"Assalamualaikum, boleh nggak Alice masuk ke hati Om dokter?" Alice Rain menyengir.
Penari ice skating menyukai dokter yang juga dipanggil dengan sebutan Ustadz. Fakhri Ramadhan harus selalu menghela napas saat berdiri bersisian dengan gadis tengil itu.
Rupanya, menikahi seorang ustadz, dosen, sekaligus dokter yang sangat tampan tidak sama gambarannya dengan apa yang Alice bayangkan sebelumnya.
Happy reading 💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rivald Rapunzel
Fachry terpegun di depan tubuh pasiennya, baru pertama kalinya lelaki itu tidak bisa fokus dalam bekerja. Video yang menyebar berita tentang bagaimana kondisi Alice hari ini cukup berhasil membuatnya tercenung.
Di video itu, Alice memeluk pemuda yang pagi tadi sudah dia wanti- wanti agar tidak terlalu Alice dekati. Kenyataannya, sore tadi sebuah video menerangkan jika Alice dan pemuda berwajah bule itu berpelukan.
Fachry memegang pisau bedah, andai dia tak mengingat dosa, ingin sekali menancapkan ujung lancip ini ke mata Michael. "Dok!"
Fachry beristighfar seketika. Bagaimana bisa seorang Fachry memiliki jiwa psikopat? Ini yang dinamakan godaan berbuat jahat.
"Astaghfirullah," ucapnya lagi.
Lantas fokus pada beberapa orang yang memanggilnya. Di dalam ruangan operasi ini, Fachry akan mulai menjalankan tugasnya.
Fachry sedang menangani pasien yang mengidap kelainan langka, sebuah kondisi di mana makanan atau cairan sulit masuk ke dalam lambung dan Esofagomiotomi ini lah tipe operasi untuk pasien akalasia.
Bukan fokus, sedari tadi Fachry asyik melamun. Memikirkan bagaimana Alice begitu erat ketika memeluk Michael.
Parahnya, COUPLE GOALS menjadi judul caption dari video yang kini viral di media sosial kampusnya. Bisa- bisanya Alice dan Michael diklaim sebagai pasangan goals disaat dia sudah menjadi suami gadis itu.
"Dokter kurang tidur?" Fachry terkekeh mendengar pertanyaan rekannya. Ia lekas fokus kembali setelah menjawab pertanyaan temannya dengan canda gurau tipis.
Banyaknya pekerjaan hari ini membuat Fachry sedikit melupakan Alice. Padat, karena setelah dari Rumah Sakit pun Fachry sempat ke cabang pesantren Darul Muttaqien.
Pukul dua pagi, Fachry baru saja tiba di kediaman minimalisnya. Alice sudah tidur mungkin, entahlah hari ini tak ada satu pun pesan yang Fachry terima dari istrinya.
Namun, begitu masuk kamar, Fachry tak menemukan kelebatan raga Alice. Bahkan setelah dirinya berkeliling ke seluruh sudut di rumah ini, Fachry masih tak menemukannya.
"Alice?!" Dari sore Fachry sangat kesal pada istrinya. Tapi melihat rumahnya kosong, dia mendadak kalut, dadanya memanas seketika.
Alice pasti sengaja pulang ke rumah utama keluarga Rain. Fachry tak sempat duduk, dia segera berlari keluar, mengunci pintu dan masuk kembali ke dalam mobilnya.
Fachry ingin menelepon Alice, tapi tidak mungkin. Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Alice mungkin sudah tertidur.
Fachry berhak menyusul istrinya, apa lagi dia khawatir jika ada apa- apa. Bagaimana pun, Alice sudah menjadi tanggung jawabnya.
Fachry cukup mengebut, jalan ibu kota dia belah dengan kecepatan tinggi. Di jalan, ada seseorang yang mirip dengan Michael.
Bukan, lebih tepat jika dikatakan Michael Rich yang dirumorkan dengan Alice. Pemuda itu duduk merokok di atas motor gedenya sambil tertawa bersama teman- teman yang agaknya masih lingkaran di pertemanan Genk motor.
