Nessa ikut kerumah suami nya yang baru menikahi nya satu minggu, Gadis sebatang kara ini menikah dengan duda tanpa anak. Istri nya Rian hilang selama dua tahun lama nya.
Namun ternyata rumah ini penuh dengan misteri, Di rumah itu juga ada Aldo teman nya Rian yang kata nya sudah sahabatan sejak kecil.
Keanehan terus Nessa rasakan setiap malam nya, Tak jarang pula dia menemukan Rian tidur berpelukan bersama Aldo. Belum lagi dinding rumah yang seperti di gedor dari dalam semen, Rintihan sakit juga sering Nessa dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Teriakan
Pak Sopian mendatangi rumah anak nya yang terlihat lebih rapi sekarang, Dia tertunduk sambil menatap foto Rian yang tampak sangat bahagia bersama dengan Lia. Tidak di sangka nya bahwa Rian akan salah jalan setelah hilang nya Lia, Pak Sopian mengira bahwa Rian menjadi gay karena depresi akibat hilang nya Lia, Karena Rian pun mengaku nya begitu.
Nessa juga tahu nya hubungan itu berlangsung karena hilang nya Lia, Mereka masih tidak tahu bahwa Rian dan Aldo menjadi gay sebelum Lia menghilang. Titik masalah ini memang belum di temukan, Semua nya masih menjadi teka teki yang sulit untuk di pecahkan oleh mereka.
Masalah wanita yang dalam pasungan itu pun belum bisa Nessa pecahkan, Karena dengan kedatangan dua kunti kerumah nya. Hantu itu belum ada mengganggu nya lagi, Jelas itu bukan lah kuntilanak merah Ibu nya. Nessa bisa membedakan, Wajah yang hanya tinggal tengkorak saja itu menyimpan dendam yang sangat kuat, Padahal Maharani dan Nilam datang untuk negosiasi dengan nya.
Namun wanita dalam pasungan seolah tidak mau atau bahkan tidak bisa menampak kan diri, Maharani sudah berkeliling sampai pinggir sungai juga untuk mencari nya, Namun sama sekali tidak bisa di temukan. Malahan Nilam menemukan kediaman nya Mbah Kusumo di dekat air terjun sana.
"Ilmu nya sangat kuat, Kita tak bisa macam macam dengan nya." Beritahu Nilam.
"Tidak usah kalian ganggu dia, Toh kita tak ada urusan dengan nya." Cegah Nessa.
"Mertua mu mati karena di santet kan? Bisa jadi dukun itu yang melakukan nya atas suruhan dari orang." Tebak Maharani.
"Kalau pun dia yang melakukan nya atas suruhan orang, Mana mungkin juga dia mau mengaku." Nessa berkata sambil duduk di kursi taman belakang.
"Sebaik nya kita pergi kesana, Lam! Ayo kita lihat dia." Ajak Maharani.
"Aku tidak mau! Dia sudah melukai ku." Nilam menunjuk kan pundak sebelah kiri nya yang cidera parah.
"Ya Allah, Nilam! Ayo kita kerumah sakit." Pekik Nessa karena cemas melihat pundak Nilam mau lepas.
"Rumah sakit Bapak mu! Aku ini kuntilanak, Bodoh." Umpat Nilam.
Nessa tertawa karena dua teman nya ini sangat ceplas ceplos saja bila bicara, Dengan ada nya mereka di sini. Nessa tak kesepian dan juga takut lagi, Merasa terlindungi karena ada yang menjaga nya walau kadang mereka sangat eror juga.
Kalau di ajak ghibah baru lah mereka sangat semangat, Nama nya juga wanita. Walau pun sudah jadi hantu dan kuntilanak, Mereka akan tetap suka ghibah, Apa lagi melihat ada yang aneh sedikit, Ini saja rasa nya Maharani sudah cepat mau pulang kerumah nya Purnama untuk bercerita tentang suami nya Nessa yang seorang gay.
Sayang nya dia masih belum menyelesaikan tugas nya untuk melihat siapa wanita dalam pasungan, Cermin kepala leak itu pun belum mereka usut sampai tuntas. Ini malah Nilam di serang oleh Kusumo hingga engsel bahu sampai terlepas.
"Kok bisa dia sampai menyerang mu? Kau usil ya." Selidik Maharani.
"Enggak!" Nilam menggeleng.
"Tak percaya aku! Pasti lah kau usil sehingga sampai ketahuan dengan nya." Maharani tetap yakin dengan tebakan nya.
