Semua terjadi karena kesalahan ku sendiri yang tergiur akan uang taruhan, tanpa aku menyadari, kalau aku sedang mempertaruhkan masa depan ku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cup
"Kenapa kau tidak menikah saja dengannya! Kalau dia memang yang lebih baik menurutmu, kenapa harus bertahan dengan ku! Kenapa harus repot-repot mau menikahi ku! Kenapa! Dendam mu sudah merusak pandangan mu padaku! Tapi kenapa kau tetap memilih mau menikah denganku! Apa kau ini bodoh!" Pekik Akira meluapkan isi hatinya yang tertanam.
"Di matamu aku ini hanya seorang wanita murahan! Tapi kenapa kau masih mau mengikat ku di sisi mu! Kenapa!" Pelik Akira dengan air mata berlinangan belum menyadari perbuatannya yang melukai Abnan.
Tes..
Darah mulai menetes membasahi bahu Abnan yang sama sekali tidak membalas perbuatan kekerasan Akira padanya. Pria itu hanya diam menatap Akira yang meneriakinya.
Melihat darah jatuh dari wajah Abnan. Segera Akira menyentuh wajah pria itu dengan wajah panik.
"Kau terluka." Panik Akira takut mertuanya akan marah karena dia sudah menyukai putra mertuanya.
Abnan mendorong tangan Akira menjauh darinya kemudian keluar dari kamar menghindari wanita itu.
"Apa aku sudah keterlaluan melukainya?" Gumam Akira merasa bersalah melihat telapak tangannya.
Meski dia sangat marah, tapi dia tidak pernah bertindak melakukan kekerasan padaku... Hanya aku yang sering melakukan kekerasan fisik padanya. Batinnya sedih dengan perasaan merasa bersalah sudah melukai Abnan menggunakan tangannya.
"Abnan? Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Mama Jisya cemas tak sengaja melihat putranya yang ingin masuk ke dalam kamar tamu dengan keadaan wajah yang terluka.
"Ya Allah, Abnan... Ini kenapa bisa begini nak? Mama ambilkan obat ya? Mama obati luka kamu." Jisya tak menunggu jawaban dari putranya. Wanita paruh baya itu segera mencari kontak obat untuk Abnan.
Usai dari mencari kotak obat. Jisya langsung mengobati putranya yang sudah masuk ke dalam kamar tamu.
"Mama tidak tahu ada masalah apa kamu dengan Akira istrimu, tapi Mama tidak mau masuk campur. Mama hanya ingin berpesan. Kalau lelah istirahatlah.."
"Ingat, Jangan pernah melukai istrimu, meski dia melakukan sebaliknya padamu, wanita itu adalah pilihan mu sendiri. Kau adalah laki-laki yang sudah seharusnya menjadi pelindung untuk istrimu, bukan menyakitinya."
"Kalau ada yang membuat kau tidak suka dengan sikap istri mu. Kau bisa bicarakan itu baik-baik padanya, jangan langsung marah dan meneriaki istri mu.. Apalagi Mama melihat, istrimu itu memiliki karakter yang keras. Kalau kamu juga ikut keras, lalu siapa yang ingin mengalah?"
"Istirahatlah, kau bisa bicarakan baik-baik masalahmu bersama Akira. Tanpa harus menggunakan kekerasan." Pesan Mama Jisya mencium pucuk kepala putranya yang di matanya itu masih putra kecilnya.
Jisya sengaja tidak terlalu bertanya tentang perihal rumah tangga putranya. Ia sadar kalau putranya itu sudah dewasa dan sudah menikah, ia merasa tidak terlalu pantas untuk mencampuri urusan rumah tangga putranya terlalu jauh. Cukup dia hanya bisa menasehati yang menurutnya baik untuk putra dan juga menantunya di masa depan.
"Terima kasih, Ma." Kata Abnan saat Jisya ingin keluar kamar.
"Iya. Beristirahatlah yang cukup."
Abnan mengangguk. "Ma." Panggil pria itu lagi sebelum sempat Mamanya keluar kamar.
"Iya. Apa ada yang kau butuhkan, nak?" Lembut Mama Jisya.
"Sebelumnya Abnan mohon maaf merepotkan Mama. Abnan mau minta tolong sama Mama. Tolong suruh bibi menyiapkan makan malam untuk Akira, siapa tahu saja dia belum makan malam." Ujar Abnan.
Entah sebesar apa rasa cinta laki-laki itu pada istrinya. Karena setelah Akira menyakiti perasaan juga fisiknya, dia masih sempat lagi memikirkan tentang wanita itu yang entah sudah makan apa belum.
Jisya tersenyum mengangguk. Dia bisa melihat ada cinta yang begitu besar dari mata putranya untuk wanita yang baru saja dia nikahi. Jujur saja, rasa penasaran wanita paruh baya itu mulai kepo di mana putranya pertama kali bertemu dengan Akira, hingga wanita itu mampu membuat putranya tak berkutik.