Fachry sempat melirik kaca spionnya. Di belakang Michael, dua gadis cantik memeluk pemuda itu, yah, ... Mereka mungkin biasa melakukan hal itu.
Fachry tak mau mengurusi. Yang menjadi tujuannya hanya Alice, itulah kenapa Dokter tampan tersebut melaju cukup kencang.
Tak ada satu jam, ia tiba di depan gerbang tinggi Rain, tentu saja Fachry harus turun untuk menunjukkan wajah pada anak buah mertuanya. Dan segera Fachry diberi jalan untuk memarkir mobilnya.
Satu pria menyambut. "Selamat menjelang pagi, suami Nona muda," ucapnya.
"Pagi." Fachry tersenyum. Ramah memang perangainya, walau kesal dia berusaha sopan.
"Alice di dalam?" tanyanya. Lalu, diangguki oleh pria lainnya. "Benar, ... Sore tadi Nona muda pulang ke istana ini."
"Terima kasih." Fachry tersenyum getir, lalu kembali meralat omongan pria itu.
"Tapi maaf, Alice bukan pulang, Alice ke sini hanya untuk bersilaturahmi, ... Dan pulang Alice, hanya ke rumah sederhana ku."
"Hehe," tawa pria itu. Dia jadi tak enak karena Fachry tampak serius. "Benar juga Dokter."
Fachry ngeluyur setelahnya. Entah lah, dia panas ketika Alice disebut pulang. Karena bagi dirinya, pulangnya Alice ke rumahnya.
"Tuh, kan! ... Apa saya bilang! Nona pasti pulang ke rumah orang tuanya karena tidak tahan hidup sederhana di rumah suaminya!"
"Ekrm!" Fachry berdehem keras untuk sekedar menegur gosip yang barusan dilontarkan pria di sudut tempat. Sungguh, bergunjing dosa.
Fachry masuk ke dalam rumah, dibukakan pintu oleh penjaga. Entah ada berapa banyak pekerja, Fachry bingung saking banyaknya.
"Kerjakan semuanya!"
Tiba di ruang tengah, Daddy Sky sedang menatap seorang wanita. Wanita muda yang agaknya sekretaris pribadi CEO X-meria itu.
"Sampai selesai, Pak?" Wanita itu memelas, ya Tuhan, dari Alice Fachry pernah mendengar tentang bagaimana cara Daddy Sky memperlakukan sekretarisnya.
"Hmm." Daddy Sky bergumam, cukup terdengar seram. Apa lagi mata tajamnya, sudah lebih mirip psikopat.
Astaghfirullah, Fachry segera beristighfar kembali karena membatin. "Dad," sapanya.
Panggilan Fachry segera mendapatkan atensi si mata tajam, Sky. "Ini dia tersangkanya!"
"Assalamualaikum." Fachry tahu, Daddy Sky paham jika Alice kabur dari rumah. Makanya, dia berikan senyuman manis untuk mertua.
"Kum salam!"
"Wa'alaikumusalam." Fachry menegur.
"Ya, itulah!" Sky memasukkan tangan ke dalam sakunya dengan kesal. "Sama saja!"
"Boleh masuk kan, Dad?" Fachry izin, lalu dijawab kembali dengan gumaman.
Lagi pula, Sky sudah berjanji takkan ikut campur rumah tangga Alice sampai Alice sendiri yang meminta bantuannya.
Fachry memberikan tundukan kepala, sebelum mendekati, Sky. "Awas, Dad. Mungkin bisa jadi, ketiganya, setan."
Sontak, pelototan ala mertua Fachry dapati dalam waktu singkat. "Kamu tidak merasa kalau kamu setannya, hah?!" kesalnya.
Fachry menyengir, sedikit mengeluarkan suara gelak tawa kecil. "Masuk!" bentak Sky.
Fachry cukup kaget, terakhir Dokter itu bicara dengan sekretaris sang mertua. "Teriak kalau diapa- apakan mertua saya ya, Mbak."
"Fachry!" Sky menegur kesal, yang sontak membuat sang mantu menyengir cengengesan. "Assalamualaikum."