"Aku tuh cuma narik kumis dia doang! Dan dia ternyata bisa melihat ku, Langsung deh dia menyerang ku dengan ilmu nya." Sahut Nilam santai.
"Lagian kau ya, Kenapa pula kumis orang kau tarik sih." Nessa heran dengan tingkah nya Nilam yang cari penyakit.
"Penasaran doang aku, Kumis nya tebel sekali. Palsu atau beneran gitu loh, Maka nya ku tarik." Cerita Nilam.
Sedang mereka berbincang tentang Kusumo, Pak Sopian datang dengan wajah lelah nya. Nessa bangkit menyalami mertua nya yang datang tanpa memberitahu lebih dulu.
"Bapak panggilin kamu dari tadi, Pintu juga tidak di kunci." Ujar Pak Sopian.
"Iya, Mungkin Nessa lupa tadi." Sahut Nessa.
"Bapak datang karena mau minta tolong pesankan makanan kotak dan antarkan saja kepesantren nya Habib Amir, Minta mereka berdoa untuk Ibu kamu." Pinta Pak Sopian.
"Untuk nanti malam ya, Pak?" Tanya Nessa.
"Kalau bisa iya, Kan ini malam jumat." Jawab Pak Sopian.
"Ya sudah, Nanti aku kerumah makan di simpang. Biar sekalian ku bawa kerumah Abi, Tapi Bapak ikut kan?" Tanya Nessa.
"Insya allah, Nanti Bapak nyusul pakai motor saja. Ini uang nya untuk pesan makanan." Pak Sopian memberikan uang tiga juta.
"Kok banyak sekali, Pak?" Nessa menghitung uang tersebut.
"Kan anak anak banyak, Kamu pesan jangan sampai kurang ya." Pesan Pak Sopian dan segera pulang.
Nessa menarik nafas berat karena memang mertua nya tidak di adakan tahlilan, Warga kampung sini tak akan ada yang mau datang karena mereka sudah membenci Rian dan juga takut dengan kematian nya Bu Fitri yang cukup tragis.
Lebih baik memasan nasi kotak untuk di bawa kepesantren saja, Di sana banyak anak yatim juga yang bisa mendoakan. Lagi pula doa mereka lebih tulus, Nessa pun bersiap untuk pergi memesan nasi. Andai saja Pak Sopian bilang sejak pagi tadi, Maka Nessa bisa masak saja bersama Umi di kampung sebelah, Ini sudah siang dan pasti nya tidak akan ada waktu.
Sebelum berangkat kerumah makan, Nessa memutuskan untuk menghubungi suami nya dulu. Lebih baik Rian cepat tahu supaya nanti bisa pulang lebih awal, Biar mereka bisa bersama sama membaca doa untuk Bu Fitri.
"Hallo, Mas."
"Iya, Sayang?" Rian cepat mengangkat telefon istri nya.
"Tadi Bapak datang minta tolong aku buat urus baca doa Ibu di pesantren saja." Beritahu Nessa.
"Loh makan nya gimana? Ini sudah siang ya, Dik." Sahut Rian.
"Bapak kasih uang tiga juta, Kata nya suruh beli saja makanan kotak atau makanan lain lah." Jelas Nessa.
"Ya Allah, Ayah! Kok mendadak gitu sih, Kenapa uang nya juga kamu ambil, Dik?" Tanya Rian yang kebingungan karena kerjaan nya masih banyak.
"Ya kan aku ndak pegang uang, Mas." Tutur Nessa.
"Mas kasih uang buat kamu di laci itu loh, Kamu enggak tau memang nya?" Heran Rian.
"Kamu kasih kan cuma seratus ribu dan untuk masak makanan kita, Mana ada lagi." Nessa agak merutuk.
Rian kaget karena mendengar jawaban Nessa yang kata nya cuma ada seratus ribu, Jelas jelas dia memberikan uang sebanyak lima juta untuk bulanan nya Nessa. Pikiran Rian langsung mengarah pada Aldo, Karena pria itu juga bebas keluar masuk kamar mereka.
"Em ya sudah, Nanti Mas kasih buat kamu lagi! Mas lupa, Kemarin Mas ambil lagi uang nya." Rian menutupi masalah itu.
Nessa pun memutuskan sambungan, Rian berkata sebisa mungkin akan pulang cepat. Nessa bersiap siap untuk pergi bersama duo kunti nya juga, Tiba tiba mereka mendengar suara teriakan yang sangat nyaring.
saya selalu nunggu i kelanjutan nya tiap hari.