?"

"Tapi, Pak, perutku sa ... kit," lirih Cahaya sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba saja merasakan kesakitan luar biasa.

"Jangan beralasan, deh, Cahaya. Ini pasti akal-akalanmu saja biar saya gak perlu ketemu Zahra, 'kan?" tuduh Arif tak percaya.

"Maaf, Pak, tapi sepertinya Ibu Cahaya mau melahirkan. Air ketubannya pecah, Pak," sahut Mbok Tun yang sejak tadi berada di sisi ruangan. Mbok Tun juga melihat kejadian yang terjadi pada kedua majikannya. Namun, hingga saat ini, dirinya masih belum memahami kisah percintaan jenis apa yang tengah mereka jalani.

"Pak, to ... long ...."

Tersadar Cahaya benar-benar membutuhkan pertolongan, alhasil Arif menggendong Cahaya dan segera membawanya ke mobil. Mbok Tun juga ikut setelah mengambil sebuah tas besar yang berisi perlengkapan bayi.

Sesampainya di rumah sakit, Cahaya langsung mendapatkan penanganan. Arif juga menyempatkan diri untuk memberitahukan Zahra.

Awalnya Zahra abai saja lantaran masih kecewa. Namun, sebuah ide muncul di kepalanya. Membuat Zahra kembali memutar haluan.

"Aku harus mendapatkan bayi itu. Harus," ucap Zahra penuh penekanan.

Proses persalinan terlaksana dengan cepat. Arif juga ikut menyaksikan perjuangan Cahaya dalam melahirkan putranya. Tak terasa, air matanya mengalir deras. Sayangnya, begitu bayinya lahir, Cahaya malah tidak sadarkan diri.

Di saat para dokter dan perawat sibuk melakukan penanganan pada Cahaya, Zahra akhirnya muncul dan menghampiri Arif.

"Bang, bagaimana bayinya? Apa dia lahir dengan selamat?" tanya Zahra dengan napas tumpang tindih akibat berjalan cepat.

"Alhamdulillah bayinya selamat. Dia laki-laki, Ra. Tapi, sayangnya Cahaya malah gak sadarkan diri. Abang khawatir sama dia."

"Nanti juga bakalan siuman sendiri, Bang. Efek melahirkan memang begitu terkadang," jelas Zahra sambil mengusap bahu Arif dengan sayang.

"Bang, karena sekarang bayinya udah lahir, Abang udah boleh, dong, menceraikan Cahaya? Aku gak mau dimadu, Bang. Aku malu. Orang-orang pasti berpikir Abang menikah lagi karena aku gak bisa hamil."

"Zahra, pernikahan ini buat selamanya. Abang gak bisa menceraikan Cahaya di saat Abang lah yang menyebabkan Cahaya sampai harus kehilangan ayahnya."

"Kalau begitu, kenapa dulu Abang gak menempuh jalur hukum saja?"

"Sehingga Abang dipenjara?" tanya Arif telak. "Saat itu, kamu lagi hamil. Abang gak mungkin meninggalkan kamu dan anak kita. Abang pikir, ini adalah jalan yang terbaik. Untuk urusan orang-orang, kamu jangan khawatir. Pernikahan ini akan tetap dirahasiakan."

"Tapi, Bang, aku keberatan. Aku cemburu."

"Kenapa harus cemburu di saat Abang aja gak punya rasa apa pun ke Cahaya? Tenanglah, Zahra. Cuma kamu yang ada di hati Abang."

"Suami Ibu Cahaya?"

"Saya, Sus."

"Silakan masuk, Pak. Ibu Cahaya udah sadar."

Baik Arif dan Zahra, keduanya sama-sama memasuki ruang tersebut. Tampaklah Cahaya di atas ranjang bersama seorang bayi mungil yang telah siap dibersihkan.

"Bayinya sehat, Pak. Ganteng," ucap Dokter yang kebetulan masih ada di ruangan tersebut. "Sekarang bayinya udah boleh diazanin, Pak."

