NovelToon NovelToon
Strongest Regression In Apocalypse

Strongest Regression In Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / zombie / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kings Path

Pada tahun 2067, terjadi sebuah bencana virus misterius yang dapat menjadikan suatu makhluk yang terinfeksi menjadi mayat hidup yang tak memiliki pikiran.

Bumi tak lagi menjadi tempat aman dan damai, melebihi perang dunia yang hanya terjadi di beberapa negara saja. Wabah ini menjadikan seluruh dunia menjadi neraka hidup yang tak layak huni.

Ini adalah cerita perjalanan Arthur Pendragon, yang mendapat kesempatan hidup kembali untuk ke dua kalinya setelah gagal dengan menyedihkan di kehidupan pertamanya.

Siapakah dalang dibalik virus Black blood? Apakah makhluk superior yang menginvasi dunia? Lantas apa yang akan dilakukan oleh Arthur di kehidupan keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kings Path, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : Tanggung Jawab

"Hei, katakan namamu nak?" Tanya Arthur sambil mengelus kepala gadis tersebut.

"Ah, saya Aina paman," jawabnya sambil menoleh ke Arthur.

"Aina, kau punya nama dengan huruf depan yang sama denganku, namaku Arthur."

"Kau juga bisa memanggilku paman Evan. Jika butuh bantuan, kau bisa panggil paman saja."

"Terima kasih paman Evan, paman Arthur," ucapnya sambil tersenyum hangat.

Mengabaikan penampilan Aina yang lusuh dan kotor, saat gadis itu tersenyum membuat siapapun yang melihatnya akan merasa lebih baik. Menandakan mereka telah melakukan hal baik yang membuat gadis itu tersenyum ceria.

"Tapi paman ... Apakah ibuku benar-benar bisa sembuh?" Ucap Aina bertanya pada mereka berdua.

Arthur dan Evan pun menatap satu sama lain, lalu berkata dengan halus,

"Em, ibumu pasti bisa sembuh," jawab Evan.

"Tapi orang-orang mengatakan kalau ibu sudah tak bisa sembuh lagi."

Mendengar ucapan gadis kecil itu, membuat Evan terkejut lalu kesal. Siapa orang yang tega mengatakan hal seperti itu pada gadis kecil yang hanya memiliki seorang ibu disampingnya.

"Kamu tenang saja, ibumu pasti bisa sembuh," lanjut Evan.

"Kalau begitu, paman Evan pergi dulu ya ... Kalau ada apa-apa kamu bisa mencari paman di luar."

Setelah mengatakan hal itu, mereka berdua pun pergi dari gedung kantor, dan berjalan-jalan di sekitar markas The Jack sambil berbincang soal ibu dari Aina.

"Arthur, apa tak ada cara untuk kita membantu ibu Aina?"

...

Tak ada jawaban dari Arthur, sebenarnya Arthur sendiri juga tak suka Evan berkata seperti tadi, memberikan harapan pada seseorang, namun sebenarnya harapan itu sudah tak ada lagi. Menurut Arthur, hal itu lebih kejam dibanding langsung memberitahu hal yang sebenarnya.

"Kau memberitahu Aina kalau masih ada harapan, padahal harapan itu sendiri kau tak tahu ada atau tidak. Jika ibunya benar-benar meninggal, bisa-bisa Aina akan menyalahkan dirinya sendiri karena beranggapan dirinya tak becus dalam merawat ibunya, karena kau mengatakan hal seperti itu."

Mendengar hal itu, membuat Evan merenung, merasa kalau ia harus bertanggung jawab atas apa yang ia katakan. Beberapa saat kemudian, ia pun bertanya lagi pada Arthur.

"Apa kau tak bisa membantuku? Aku jadi merasa bertanggung jawab atas anak itu."

Melihat Evan dengan wajah sedih karena merasa bersalah, membuat Arthur menghembuskan nafas berat.

"Hahhh, kau ini memang membuat apapun jadi susah," ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

"Sebenarnya ada satu cara," lanjut Arthur tak lama kemudian.

"Benarkah? Apa itu?" Tanya Evan dengan antusias.

"Kita harus membuat ibunya menjadi adapter, sama seperti kita."

"Eh?"

"T-tapi ..."

"Aku tahu, itu sangat beresiko, daya tahan tubuhnya saat ini lemah karena sakit, jika dia memakan cristal shard, mungkin daya tahan tubuhnya akan kalah, dan dia bisa berubah menjadi zombie. Dengan cara ini, kesempatannya untuk berhasil itu dibawah 5%."

"..."

Evan tak bisa berkata-kata, ia tak mau karena berniat menolong ibu Aina, malah berakhir menjadikannya seorang zombie. Hal itu bahkan jauh lebih buruk ketimbang mati dengan normal, karena jika ia berubah menjadi zombie, dia akan jauh lebih menderita.

Tak berusaha menyangkal, jujur Evan takut mengambil resiko itu, karena ia juga sudah merasakan proses untuk menjadi seorang adapter tidaklah mudah. Entah apa yang akan dikatakannya pada Aina jika ibunya malah berubah menjadi zombie.

Saat ia sedang buntu, tiba-tiba Arthur kembali berbicara,

"Ada satu cara lagi, namun hal ini membutuhkan waktu dan tak bisa dilakukan sekarang."

"Apa itu?"

"Kau harus menjadi adapter tahap kedua, dengan menyerap jantung Unique zombie tingkat 2 yang memiliki kekuatan penyembuhan."

"Unique zombie? Zombie macam apa itu?"

"Unique zombie adalah zombie yang sudah terbangkitkan dan memiliki kesadaran diri, mungkin tak terlalu pintar jika dibanding manusia, namun masih jauh lebih pintar dibanding zombie pada umumnya, dan ciri khas Unique zombie adalah dia memiliki sebuah kemampuan khas yang disebut skill. Seperti sebuah sihir."

