Aluna adalah seorang gadis cantik dan seorang Hacker yang sangat hebat, namun ia menutupi kehebatannya itu untuk membalas dendam kepada seseorang dimasa lalunya, sampai ia bertemu dengan CEO menyebalkan yang membuat harinya berwarna, mampukah Aluna membalaskan dendam masa lalu yang telah menghancurkan hidupnya, dan juga mampukah Aluna menerima cinta pria menyebalkan yang terus mengusik harinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabia X, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Juna
Bara langsung membawa Juna pergi menuju mobil, Juna langsung masuk tanpa diminta, sembari mengeram menahan tubuhnya yang mulai panas serasa terbakar.
“Tahan tuan, lihat saja siapa yang berani-berani mengerjai tuan akan aku balas lebih menyakitkan.”
Bara berucap sembari tancap gas menuju perusahaan, karna ia ingat di sana ada Luna yang mungkin bisa membantunya, mobil itu melaju seperti kerasukan saking cepatnya tak perduli beberapa mobil yang membunyikan klakson seperti mengumpat karna pengemudinya yang ugal-ugalan namun Bara tak perduli itu dan tak lama mereka sampai.
Bara melihat Juna seperti gembel karna bajunya yang sudah porak poranda apalagi melihat wajahnya yang sudah kusut kayak jemuran yang lama tidak dijemur membuat Bara sangat iba, karna tahu tuannya itu sangat tersiksa menahan diri, Bara langsung menarik tangan tuannya menuju lift dengan sedikit kesusahan karna postur tubuh Juna yang lebih besar darinya, namun ia pun berhasil membawa tubuh Juna masuk kedalam lift menuju dimana Luna berada, lift pun terbuka dan kembali Bara dengan susah payah menarik lengan Juna menuju ruangan dimana Luna berada, Bara pun membuka pintu itu, dan melihat Luna yang sedang serius didepan layar datar dihadapan nya.
“Nuna tolong!” teriak Bara membuat Luna menoleh dan mendapati dua orang laki-laki yang sudah acak amburadul penampilannya, dan Luna pun langsung berdiri dan menghampiri.
“Bara apa yang terjadi.”
“Nanti aku ceritakan yang penting tolong dulu.” jawab Bara, Juna yang mendengar suara Luna langsung memicingkan matanya gairahnya bertambah naik dan langsung memeluk Luna tanpa basa-basi.
“Eh, apa yang kau lakukan, lepaskan!” teriak Luna terkejut.
“Maaf nuna aku tinggal sebentar, tolong jaga tuan sebisa mungkin menghindar.!” teriak Bara langsung kabur sementara Luna sekuat tenaga menghindar ketika Juna hendak menciumnya.
“Sayang, tolong aku, panas sekali, aku tak tahan lagi.” Juna langsung meraih tengkuk Luna dan mencium bibir itu dengan penuh nafsu, membuat Luna kelabakan tak bisa menolak karena Juna menggigit kecil bibir Luna agar terbuka, Lumatan bibir itu semakin panas dan semakin menuntut, Juna membawa tubuh Luna keranjang King size itu tanpa melepas ciuman nya.
“Ya Tuhan tolong aku, apa yang akan dilakukan pria ini kepadaku, Bara kurang ajar kenapa meninggalkan pria mesum ini begitu saja.” gumam Luna disela menahan serangan dari Juna karna Juna sudah mendaratkan ciuman nya ke leher jenjang Luna yang putih mulus dan tubuh Juna sudah mengungkung tubuh Luna dibawahnya.
“Juna, lepaskan!” teriak Luna namun tidak didengar oleh Juna yang sudah dikuasai gairah yang membuncah sekuat tenaga Luna mendorong dan memukul namun sia-sia saja tubuh itu tak bergeming.
“Tuan!” Bara langsung menarik tubuh Juna keras hingga tubuh Juna terjengkang beberapa pria langsung masuk ke kamar mandi menaruh es batu ke dalam bathtub dan setelah itu pergi.
“Panas, sialan, Juna ngoceh disela membuka semua bajunya.”
Luna langsung menutup matanya melihat Juna dengan tanpa sadar melepas semua bajunya menyisakan boxer didalamnya, Bara langsung mendorong tubuh Juna masuk kedalam kamar mandi.
“Dasar pria kurang ajar, ia mengotori mataku yang masih murni ini andai dia waras sudah ku bikin KO dari tadi duh nasib bibirku kenapa dia Mulu yang nyosor.” dengus Luna kembali merapikan bajunya yang terlihat berantakan akibat ulah Juna sebelum duduk kembali ke kursinya.