Arif mengangguk sambil pelan-pelan mengambil bayinya dari sisi Cahaya. Dengan merdu dan lembut, suara azan pun mengalun dari bibir Arif.

Sang dokter kemudian pamit pergi setelah meninggalkan beberapa pesan dan nasihat penting untuk Cahaya dan Arif. Saat hanya tinggal mereka saja dalam ruangan itu, Zahra kemudian berkata, "Boleh aku gendong bayinya, Bang?"

"Boleh, Ra," jawab Arif dan memberikan bayi tersebut untuk Zahra.

Senyuman di bibir Zahra terukir indah. Kedua manik matanya berbinar terang. Dalam hati dia berandai, jika saat itu dirinya tidak menyelamatkan Cahaya dari kecelakaan, pastilah dirinya juga telah mempunyai bayi selucu ini.

"Mirip banget sama Abang. Mau dikasih nama siapa?" tanya Zahra lagi.

Arif kemudian mengalihkan pandangan ke arah Cahaya. "Siapa, Ya? Kamu ada saran nama?"

"Ada, Pak. Aku mau kasih nama dia──"

"Muhammad Zaif aja gimana, Bang? Nanti panggilannya Zaif. Namanya bagus banget, tuh," celetuk Zahra tanpa memedulikan Cahaya yang saat itu hampir menyebutkan nama untuk anaknya.

"Muhammad Zaif? Abang setuju aja, sih. Kalau kamu, Ya?"

"Namanya memang bagus, sih, Pak. Tapi, aku kurang suka."

"Kurang suka apanya, sih, Ya? Namanya bagus banget malah. Tinggal dipakai doang padahal," sungut Zahra mulai terbawa emosi. "Udahlah, Bang. Zaif aja, ya. Kamu, kan, ayahnya. Harusnya setiap keputusan ada di tangan kamu."

"Ya, sudah, iya. Kita kasih nama dia Muhammad Zaif."

"Tapi, Pak──"

"Nah, gini, kan, bagus," sela Zahra di saat Cahaya belum menyelesaikan ucapannya.

"Kak Zahra," Cahaya memanggil, tetapi Zahra menanggapinya hanya dengan lirikan sekilas. Saat ini, Zahra terlalu sibuk menimang-nimang Zaif dalam gendongannya.

"Aku mau minta maaf, Kak."

"Iya. Kamu aku maafin. Soalnya Bang Arif juga udah cerita semuanya. Tapi, tetap aja ada tebusan untuk itu semua. Sebagai istri pertama, aku merasa dikhianati karena kehamilan kamu ini."

"Bilang aja, Kak. Aku bakalan lakuin apa pun untuk nebus kesalahan aku."

"Aku mau Zaif jadi milikku."

"Apa?" tanya Cahaya dan Arif bersamaan.

"Ra, kamu gak salah, 'kan? Zaif ini anaknya──"

"Anaknya Cahaya dan Abang, 'kan? Dari sekian banyak hal, cuma Zaif yang paling pantas buat Cahaya nebus kesalahannya."

"Tapi, Cahaya gak bersalah, Ra. Kehamilan ini juga aku penyebabnya."

"Ya, makanya aku minta anak kalian berdua!"

"Kak Zahra jangan begitu, Kak. Zaif itu anakku. Aku bahkan belum menyusui dia, Kak."

"Oh, lebih baik malah. Nanti aku bisa kasih dia susu formula yang paling bagus dan mahal. Malah aku takut kalau dia sampai disusui kamu, Ya. Maaf cakap, ya. Kamu, kan, cacat. Apa gak takut kalau sampai ketularan ke anak kamu?"

"Zahra!" Arif berteriak. Raut wajahnya berubah marah. "Kenapa kamu jadi begini, sih, hah? Otak kamu sebenarnya kenapa?"

