NovelToon NovelToon
Love After Marriage

Love After Marriage

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Caroline Gie White

Indira dan Devian sama-sama dihadapkan pada kondisi traumatik yang sama. Sama-sama harus menelan pil pahit perselingkuhan. Indira memergoki pacarnya, Gilang berselingkuh dengan teman sekampusnya dan Devian dengan tragisnya melihat Mamanya berselingkuh dengan mata kepalanya sendiri, dirumahnya. Perasaan itu yang akhirnya bisa lebih menguatkan mereka untuk saling bantu melewati kenangan buruk yang pernah mereka alami.

Dan, takdir lebih punya rencana untuk lebih menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan yang tidak mereka inginkan. Menikah di usia muda dan tanpa berlandaskan rasa cinta. Namun, Indira tidak pernah menyangka bahwa rasa nyaman yang ditawarkan oleh Devian pada akhirnya bisa membuat Indira tidak mau melepaskan Devian.

Akankan hubungan mereka baik-baik saja? Ataukah banyak konflik yang akan mereka hadapi dan semua itu berhubungan dengan rasa trauma mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caroline Gie White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MASA SULIT INDIRA

Gilang memarkirkan mobilnya lalu menarik nafas sejenak. Setelah dirasa siap, diapun keluar dari mobil dan masuk menuju rumah Indira. Gilang mengetuk pintu 2 kali dan menunggu beberapa saat sampai pintu terbuka.

"Assalamualaikum, Om." Gilang mencium tangan Haris.

"Waalaikumsalam." Haris mempersilahkan Gilang duduk di bangku teras.

"Saya mau bertemu Indi, Om."

Haris menghela nafas. "Mungkin ada baiknya kamu kasih waktu Indi untuk menenangkan dirinya ya."

"Tapi ada hal yang mau saya jelaskan terlebih dahulu."

"Om paham, tapi sepertinya emosi Indi sedang gak stabil apalagi untuk bertemu dengan kamu."

Gilang terdiam. "Saya sayang banget sama Indi."

"Kalau kamu memang sayang dengan dia, gak seharusnya kamu melakukan hal yang membuat dia gak percaya lagi sama kamu."

"Itu yang mau saya jelaskan, Om. Ini cuma salah paham saja."

"Buat Indi semua sudah jelas, Lang, jadi Om harap, kamu jangan ganggu Indi dulu ya. Biarkan dia tenang dulu." Haris menepuk pundak Gilang. "Lebih baik kamu pulang."

Haris dan Gilang berdiri.

"Kalau begitu saya pamit, Om. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Gilang pergi menuju mobilnya setelah mencium tangan Haris.

Gak akan mungkin ada kesempatan kedua buat siapapun yang sudah menyakiti anak saya.

Haris pun masuk ke dalam setelah memastikan Gilang pergi.

***

Keesokan harinya, Devian menghampiri Viana yang sudah duduk di bangku paling depan sebelum kuliah dimulai.

"Indi gak masuk ya?"

"Kayanya sih gak, Yan. Kata Tante Nadia, semalam dia agak demam."

"Pantes chat gue belum dibaca sampai sekarang, mungkin dia lagi istirahat."

Sedetik kemudian, ponselnya berdering. "Nyokapnya Indi, Vi, gue jawab dulu ya."

"Sudah sana."

Devian pun keluar dari kelas lalu menjawab teleponnya di lorong.

"Iya, Tante."

"Ian, Tante minta tolong boleh?"

"Boleh banget, Tan, ada apa?"

"Tante sama Om mesti keluar kota, tapi Indi sakit, dan dia memaksa Tante untuk tetap pergi menemani Om. Kamu kira-kira bisa gak, mengecek dia sesekali sewaktu kami pergi? Nanti Tante akan minta tolong sama Viana juga untuk menemani Indi di rumah."

"Om sama Tante gak usah khawatirkan Indi ya, Insya Allah aku jaga dia."

"Dan satu hal lagi ya, Yan. Jangan sampai Gilang bertemu Indi. Tante khawatir kondisinya makin gak stabil."

"Baik Tante."

"Sekali lagi Tante sama Om minta tolong ya, Yan. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Devian mematikan ponselnya lalu kembali masuk ke dalam kelas.

Dengan sedikit tertatih, Indira membuka pintu setelah mendengar bunyi ketukan pintu depan. ARTnya hanya berada di rumah setelah semua pekerjaannya selesai, jadi Indira memaksakan dirinya untuk turun ke lantai bawah.

"Ya ampun, Ndi, lo gak pa-pa?" Tanya Devian ketika melihat muka Indira yang pucat.

"Kepala gue pusing banget, Yan."

Devian langsung memapah tubuh Indira menuju kamarnya setelah menutup pintu. Setelah sampai di kamar, Indira kembali merebahkan dirinya di ranjang. Devian pun duduk di pinggirnya.

"Viana mesti pulang dulu ijin buat menginap di sini menemani lo, jadi gue duluan ke sini." Devian mengecek suhu badan Indira di keningnya. "Mau ke dokter?"

Indira menggeleng perlahan. "Gue cuma pusing saja, kok."

"Lo sudah makan belum?"

Indira mengangguk.

"Ya sudah.." Devian menyelimuti Indira. "Lo istirahat ya, gue bakal di sini sampai Viana datang."

Indira tersenyum lalu terpejam. Devian pun beranjak menuju sofa jendela sambil menatap Indira tertidur.

Sedang asyik membaca buku, Devian pun terkejut mendengar Indira yang tiba-tiba menangis walaupun matanya masih terpejam. Devian dengan spontan menghampiri dan mencoba membangunkan Indira.

