Damar Prasetyo, lelaki yang berprofesi sebagai seorang ASN di suatu instansi. Damar dikenal sebagai lelaki yang baik. Namun sayang, hidupnya tak sebaik dengan sifatnya.
Istri yang dinikahi selama hampir tiga tahun, tiba-tiba meminta cerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Damar pun dipindahkan ke daerah pelosok oleh atasannya yang tak lain adalah paman dari Rasita, mantan istrinya.
Ketika pindah ke daerah itu, Damar bertemu dengan Kasih seorang guru di daerah itu.
Perjuangan hidup Kasih dan juga beberapa orang yang dikenalnya di daerah itu, membuat Damar sadar, jika hidupnya masih lebih baik dibandingkan mereka.
Damar pun bangkit dan bertekad akan merubah hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Damar menggunakan warisan yang tak pernah dia gubris selama ini untuk membangun daerah itu.
Bagaimanakah kisah Damar? Apakah bisa dia mewujudkan keinginannya itu? Bagaimana pula reaksi Damar setelah tau alasan sebenarnya kenapa Rasita meminta cerai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Ke Kota
Sudah dua minggu lebih Damar di tempat ini dan hari ini rencananya Damar akan pulang ke kota.
Karena dia mau mengambil gajinya juga berniat membawa motor ke tempat ini.
Pagi ini Damar sudah sudah siap, pak Sapto dan pak Aji akan mengantarkan Damar ke dermaga.
Ridwan juga ikut bersama Damar ke kota. Padahal awalnya tak ada rencana remaja itu mau ikut. Namun ketika Damar menanyakan apakah dia sudah melihat-lihat kampus yang ingin di daftarnya, Ridwan hanya menggeleng kepalanya saja.
Akhirnya Damar menawarkan untuk mengajak Ridwan tapi dengan syarat harus diijinkan oleh pak Sapto.
Remaja itu terlihat sangat semangat. Dan setelah mendapatkan ijin dari pak Sapto, Ridwan pun segera membereskan barang juga berkas yang akan dibawanya.
Damar yang awalnya bingung jika tiba di sana akan tinggal di mana akhirnya menghubungi mas Sean dan Mbak Li nya.
Mbak Li meminta Damar untuk datang ke rumahnya saja. Karena ada rumah yang kosong di dekat rumah mbak Li dan Mas Sean baru saja membelinya.
Damar hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan mbaknya itu. Damar heran dengan pasangan itu membeli rumah seperti bermain monopoli saja. Ada yang jual cocok langsung beli.
"Sudah siap semuanya, mas?" tanya Ridwan pada Damar.
"Sudah, sebenarnya ribet bawa barang-barang ini. Cuma nggak enak udah dikasih begini. Nanti orang-orang pada kecewa." kata Damar sambil melihat kardus yang akan dibawanya ke kota.
"Gak apa-apa mas, masih bisa dibawa sama kita berdua kok." kata Ridwan sambil terkekeh.
Ketika mendengar hari ini Damar akan pulang, beberapa orang warga dan kelompok tani membawakan oleh-oleh untuk Damar bawa pulang.
Alhasil dua kardus dan satu tas penuh isinya adalah oleh-oleh yang dititipkan warga desa untuk keluarga Damar di kota.
Bahkan Pak Yanto juga sering mengantar telur atau ayam dari peternakannya. Damar bahkan merasa jika berat badannya naik sejak tinggal di sini.
Warga desa selalu menjamu Damar ataupun mengantarkan makanan untuk Damar. Begitu pun dua tetangga Damar lainnya.
Apalagi saat ini istri mas Khadafi sedang ngidam parah dan kesulitan untuk bangun. Ibu-ibu justru bergantian menjaga istri mas Khadafi jika dia sedang di puskesmas atau sedang mengambil stok obat di kota.
Apalagi kehamilan istri mas Khadafi ini sudah ditunggu sejak lama selama delapan tahun istrinya baru bisa hamil itupun setelah mas Khadafi pindah ke tempat ini selama dua tahun.
Kalau pak Irwan dan istrinya adalah seorang pendidik. Lucunya ketika mendengar istrinya yang ditempatkan untuk mengajar di desa ini, Pak Irwan justru mengajukan untuk pindah di desa ini.
Pak Irwan memiliki dua orang anak berusia lima belas tahun dan tujuh belas tahun. Keduanya tinggal bersama orang tua Pak Irwan di kota karena pendidikan di daerah ini sangat terbatas, jadi mau tak mau Pak Irwan dan istrinya harus rela melepas anak-anaknya tinggal bersama nenek mereka.
Mereka pun berangkat, Damar berboncengan dengan pak Aji sedangkan Ridwan dengan pak Sapto.
