PERAWAN BERANAK KEMBAR

"Akhiri hubungan kalian, kita akan menikah aku gak mau melihat istriku bersama pria lain!" Ucap Delon datar, dia sudah tidak sanggup menahan rasa sesak di dadanya. 

"Siapa yang mau menikah denganmu? aku tidak mau melepasnya. Dia pria sempurna... Dia sangat tulus padaku. Belum tentu kamu bisa memperlakukan aku seperti dia memperlakukan aku!" Enjel tulus mengatakannya. Di jaman sekarang, sangat susah mendapatkan orang yang tulus. Bahkan banyak orang yang mengorbankan kekasihnya demi kepentingan pribadinya. 

"Aku bukan dia, tentu saja aku tidak memperlakukanmu seperti dia memperlakukanmu. Aku akan memperlakukanmu dengan caraku sendiri." Ujar Delon sungguh-sungguh. 

"Aku gak mungkin bisa bahagia bersama pria kaku sepertimu. Pergilah kamu tidak perlu bertanggung jawab padaku. Aku akan menjelaskan semuanya pada Juan. Kamu jangan khawatir, aku akan melahirkan anakmu. Setelah mereka lahir nanti, kamu bisa bertemu dengan mereka " Enjel merasa takut untuk memilih pria ayah biologis janin dalam rahimnya. Dia takut keputusannya salah. Dia tidak mau membuang intan demi Imitasi. 

"Apa maksudmu? apa kamu ingin memisahkan aku dari anak-anakku? sekalipun pria tadi menerima kamu yang sudah hamil diluar nikah, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku, kamu dan janin dalam rahimmu tidak akan pernah berpisah!" Delon berujar tegas. Dia tidak akan membiarkan gadis itu meninggalkannya. Sudah cukup tiga bulan dia tersiksa karna kehilangan gadis itu. 

"Aku tau kamu sangat mengharapkan janin ini, aku tau kamu menyayangi mereka, tapi aku gak punya perasaan apapun sama Tuan, aku bahkan tidak mengenal Tuan. Bagaimana aku hidup bersama orang yang tidak aku kenal? cobalah untuk mengerti, aku sangat mencintai Juan, begitu sebaliknya. Aku tidak sanggup berpisah darinya." Angel benar benar dilema. Hatinya terpatri pada Juan, sedangkan janin dalam rahimnya membutuhkan ayah biologisnya. 

"Aku tau ini berat buat kamu, tapi cobalah pikirkan janin dalam rahimmu. Mereka butuh aku, ayah mereka. Sebaik apapun pria tadi, dia tidak bisa menggantikan posisi aku untuk anak-anak kita. Mereka butuh orang tua lengkap, mereka butuh kasih sayang kita berdua. Aku mungkin tidak bisa seperti pria itu, tapi aku akan mencintai kamu dengan caraku sendiri. Aku akan menyayangi kamu dengan perbuatanku" Delon berusaha membujuk gadis itu. Dia memegang kedua pundak gadis itu, memandang manik matanya. Dengan tangan gemetar, dia mengusap perut rata  Enjel. Ada rasa yang tidak bisa dia sebutkan saat menyentuh tubuh gadis itu. Air matanya jatuh tanpa bisa dicegah, saat tangannya mengusap perut gadis itu. Dia sangat terharu saat tangannya bisa membelai kedua calon anaknya. 

"Njel, gue tau ini merupakan keputusan yang sangat sulit, siapapun akan bingung saat dihadapkan dengan pilihan seperti ini. Memilih antara hati dan anak. Tapi lu harus ingat, apapun yang terjadi dalam hidup kita, kita harus berserah kepada Tuhan. Manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan. Berdoalah sebelum menentukan pilihan, gue yakin Tuhan akan memberikan petunjuk yang terbaik buat lu" Ucapan Sarah benar. Sesulit apapun masalah yang kita hadapi, jika kita berserah kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan anugerahnya. Karena Tuhan tidak akan mencobai kita melewati batas kemampuan kita. 

"Mungkin ini cara Tuhan untuk mempersatukan kita. Kita tidak saling kenal, tapi Dia menempatkan benihku di rahimmu. Andai saja benih itu tertanam karena hubungan badan, kamu bisa menuntutku, atau menghukumku. Tapi, kamu tau sendiri 'kan itu ketidak sengajaan. Aku bahkan tidak tau kalo benihku tumbuh di rahim seseorang " Ucap Delon dengan mata berkaca kaca 

"Ikuti kata hati lu, jangan sampai salah pilih " Sarah memeluk Angel untuk menguatkannya.