"Menyerap jantungnya juga menjadi syarat untuk kita menerobos menjadi Adapter tahap kedua."

"Kalau begitu mari cari zombie itu."

"Mustahil, belum ada zombie unique saat ini. Setidaknya 20 hari lagi hingga masa tutorial ini selesai, dia mungkin baru muncul. Itu juga alasan mengapa aku tak segera menembus tahap 2, karena memang membutuhkan jantung dari unique zombie."

Mendengar hal itu, membuat Evan terdiam. Namun ia tak bisa menyerah begitu saja.

"Kalau begitu aku akan merawat ibu Aina selama 20 hari, menunggu unique zombie itu muncul," ucap Evan berbalik lalu kembali ke gedung kantor, tempat Aina berada.

Melihat sahabatnya pergi, Arthur melanjutkan berkeliling mengamati markas ini. Hal yang mengejutkan adalah, sebagian besar orang yang ada di sini bukanlah anggota dari The Jack, melainkan pengungsi yang tinggal di sini untuk mendapatkan perlindungan, mereka puas dengan rasa aman yang mereka dapatkan meskipun tak diberi makan.

Sesekali mereka ikut dengan anggota the Jack untuk pergi berkeliling mencari makan, dan hasilnya nanti akan dibagi sesuai kebutuhan.

Untuk jumlah anggota The Jack sendiri hanya kisaran 20 hingga 25 orang, hanya setengah dari jumlah pengungsi yang ada di sini. markas ini juga memiliki 6 gedung yang saling berhadapan, karena memang markas mereka berada di tengah jalan.

1 gedung yang sebelumnya merupakan sebuah bank di gunakan untuk tempat tinggal para anggota The Jack, 1 gedung lagi yang dulunya merupakan sebuah minimarket digunakan untuk menyimpan persediaan makanan dan minuman. Dan gedung lainnya merupakan tempat tinggal untuk para pengungsi.

Saat berkeliling, Arthur bertemu dengan seorang pria bertato dengan tubuh besar berotot layaknya seorang binaraga, rambut pirang bergelombang terurai panjang layaknya singa. Memakai kemeja hitam, dengan celana jeans lengkap dengan sepatu. Di jari jemarinya terpampang cincin-cincin besar yang terbuat dari emas.

"Oh, kamu free Walker yang baru datang ya ... Salam kenal, aku Thomas, pemimpin The Jack."

"Salam kenal juga, aku Arthur, seperti yang kau bilang aku adalah free walker dan tak ingin terikat dengan kelompok manapun."

"Hahaha, ucapanmu barusan seperti menebak aku akan mencoba untuk merekrut mu. Tapi tak masalah, disini kau bisa menetap sesukamu asal tak mengganggu kami. Kau juga bisa bergabung dengan tim penelusuran kami, aku akan membagi jarahan jika mau memang membantu."

"Terima kasih atas informasinya, tapi aku lebih suka pergi sendirian."

"Begitu ya, lakukan saja sesukamu."

"Kalau begitu permisi."

Arthur pun pergi, keluar dari markas The Jack dan pergi berburu. Sekaligus mencoba senjata barunya.

Sebelum keluar, Arthur di beritahu agar berhati-hati saat pergi oleh para penjaga, dan diperingati untuk tak pergi ke mall yang berada 500 meter dari markas ini.

Mendengar ucapan para penjaga, membuat Arthur tahu tujuan kemana ia akan pergi, yaitu Mall.

"Hahh, akhirnya aku tak perlu menjaga sikapku lagi. Cukup melelahkan harus berakting setiap saat. Tapi berhubung Evan tak ada, aku bisa bersikap seperti biasa."

Saat keluar, Arthur langsung melihat beberapa zombie normal di depan, langsung saja, ia melesat ke depan dan menebaskan katana miliknya ke leher para zombie dengan cepat.

Slashh! Slashh! Slashh!

Ketiga zombie tersebut langsung tewas begitu saja. Arthur pun meneruskan berjalan kedepan, dan menemukan perempatan, berdasarkan ucapan penjaga, lokasi mall ada di sebelah kiri.

Arthur pun langsung pergi ke kiri, terus menjelajah, sambil melihat pemandangan zombie-zombie yang ada di dalam bangunan-bangunan sekitar.

Namun, tiba-tiba terdengar suara mobil pickup dari belakang.

Brummmm!

Saat Arthur menoleh, ia melihat sekumpulan mobil dengan orang-orang yang membawa sebuah senapan tembak. Ia pun langsung mencari tempat bersembunyi, mengawasi mereka dengan hati-hati. Dengan kekuatannya saat ini, melawan pasukan bersenjata secara terang-terangan sama saja dengan bunuh diri.

Namun, saat mobil mereka lewat, Arthur melihat bahwa mereka menyandra banyak wanita termasuk yang masih anak-anak. Membuatnya membuatnya berekspresi dingin.

'para ped*fil ba*Ingan, belum lengkap dua minggu sejak apocalypse terjadi, para hewan busuk itu sudah muncul saja.'

Bersambung>>

1
AIDRIEEL
/Casual//Casual//Casual/
kecut
/Skull//Skull//Skull/
Juan
sip
Juan
dayyum
Maulana Fatahilla
,🔥🔥
Danz sbg
Luar biasa
Nazak
mantap
Kings Path
Jangan Lupa rate 🌟 5 jika suka, jika ada kekurangan bisa langsung komen di bab terkait.
kecut
😊
kecut
lanjutt
Nazak
👍🏼👍🏼
Nazak
🔥🔥🔥
Hades
Lanjut thorr, Jagan hiatus
Hades
Lanjutt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!