"Baiklah. Mama akan minta tolong sama bibi." Kata Jisya keluar dari kamar tamu yang ditempati putranya berjalan mencari bibi pelayan.
***
Tok tok tok
Akira segera membuka pintu saat mendengar pintu kamarnya di ketuk dari luar.
"Eh, bibi? Ada apa, bi?" Tanya Akira.
"Ini Non, tadi Nyonya Jisya menyuruh saya untuk menyiapkan makan malam buat Nona." Jawab bibi tersenyum.
Mama mertua menyuruh menyiapkan makan malam untuk ku? Batin Akira melirik nampan yang dibawa oleh bibi pelayan.
Tunggu...!
Jangan bilang kalau mertua sudah tahu aku melukai putranya, dan ini makan malam untuk ku yang terakhir kali aku menginap di rumah ini?
Atau jangan-jangan.....!
Aku di laporkan ke kantor polisi dengan tindak pidana kekerasan yang tragis, sehingga aku akan di kenakan hukum gantung sampai mati!
Glek
Pikiran Akira sudah kemana-mana tanpa sadar wanita itu memegang lehernya bergidik ngeri membayangkan dugaan-dugaannya yang tidak masuk akal.
"Non? Nona Akira?" panggil bibi pelayan heran melihat tingkah wanita itu.
Ia terperanjat kaget. "I-iya, bi?"
"Nona tidak apa-apa?" Tanya pelayan.
"Oh, tentu saja tidak, bi." Tersenyum kecut memegang tengkuknya yang terasa merinding.
"Ya sudah Nona, ini makanannya di ambil dulu. Nanti di makan ya, Non." Bibi itu langsung bergegas pergi.
Tunggu...!
Aku lupa bertanya siapa yang membuat makanan ini untuk ku? Melirik ke arah nampan.
Jangan-jangan makanan ini ada racunnya lagi. Terlihat Akira menghirup makanan itu berkali-kali.
Enak...!
Ah, aku malah jadi lapar banget. Ya sudah lah, kalau pun ada racunnya, itu di pikirkan nanti saja. Batin Akira memilih melahap makanan itu daripada mubazir pikirnya. Padahal dia memang sudah lapar sekali.
Mmmm ini masakannya enak banget...!
Akira memakan semua masakan itu yang ternyata dibuat langsung oleh mertuanya. Jisya memang sengaja masak untuk menantunya tadi, kemudian meminta bibi mengantar makanan tersebut pada Akira.
***
Keesokan harinya, terlihat Akira tak bersiap untuk pergi bekerja, ia hanya memakai daster seperti ibu-ibu sedang mengemasi ranjang dengan ekor mata sesekali melirik pada suaminya yang bersiap-siap untuk berangkat.
Sssttt aku ingin minta maaf padanya, tapi bagaimana ya aku akan memulainya? Batin Akira meringis dalam hati kala melihat wajah datar suaminya.
Aish! Wajahnya kok beku kayak gitu sih! Itu wajahnya juga masih ada perbannya. Hah, kalau sampai itu dilihat oleh si Anim itu, dia pasti akan mencari gara-gara lagi dengan ku.
Sepertinya aku sudah tahu apa yang ingin wanita angkuh itu katakan. Pasti dia bilang begini.
Eh, apa yang kau lakukan pada wajah kakak ku! Apa kau ingin membunuhnya! Batin Akira seolah meniru perkataan yang ingin di katakan nanti oleh adik iparnya yang hampir seumuran dengannya.
Akira tersadar saat Abnan melewatinya ingin keluar dari kamar.
"Argh!" Teriak Akira berjongkok memegang kakinya sengaja menarik perhatian Abnan yang ingin menarik gagang pintu.
Benar saja, pria itu refleks membalik badan menghampirinya ikut berjongkok.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Abnan ikut memegang kaki istrinya.
Ah, pria ini sangat mudah di kibuli...
"Tidak tahu, tiba-tiba saja kaki ku terasa kram dan sakit." Jawabnya bohong.
Apa akting ku sudah sempurna ya? Hm, sepertinya aku harus menemui Ayah Kak Bram untuk menjadi peran pendukung di filmnya yang akan terbit sebentar lagi. Batin Akira geli sendiri memikirkan tingkahnya yang penuh kepura-puraan hanya karena ingin meminta maaf pada Abnan.
"Sini aku bantu."
Benar saja. Pria itu menarik lembut tubuhnya dan menuntun Akira duduk di atas ranjang.
Wahhh... So sweet bangettttttttt... Apa bisa aku mengagumi wajah tampannya yang sedekat ini ya?
Perasaan aku ingin mencium wajah tampannya... Batin Akira berkhayal mencium pipi Abnan.
Cup..!
.knp bisa zera di culik..lewat mana kah🙃🙃😌
sebar aja sana,, jgn takut akira km msh punya saksi kunci yaitu Siska tinggal cari Siska buat bongkar kebusukan yumi
abis ini tinggal nunggu aja pembalasan dr yumi buat akira,, dia pst akan melakukan sesuatu buat celakai akira ato zeera,, dasar iblis betina