Raina Grittella 2

Cinta itu rumit yaa. Indah ketika sama-sama saling mencintai. Sama-sama berjuang mengarungi samudera apapun yang akan terjadi mereka hadapi sampai benar-benar menuju ke pelaminan dan menjalani bahtera rumah tangga seumur hidup kalau misal nggak ada masalah dan berakhir dengan perceraian.

Kadang cinta itu jadi sakit. Cinta itu nggak enak kalau kata Rain. Lebih baik dicintai daripada mencintai. Biarkan Bara menunjukkan keseriusannya karena Rain sudah malas bucin-bucinnya yang berujung sakit hati, patah hati. Cuma patah hatinya Rain beda dari yang lain. Dia kabur dan sekarang mendapatkan hasil dari patah hati tersebut.

Sementara orang-orang yang dulu membuat hidupnya hancur itu apa yang mereka dapat? Ya nggak ada. Hidup mereka ini malah blangsak bagaikan angin puting beliung yang datang memporak-porandakan semuanya. Hidupnya kalau kata petugas pom bensin dimulai dari nol lagi.

"Ya heran sama mereka ini! Bucinnya kebangetan!" kata Rain.

Bara sama Rain ngungsi gaes. Mereka menikmati seblak yang ada di kafe milik Rain. Kapan lagi ye kan makan gratis. Pemilik kafe mah bebas!

Ah ya nggak juga, Rain tetap bayar kok seperti manusia pada umumnya. Eh maksudnya pembeli pada umumnya biar kalau pembukuan itu pas. Kalau kayak gitu kan ada perhitungannya gaes.

"Ini makanan apa sih?" tanya Bara. Mengabaikan ucapan Rain tadi. Bara masih bingung sama makanan yang disajikan.

Ada kerupuk mentah yang dimasukkan, lalu sawi hijau atau biasa di sebut caisim, segala aneka Frozen food, telur, batagor dan lidah mertua apa lidah buaya entah. Ada ciloknya juga. Pokoknya paket komplit.

Bara ini baru nemu makanan seperti ini. Maklum lah dia mainnya kurang jauh mungkin atau karena dia seringnya makan di restoran dan nggak pernah dipinggir jalan. Ya bukan juga sih, intinya dia laki-laki dan seblak ini mayoritas yang beli ras tertinggi yaitu kaum perempuan yang selalu benar.

"Seblak namanya! Makanan ini memang lagi viral!"

"Kamu pinter banget deh cari menu yang bakal bikin rame kafe."

Rain memutar kedua bola matanya. Malas sekali dengar pujian dari mulut laki-laki. Muak saja rasanya. Laki-laki kalau sudah ada yang buaya pasti semua dianggap sama dimata Rain tapi kayaknya dimata semua perempuan ya gitu kalau laki-laki itu buaya. Jarang ada yang setia.

Padahal ya ada cuma satu dari seribu. Langka sekali laki-laki yang benar-benar setia dan meratukan pasangannya.

Padahal Bara ini juga paket komplit kok. Tampan, tajir, setia dan pasti sayang sama Rain. Nggak mau lirik perempuan lain karena di mata dan hatinya cuma ada Rain.

"Ya ini harus berkali-kali cari resep yang pas. Nggak semudah yang lo pikirkan!" ujar Rain.

"Iya, ini pas kok. Enak dan seger lagi. Kayaknya bakal sering-sering ke sini buat pesan seblak. Cuma kamu yang masak dan yang antar ke aku." Bara menaik turunkan alisnya.

"Kalau mau cari yang pinter masak, lo cari aja deh soalnya gue nggak pinter! Selain itu nggak sempet juga masakin lo nantinya!"

Wajah Rain terlihat asem. Padahal Bara cuma bercanda. Yah salah lagi deh Bara ini. Rain benar-benar nggak bisa diajak bercanda. Sekali-kali kan pengen lihat Rain tertawa lepas. Ini mukanya serius banget, ketawanya sama orang lain. Bara juga mau lah ketawa bareng Rain. Kayaknya susah sekali mencairkan hati Rain seperti dulu.

"Ish, aku kan becanda doang, Yang. Kamu nih serius banget!" Kali ini Bara yang cemberut.

Rain nggak peduli dan memilih menghabiskan seblak miliknya sambil balas chat dari costumer. Juga info dari anak buahnya tentang Rio yang kembali ngajak tanding.

Rain sudah menduga sebelumnya kalau Rio ini penasaran sama Rain. Membiarkan laki-laki itu tetap penasaran sampai lelah dan Rain nggak peduli sama sekali.

***

Maila menundukkan kepalanya. Sekarang semangat buat ngejar Nando luntur sudah setelah Maila mendengar penjelasan Nando. Laki-laki itu menjelaskan secara detail tentang keluarganya dan meminta Maila untuk menjauh karena Nando hanya seorang laki-laki sederhana yang nggak akan bisa bahagiain Maila dengan harta yang ada nanti di ajak susah.

Nando nggak mau kalau Maila jadi hidup susah karena dia. Buktinya sekarang dia rela kan ngekost meski Nando yakin kalau Maila nggak betah di kostnya. Kamar yang sempit dengan fasilitas yang ada dan mungkin nggak seperti rumah mewahnya.