"Abang tega ngebentak aku cuma buat ngebelain dia? Katanya tadi Abang gak punya rasa apa pun ke dia. Katanya cuma aku di hati Abang. Tapi, kenapa Abang jadi begini? Aku cuma meminta hakku, Bang. Abang lupa, kenapa aku keguguran? Karena Cahaya, 'kan? Memang aku udah berusaha buat ikhlas. Tapi, mengetahui Cahaya adalah istri kedua Abang dan bahkan bisa sampai hamil begini, itu semua bikin aku cemburu, Bang. Aku juga mau seperti dia! Aku juga mau Zaif, Bang!"

"Kak Zahra, aku mohon jangan ambil bayiku, Kak. Dia itu anakku .... Aku yang menggandung dia sembilan bulan. Aku yang menjaganya selama ini. Aku bertahan cuma untuk dia. Kak Zahra boleh minta hal yang lain. Tapi, jangan anakku. Walaupun aku cacat, tetap aku ibunya. Tetap darahku yang mengalir dalam dirinya. Pak Arif, tolongin aku, Pak .... Tolong bilang ke Kak Zahra jangan ambil anakku .... Tolong, Pak ...."

"Zahra, Abang mohon. Kamu jangan begini, ya. Abang yakin, Zaif juga gak suka kalau dipisahin sama ibu kandungnya. Biar bagaimanapun, tetap Cahaya yang paling pantas merawat Zaif."

"Maksudnya apa? Aku gak bakalan becus jagain Zaif? Bang, lebih tua aku daripada Cahaya. Fisik aku juga gak cacat seperti dia. Seharusnya Abang sadar, kalau aku pasti bisa jadi ibu yang baik buat Zaif."

Arif menghela napas frustrasi. Zahra masih keukeuh ingin mengambil Zaif untuknya, sedangkan Cahaya terus menangis dan memohon padanya.

"Gini aja, deh. Sekarang Abang pilih aku atau Cahaya? Jawaban Abang, akan memutuskan segalanya."

1
Muliana
10 iklan, mngat troe
NurAzizah504: Makash behhh /Joyful/
total 1 replies
Syaiful Amri
thor, panggilan dari fahri utk cahaya pakai sayang aj dong thor, klwpakai ya ya gitu, gi mana ghitu perasaan aku thor, maaf ngelunjak thor🤭🤭
Syaiful Amri: knp blm up thor??
NurAzizah504: Hm, boleh, deh. Bab selanjutnya kita ubah aja, ya /Facepalm//Joyful/
total 2 replies
Teteh Lia
2 iklan dan 🌹 meluncur.
semangat up nya Kaka 💪
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Bertingkah lagi, Pak Arif 😤
NurAzizah504: Umur segitu emg lgi aktfi2nya /Joyful/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
Ya ampun /Panic/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
arif awas kamu/Sob/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
jahat bener/Sob/
NurAzizah504: Setujuu /Sob/
total 1 replies
🎀
zahra 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ nambah masalah ae
NurAzizah504: Udh hobinya, Kak /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
baru 10 bulan udah kumat lagi:/
NurAzizah504: Perlu dikasih obat dianya /Facepalm/
total 1 replies
🎀
thor jgn bikin zahra jadi kejam banget dongss 😭
NurAzizah504: Aduh, harus kerja sama sama Zahra dulu, nih /Facepalm/
total 1 replies
🎀
ih dudul, kalo kamu sejahat itu yg ada arif sama kakakmu makin benci, greget jga sama Zahra nih, ga bisa kah mikir cara yg lebih elegan
NurAzizah504: Kebiasaan bar2. Makanya ga bisa elegan, Kak /Sob/
total 1 replies
🎀
Tuh kan Fahri, kamu paling nggak bisa ngerti kenapa Zahra sampai tega melakukan kejahatan demi mempertahankan rumah tangganya
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
sekalian bikin pak Arif tambah terbakar.
NurAzizah504: Panas panas /Joyful/
total 1 replies
Teteh Lia
Pak Arif... anda masih waras kan ya?
NurAzizah504: Enggak. Udh gila dia /Blush/
total 1 replies
🎀
kata-kata yang bagus Cahaya
NurAzizah504: Sekalian menyadarkan mereka /Grimace/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!