Indira terbangun lalu reflek memeluk Devian yang ada di hadapannya dan kembali menangis.

"Gue mau mimpi buruk ini berakhir, Yan."

Devian hanya bisa menenangkan Indira yang semakin memeluknya.

Viana dan Farel menatap Indira yang tertidur. Devian masih dengan setia duduk di sampingnya karena sebelum mereka datang, Indira beberapa kali terbangun karena bermimpi lalu menangis.

"Dia bilang, kejadian antara Gilang dan Lusi selalu datang kalau dia tidur, makanya dia sering terbangun."

"Benar-benar jadi mimpi buruk buat dia."

"Kayanya gue bakal di sini deh, Vi. Gue khawatir banget sama dia, apalagi kalian cuma berdua."

"Gue juga bakal di sini kalau lo mau di sini." Sahut Farel.

"Makasih ya, Guys." Viana duduk di sisi ranjang Indira lalu menggenggam tangannya.

Tengah malam, Indira terbangun. Dia tersenyum dan membetulkan selimut Viana yang tidur di sampingnya. Dengan kepala yang masih sedikit sakit, dia turun dari tempat tidur dan menuju lantai bawah.

Indira sedikit terkejut ketika melihat Devian dan Farel juga sedang tertidur di sofa ruang keluarga. Dia perlahan tersenyum lalu menuju ke kamar orangtuanya lalu kembali dengan 2 sarung di tangannya.

Dengan perlahan, Indira menyelimuti Farel lalu diapun menuju Devian dan juga menyelimutinya namun membuat Devian terbangun.

"Ndi, lo kok turun?" Devian bangun dan Indira duduk di sampingnya perlahan. "Lo butuh apa? Biar gue yang ambilkan."

"Cuma mau minum kok, dan gue bisa ambil sendiri."

"Sebentar." Devian bangun dari duduknya langsung menuju dapur dan kembali dengan segelas air minum yang disodorkan ke Indira dan kembali duduk di sampingnya.

"Makasih ya, Yan." Indira minum dengan perlahan. "Dan maaf gue jadi merepotkan kalian."

"Tadinya gue sama Farel gak rencana mau menginap, tapi melihat kondisi lo, gue sama Farel jadi khawatir dan memutuskan buat menginap juga."

Indira terdiam menatap gelas di tangannya. Devian mengelus kepalanya.

"Lo cewek kuat, Ndi, jadi gue yakin lo bisa melewati ini semua."

Indira tersenyum.

"Gue antar ke kamar ya, lo harus banyak istirahat."

Devian membantu Indira berdiri lalu merangkulnya menuju kamar. Indira naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut. Viana masih pulas di sampingnya. Devian merapihkan selimut Indira lalu mengelus pipinya.

"Kalau butuh apa-apa lagi, bangunin Viana atau lo telepon gue saja ya."

Indira mengangguk lalu terpejam. Devian pun keluar kamar setelah memastikan Indira tertidur.

Beberapa hari setelahnya, sakit Indira semakin menjadi dan Devian berinisiatif membawanya ke rumah sakit untuk penanganan lebih intensif dan juga atas persetujuan orang tua Indira yang memang belum bisa meninggalkan pekerjaan mereka di luar kota.

Devian masuk dengan perlahan ke dalam kamar rawat Indira lalu duduk di kursi samping ranjang Indira yang sekarang sedang tertidur. Dokter sengaja memberikan obat tidur untuknya agar bisa beristirahat.

Devian meraih tangan Indira lalu ditempelkan ke pipinya sambil menatap wajah Indira yang terlihat pucat.

Cepat sembuh, please. Gue merasa paling sakit melihat lo kaya begini, Ndi, jadi please, lo harus bisa melewati ini semua dan gue bakal selalu ada buat bantu lo.

Devian mencium punggung tangan Indira lalu kembali menempelkannya di pipi.

To be continued...

1
Zaza Eiyna
gilang vs Marsha
Yvonne Dumais
Episode nya tolong diterbitkan semua sekaligus donk...jangan satu2 setiap hari. terima kasih
Yvonne Dumais
episode nya tolong diterbitkan sekaligus semuanya donk....jgn satu persatu...terima kasih
Càröliné Gie White
Terimakasih bwt yang sudah baca story aku sampai sini... 🙏🥰
Putu Sriasih
Luar biasa
Càröliné Gie White
Jadi makin semangat buat up terus..
Càröliné Gie White
Iya kak, makasih buat supportnya ya 🙏
mustaqim jm
Masih baca sampe sini thor. semangat upnya
Pena Hitam
di ikalnin terus kak..
semangat yaa semoga booming
Galuh Jennaira
Mereka yang berantem, gw yang baper /Sob/
Galuh Jennaira
Ayo devian, buat indira jatuh cinta sama kamu
Galuh Jennaira
Bibit hadirnya pelakor
Galuh Jennaira
Devian cowok gentle bgt
mustaqim jm
Semangat upnya thor.
Pena Hitam
Bagus ko kak, penempatan kalimat maupun tanda baca juga tepat.
Cuma tambahan aja kak untuk dialognya di kurangi jd biar balance dengan penjelasan latar dll. Biar pembaca tidak bosan 🙏
Pena Hitam: sama-sama ka 🙏
Càröliné Gie White: Terimakasih kak masukannya..
total 2 replies
Càröliné Gie White
Selalu berusaha lebih baik dalam menulis.. Saran kalian amat sangatlah berarti.. Terimakasih sudah mampir utk membaca story aku..
Galuh Jennaira
Penggunaan gaya bahasa yang sederhana jd bisa dengan mudah diikuti.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!