"Mending Mbak balik aja ke rumah mewahnya. Mbak nggak perlu lagi susah-susah buat ngekost karena saya," kata Nando.

Padahal Maila ini cuma pengen tahu susahnya cari uang. Selama ini apapun yang dia mau dituruti dan nggak pernah ada usahanya sendiri. Melihat Rain yang ternyata orang sukses membuat Maila jadi ingin mengikuti jejak Rain. Selama ini dia nggak tahu kalau Rain ini seorang pengusaha. Punya usaha dimana-mana dan rupanya anak orang tajir melintir dan semua orang nggak tahu siapa Rain sebenarnya.

Dicaci maki dia diam, direndahin, diolok-olok pun Rain terima seolah membenarkan semua ucapannya. Dia anak orang susah dan bisa masuk kampus elit itu hanya dengan beasiswa. Bekerja paruh waktu demi menyambung hidup. Nyatanya Rain itu lebih dari mereka yang suka mencemoohnya.

Siapa sangka dibalik sikap Rain yang tenang rupanya dia menyembunyikan sosok dirinya yang sebenarnya. Diam-diam rupanya orang kaya. Kalau satu kampus tahu pasti sudah heboh dan mungkin nggak percaya siapa Rain. Pasti ada yang bilang mengada-ada atau mengaku-ngaku saja.

Jadi Maila ngekost ini tujuannya selain mau rasain hidup susah ya juga pengen dekat sama Nando. Meski tujuan utamanya ya Nando tapi ya bukan semua yang Nando ucapkan itu benar adanya. Malah Maila betah di kost. Dia nggak kesepian kayak di rumah.

"Kakak ipar gue cewek! Tinggal sama neneknya yang sakit-sakitan dan dia harus biayain berobat neneknya. Nggak tahu gimana ceritanya tuh bisa ketemu sama Kakak gue. Terus ... Apa bonyok gue nolak hubungan mereka? Ya nggak lah! Malah bonyok sayang banget sama kakak ipar gue! Bonyok nggak pernah melihat orang dari mana dia berasal karena semua sama."

Maila menceritakan kisah cinta Kakak pertamanya yang mengharukan itu. Benar-benar perjuangan yang patut diabadikan saat mendapatkan istrinya ini. Dimana sang istri nggak percaya kalau kedua orang tua kakak Maila setuju. Bahkan minder dengan keluarga besar Maila.

Siapa sangka mereka menyambut dengan tangan terbuka meski ada beberapa yang selalu sinis karena merasa nggak pantas jadi bagian dari keluarga Candra Wijaya.

"Nyokap gue dulunya cuma pelayan kafe, Do! Bokap yang kaya! Cuma keluarga bokap baik dan nggak pernah memandang rendah mereka yang dibawah. Seperti Rain yang selalu menganggap kalian sama. Selalu baik kepada siapapun dan nggak pilih-pilih berteman. Dia selalu merangkul orang-orang yang mau berusaha dan berjuang," sambung Maila.

Wajahnya serius meski nggak pantes kalau dia serius. Ada lucu-lucunya gitu. Kalau kata orang jawa sih wagu. Bagusnya dia cengar-cengir kayak cewek polos agak begok dikit.

Nando terkejut sama cerita Maila. Rupanya orang tua Maila itu nggak seperti yang dia pikirkan. Nando kira jika kedua orang tua Maila ini seperti konglomerat pada umunya yang harus bisa mencari pasangan yang setara.

"Begitu ya, Mbak." Nando kehabisan kata-kata. Kalau sudah gini dia jadi berubah pikiran.

Pengen narik ucapannya lagi, mau jujur kalau dia juga punya perasaan yang sama, tapi kayaknya Maila udah kecewa karena ucapannya tadi. Secara nggak langsung Nando udah nolak dia.

"Nggak apa-apa kamu nolak aku, yang penting aku dah tahu jawabannya!" kata Maila.

Maila menatap Nando yang duduk disebelahnya. Tadi dia duduk di sofa yang berbeda tapi sekarang enggak karena Maila menyuruh Nando duduk disebelahnya biar enak kalau ngobrol. Bahkan tangan Maila masih menggenggam tangan Nando biar nggak kabur. Meski membuat laki-laki itu gugup dan tangannya berkeringat karena saking gugupnya, tidak membuat Maila melepas tangan Nando.

Mata Maila berbinar, memancarkan api asmara yang benar-benar tulus. Pesona Nando mampu mengalihkan dunia Maila dari Javas dan sekarang dia benar-benar lupa sama sakit hatinya. Andai Nando tahu kalau Maila pernah sakit hati karena di duakan.

"Nanti kalau kamu punya pacar ....." Maila menggantungkan ucapannya. Mau mengagumi karya Tuhan yang luar biasa ini.

Nando menoleh dan tatapan mereka bertemu. Menunggu ucapan Maila yang selanjutnya. Apa Maila bakal melepasnya dan nggak gangguin dia lagi?

Bersambung ....