"Makasih Ra, lu benar, Tuhan tau yang terbaik buat gue."

***

Juan mondar mandir di dalam kamarnya. Sejak dia keluar dari mansion Sarah, hatinya tidak bisa tenang. Dia selalu kepikiran pada Angel. Sudah tengah malam, tapi dia tidak bisa memejamkan matanya. Jam sudah menunjukkan pukul 1.30 dini hari, tapi matanya masih seterang mentari di siang hari. Pikirannya tak lepas dari wanita yang sudah mengisi hatinya kurang lebih tiga tahun ini. Dia merasa seperti ada yang hilang dari dirinya, tapi dia tidak tau apa dan kenapa. 

"Apa sebenarnya yang terjadi sayang? aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Entah apa aku gak tau, mungkin ini hanya perasaan aku saja, tapi aku merasa dadaku sakit. Aku merasa separuh jiwaku hilang. Rasanya hampa" Juan berguling di kasur empuknya. Dia sungguh tak mengerti apa yang terjadi padanya. 

Karena tak kunjung terlelap, dia membuka galeri ponselnya. Dia melihat foto kenangan mereka sejak pertama kali mereka berpacaran. Tak satupun dari foto itu dia hapus, semua tersimpan rapi di galeri ponselnya. Dia mengingat semua hal yang mereka lakukan sejak hari itu. Semua sangat indah. Meski kadang ada batu sandungan dalam hubungan mereka, tapi mereka selalu bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. 

"Tuhan, aku takut kehilangan dia, aku mohon lindungi dia selalu. Aku tidak sanggup berpisah darinya. Hidupku hampa tanpa dia." Dalam kegelisahan hatinya, Juan memanjatkan doa. 

Seumur hidupnya, ini kali pertama dia merasakan hal seperti itu. Rasa takut kehilangan, takut ditinggal pergi. 

Pagi ini, Sarah dan beberapa karyawannya mempersiapkan penyambutan hari kelulusan Enjel. Mereka ingin melaksanakan pesta kecil kecilan untuk merayakan hari kebahagiaan gadis itu. Enjel hanya berdiam diri di kamar. Sarah tidak mengijinkannya ikut serta dalam mempersiapkan acara untuk esok hari. Sepanjang hari, dia menyusun beberapa kalimat yang pas untuk diucapkan esok hari. 

"Besok merupakan hari bersejarah dalam hidupku, hari dimana aku tidak akan pernah melupakannya. Tawa dan air mata datang bersamaan, suka dan duka akan mewarnai hari itu. Cinta dan benci akan mengawali perjalananku. Semoga itu yang terbaik untuk semuanya " Angel menghembuskan nafas berat. Dirinya bagaikan makan buah simalakama; dimakan mati ayah, tak dimakan mati ibu. Dia merasa seperti sedang memikul beban berat. 

Saat menjelang sore, Angel turun ke bawah, dia melihat persiapan untuk esok hari hampir selesai. Dia sangat terharu melihat kerja keras teman-temannya. Meski dirinya hanya sebatang kara, tapi di rumah ini dirinya memiliki keluarga. Sarah tersenyum melihat kedatangannya, dia membawa gadis itu ke meja makan untuk makan malam. 

"Udah lapar, 'kan? ini gue memasak makanan kesukaan lu" Ucap Sarah sambil menyiapkan makanan gadis itu. 

"Lu kok baik banget sih Ra, gue macam ratu aja diperlakukan kayak gitu" Ujar Angel dengan kekehan kecil. 

"Lu memang ratu, ratu dihati dua pria " Bisik Sarah menggoda sahabatnya. 

"Entahlah, gue gak tau jalan hidup yang Tuhan tentukan untuk gue. Gue hanya berharap, apapun yang terjadi nanti, Tuhan tidak pernah ninggalin gue " Angel tidak dapat menyembunyikan kegelisahan hatinya. Dibalik senyumnya, tersimpan duka mendalam. 

"Gue tau ini berat buat lu, tapi yakinlah Tuhan lebih tau yang terbaik buat kita " Sarah berusaha menguatkan gadis itu. 

"Apa dia tidak datang? " Tanya Angel, ada kerinduan dalam hatinya.