Untungnya tadi malam tak hujan jadi jalan aman dilewati.
Mereka sampai di dermaga sambil menunggu motor air langganan Pak Sapto. Sebelum berangkat Pak Sapto banyak memberikan nasehat pada anak yang tinggal satu-satunya itu.
Setelah motor air yang dipesan pak Sapto siap berangkat, Damar dan Ridwan pun berpamitan kepada kedua lelaki paruh baya itu dan menaiki kendaraan air yang akan membawa mereka ke kota.
Perlahan- lahan motor air semakin menjauhi daratan, Damar melihat ke belakang entah kenapa ada hilang saat melihat desa itu sudah tak kelihatan.
Padahal seharusnya Damar merasa lega karena dia akan kembali pulang. Melihat anak-anaknya dan bertemu keluarganya.
Seharusnya Damar bersorak bahagia kembali ke daerah yang justru lengkap fasilitasnya dan mudah akses jalannya.
Namun, justru Damar merasa merindukan desa Timur. Suara riuh ayam berkokok, suara Mak Nur yang kadang-kadang berteriak dan mengagetkan Damar. Suara para warga yang menyapu di halaman rumah dengan sapu lidi.
'Desa Timur.... Aku akan kembali.' batin Damar.
Motor air yang membawa mereka kali ini cukup cepat, tak sampai tiga puluh menit Damar dan Ridwan serta beberapa penumpang lainya sudah sampai.
Kata Ridwan karena motor air nya tak berhenti singgah di dermaga lain. Beda kalau Damar kemarin, motor air singgah dua kali sebelum sampai ke desa teluk simpang.
Setelah sampai di dermaga penyeberangan Damar menghubungi Lutfi, katanya mereka akan dijemput Lutfi.
Sebelum berangkat naik ke motor air, Damar sudah menghubungi Mas Sean dan dia mengatakan jika Lutfi akan menjemput mereka.
Mata Damar melihat sekeliling, melihat apakah dia sudah dijemput.
Mata Damar pun menangkap sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di luar pagar besi. Dan Damar yakin itu adalah mobil Luthfi.
Damar pun mengajak Ridwan keluar pagar. Walaupun sebenarnya agak repot dengan barang yang mereka bawa, namun Damar tetap bersyukur.
Setidaknya berarti Damar di terima oleh warga desa itu.
"Mas Luthfi." panggil Damar saat menghampiri mobil itu, ternyata Luthfi sedang duduk menunggu dan kaca jendela mobilnya terbuka.
"Eh, Damar. Sorry, Mar aku nggak lihat kamu. Kukira kamu masih lama sampainya." kata Luthfi yang kemudian keluar dari mobilnya dan segera membuka bagasi untuk menyimpan barang-barang Damar dan Ridwan.
Damar memanggil Lutfi dengan panggilan Mas, karena umur Lutfi memang lebih tua setahun darinya, walaupun lelaki itu masih belum menikah.
"Motor airnya nggak singgah-singgah mas. Jadinya cepat sampai." kata Damar
"Kenalin mas, ini Ridwan. Anaknya pakai Sapto, kepala desa di tempatku." kata Damar memperkenalkan Ridwan yang dari tadi hanya diam saja.
Ridwan pun mengulurkan tangan dan mencium tangan Luthfi. Seperti pesan bapaknya dia harus hormat dan pandai-pandai membawa diri di tempat orang.
Dia sangat takjub karena dia dijemput menggunakan mobil yang sangat mewah.
Bahkan dia sangat heran dengan Damar yang bisa sangat akrab dengan lelaki yang menggunakan pakaian rapi ini. Dan Ridwan tau jika lelaki ini bukanlah lelaki sembarangan.
Saat mereka masuk ke dalam mobil pun Ridwan hanya bisa memandangi interior mobil ini dengan wajah kagum. Sungguh mewah dan berkelas, itulah yang dirasakan Ridwan saat duduk di mobil.
Mimpi apa dia semalam, sehingga bisa menaiki mobil semewah ini. Kalau saja teman-teman sekolahnya tau, pasti akan heboh.
"Kita langsung ke rumah pak Bos ya, mbak Li udah nyiapin kedatangan kamu. Ada Amira sama mbak Las juga." kata Luthfi.
Damar pun mengangguk dan Luthfi pun segera membawa Damar pulang.
Membawa salah satu pemilik perusahaan Yudha Construction, pewaris yang tak pernah mau menyentuh warisan yang ditinggalkan untuknya.
🍀🍀🍀
Jangan lupa untuk semua pembaca, mohon dukungan likenya ya🤗
kok lama gak berlanjutttt????
wahhhh..
sejahtera..