Terdengar teriakan Juna dari dalam kamar mandi, membuat Luna yang mendengarnya bergidik ngeri, nafas Juna tersengal-sengal begitu kesadarannya sudah mulai pulih.
“Tuan sudah baik saja?” tanya Bara begitu Juna keluar dari bathtub yang sangat dingin itu karna penuh es batu, badannya sudah mulai tidak sepanas waktu obat jahanam itu bereaksi.
“Cari siapa yang sengaja mengerjai ku, akan aku beri pelajaran orang itu.”
“Baik Tuan, saya sudah menyuruh orang untuk mencari informasinya.”
“Bagus, apa aku tadi melakukan hal yang buruk kepada Luna?”
“Ya, sedikit.”
“Apa ia terlihat kesal atau marah padaku?”
“Kelihatannya begitu Tuan.”
“Shit!, trus apa yang harus aku lakukan?”
“Apa lagi selain minta maaf, itu juga kalau dimaafkan.”
“Itu semua gara-gara kamu, ngapain kamu bawa aku kesini, kalau sampai aku tidak dimaafkan kamu yang aku gantung.” seringai Juna dan keluar dari kamar mandi diikuti Bara yang dongkol. Luna masih asik menatap layar datarnya sembari mengetuk-ngetuk kan jemarinya dimeja.
“Ehem!” Juna berdehem berdiri disamping Luna, Luna hanya sekilas melirik dan kembali menatap layarnya.
“Apa kau marah?” Juna bertanya dengan lembut.
“Hmm” jawab Luna singkat.
“Aku minta maaf, aku tidak bisa mengontrol diri gara-gara obat sialan itu, tolong maafkan aku?” Juna menaruh kedua lututnya dilantai dan memutar kursi yang diduduki Luna hingga gadis itu mengarah kepadanya, Juna memegang kedua sisi kursi empuk itu agar tidak bisa bergerak sembari menatap Luna dalam, sementara Luna mau tidak mau menatap kearah Juna yang sudah menatapnya, rambut Juna yang masih basah dengan memakai kaos berwarna putih pres body melihat kan bentuk tubuh yang atletis dan dada bidangnya yang membuat Luna hanya bisa terdiam, tak bisa dipungkiri olehnya kalau laki-laki dihadapannya mempunyai wajah dan tubuh yang sempura, Juna mengembangkan senyumnya.
“Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya.” Luna menghela nafas panjang pemandangan dihadapannya sungguh mencemari mata polosnya ia tak mau melihat itu terlalu lama dan ia pun mengangguk.
“Bener, yakin?” tanya Juna masih tak percaya.
“Kan kamu tidak sengaja, kalau sampai kamu melakukannya dengan sengaja akan aku buat perhitungan denganmu.” Luna melebarkan matanya membuat Juna bukannya takut ia malah terkekeh karna begitu gemas melihatnya.
“Beneran aku tidak sengaja, mana berani aku, tapi aku suka mendengar desahan mu” Juna berucap lirih diakhir kalimatnya membuat mata Luna langsung melebar dan langsung menyentil kening Juna.
“Aauuw, sakit sayang.” Juna meringis kesakitan sembari mengusap keningnya.
“Sudah sana pergi, jangan ganggu, masih banyak kerjaan ini kecuali kalau mau perusahaanmu hancur.”
“Iya-iya.” Juna langsung duduk di kursi yang berada dibelakang Luna sementara Bara masih tetap duduk tenang di sofa yang tak jauh dari tempat duduk Luna sembari tersenyum.
“Sayang, kamu mau makan apa biar bara pesenin?” tanya Juna.
“Aku tidak lapar.” Luna menjawab singkat dan masih fokus menatap layarnya Juna tersenyum.
“Selesai.” Luna berkata dengan gembira.
“Apa yang selesai?” Juna bertanya dengan bingung.
“Laptop ini sudah aku beri pelindung untuk data server jadi tidak akan ada yang bisa menyusup untuk menembus fire wall bahkan fire wall dalam laptop canggih ini akan bisa melacak balik yang berusaha menembus pertahanan lawan, jadi pekerjaan ku sudah selesai, jadi anda bisa bekerja dengan tenang Tuan Arjuna, nanti kalau ada yang menganggu akan langsung terhubung dengan ponselku ini, jadi anda tenang saja.” Luna berkata dengan yakin membuat Juna hanya melongo mendengarkan sementara Bara tersenyum dari tempat duduknya.
ceritanya..
ini masa ketembak lsg ambruk pdhal ga ngenai vital.