Fachry bertolak ke arah lift, tempat di mana dia akan menemui istrinya. Di dalam kamar, rupanya Alice sudah tertidur pulas, mungkin memang sengaja tak menunggunya.
Fachry mengusap wajah yang lelah, dia lalu membersihkan diri sebelum menyusul tidur di belakang istrinya. Masih kesal, tapi Fachry tak mau rugi malam ini, dia memeluk erat.
...🎬🎬🎬...
🎬🎬🎬
^^^🎬🎬🎬^^^
"Ih, cucu Mommy. Cantik."
Pagi ini cukup cerah, Oma Vanessa terkagum dengan out fit cucunya setelah menikah. Abaya hitam yang sangat elegan di kulit putih seorang Alice Rain.
Suasana istana Rain cukup ramai. Dan Fachry sempat kaget ketika disapa raungan harimau besar milik mertuanya.
Rapunzel, nama harimaunya. Ada juga rumah khusus kucing yang dibuat sangat lucu, itu bahkan terlihat lebih besar dari rumah Fachry di kampung. Sialnya, nama kucingnya, Rivald.
Mendadak, Fachry benci kucing. Entah lah, kucing ini yang mendahului dirinya. Ah, dia jadi tidak bisa seperti nabi Muhammad yang suka dengan seekor kucing karena cemburu.
Fachry ikut bergabung di kursi meja makan keluarga Rain, tentu saja hal ini karena salah seorang pelayan menarikan satu kursi di sisi Alice yang khusus untuknya.
Pengantin baru, tapi Alice cemberut. Memang sudah sejak subuh tadi Alice tak mau bicara dengan Fachry, entah kenapa pun Fachry tak paham sedikit pun duduk masalahnya.
"Kalian berantem?" Opa Rega yang tak mau disebut Opa menegur sepasang cucunya.
"Enggak!" Alice ketus dan bersamaan dengan itu, Fachry berkata, "tidak!"
Oma Vanessa terkikik. "Fix, kalau sekompak itu jawabannya, berarti mereka memang lagi berantem, Pi." Wanita itu juga menyuruh cucu mantunya untuk bersabar menghadapi Alice.
"Sudah ada rencana hamil?" Opa Rega tahu- tahu bertanya begitu. Tentu saja Alice merasa tersentak hingga terbatuk- batuk.
"Penyakit mendadak!" Opa Rega tak suka jika ada seseorang yang ditegur lalu batuk, bukan apa- apa, makanan muncrat ke mana- mana!
Opa Rega jadi harus mengganti jus alpukat miliknya dengan yang baru. Padahal, alpukat itu sudah dipilihnya sendiri dari kebun.
"Alice nggak mau hamil dulu!" Alice berdecak kesal, kemudian. "Alice mau nikah tapi bukan berarti Alice mau hamil juga!"
"Gampang saja," sambung Opa Rega. "Suruh suami mu yang hamil kalau begitu!"
"Ih!" Alice sedang kesal, tapi Opa Rega selalu membuatnya lebih kesal. "Daddy besar!"
"Jangan dimasukin ke hati, Fachry." Opa Arjuna yang kini menyahut. "Di rumah ini, cuma Opa Juna yang waras."
"Uyut, bukan Opa!" Opa Rega tak terima karena teman sekelas yang juga mertuanya ini masih tak mau disebut Uyut.
"Ih," keluh Alice. "Apaan sih kalian masih suka berantem mulu deh!" decaknya. "Alice jadi males makan!"
Sky menyela putrinya. "Tapi sandwich kamu sudah habis dua, Sayang."
Alice memang serakus itu jika dalam kondisi kesal. Dan gadis itu ngeluyur begitu saja tanpa mau cium tangan siapa pun.
Melihat itu, tentunya Fachry segera bangkit, untuk pamit. "Kalau begitu, Fachry duluan."
Oma Vanessa tersenyum mendoakan, Opa Arjuna juga, Sky diam saja dan Opa Rega justru menyeletuk sesuatu. "Hamili cucuku, atau kau ku suruh hamil dengan Rapunzel!"