NovelToon NovelToon
Sistem Pengganda Uang

Sistem Pengganda Uang

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Kebangkitan pecundang / Harem
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.

Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

"Iya" Nadia mengangguk dan segera menelepon ayahnya.

Nadia mengetikan nomor telepon ayahnya dan terdengar suara dering operator.

Tut..

Tut...

Tutt..

"Halo? Ini aku, nadia pak" gadis itu akhirnya bicara di telepon dengan bawahan ayahnya. "Tolong jemput aku, aku kasih alamatnya sekarang."

Ayah Nadia di Mansion Mewahnya sedang duduk di teras rumahnya, tangannya gemetar saat menggenggam secangkir kopi yang sejak tadi tak disentuh. Pikirannya kalut, hatinya berdebar kencang.

Putrinya, Nadia, 16 tahun, seorang siswi SMA, menghilang sejak semalam. Terakhir kali mereka berbicara pada malam itu, gadis itu pamit pergi bersama teman-temannya untuk sebuah acara makan bersama "Jangan pulang terlalu malam," pesan Adian kala waktu itu. Dan Nadia hanya menjawab dengan tawa kecil, “Iya, Pa. Tenang aja.”

Tapi tengah malam tadi, Bawahannya memberi kabar bahwa mobil Nadia anaknya body belakang nya hancur, dan ditemukan di pinggir jalan yang sepi, tanpa tanda-tanda kecelakaan. Tak ada darah, tak ada sidik jari asing, hanya ada boneka kecil di kursi belakang, boneka yang Nadia simpan sejak kecil pemberian neneknya yang telah meninggal dunia yang seharusnya ada di kamarnya.

Adian Bert terus mencari semalaman tanpa ada istirahat dan sampai pukul 3 dini hari namun hasilnya nihil, istrinya menyarankan untuk pulang agar melanjutkan pencarian esok hari.

Adian Bert terkejut dan senang dengan kedatangan tiba - tiba bawahannya.

Adian Bert sangat menantikan kabar putrinya yang semalam menghilang.

"Ada apa? Putri ku udah ketemu?" Ucap Ayah Nadia dengan cepat dan nada yang cukup senang.

"Benar pak, dia menyuruh kami menjemput nya di Jalan Sumaja 1 dan sudah share location." Jawab Bawahan nya.

"Yasudah, saya sendiri yang akan menjemput putri ku, Kalian siapin mobil aja" dibalas anggukan oleh bawahan itu.

Nadia udah ditemukan, Bun," ucap Adian dengan suara bergetar.

Laras, yang baru saja berjalan dari ruang keluarga mansion mewah mereka ke kamarnya, langsung menghentikan langkahnya. Matanya melebar, napasnya tercekat. “Di… di mana Nadia anak ku sekarang? Apa dia baik-baik saja?” tanyanya dengan suara penuh kecemasan.

Adian menghembuskan napas lega, tapi suaranya masih sarat dengan emosi. “Barusan Nadia nelpon. Aku gak tahu dia nelpon bawahan kita untuk menjemput nya si Jalan Sumaja 1."

Laras terhuyung ke sofa, tubuhnya seketika lemas setelah semalaman dihantui ketakutan. “Ya Tuhan… syukurlah.”

Adian meraih kunci mobil. “Aku mau jemput Nadia sekarang.”

Laras mengangguk cepat. “Aku juga ikut.”

Tanpa menunggu lebih lama, mereka berdua melesat keluar rumah. Sepanjang perjalanan, Adian terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya semalam? Bagaimana dia bisa berada di Jalan Sumaja 1?

Setibanya di lokasi, sebuah rumah sederhana berdiri di tengah lingkungan yang tenang.

Tak butuh waktu lama setelah panggilan telepon itu berakhir, suara deru mobil terdengar mendekati rumah Rian.

Setibanya di lokasi, sebuah rumah sederhana berdiri di tengah lingkungan yang tenang.

Dari jendela, Rian bisa melihat sebuah mobil hitam mengilap berhenti tepat di depan pagar. Pintu terbuka, dan beberapa orang berpakaian formal keluar dengan ekspresi tegang. Seorang pria paruh baya dengan jas mahal melangkah cepat, diikuti banyak orang berpakaian rapi yang jelas-jelas mirip seperti pengawal pribadi.

Begitu pintu rumah dibuka Adian, suara lantang langsung terdengar memenuhi ruangan.

"Di mana putriku?!" suara Adian itu menggema. Tatapannya tajam menyapu seluruh ruangan, sampai akhirnya tertuju pada gadis berambut biru yang berdiri di samping Rian.

"Papa… Mama..." gadis itu memanggil dengan suara pelan.

Tanpa pikir panjang, pria itu langsung berjalan cepat ke arahnya dan menariknya ke dalam pelukan. Namun, setelah memastikan putrinya aman, dia berbalik ke arah Rian dengan wajah penuh amarah.

"Kamu!" suaranya menggelegar.

 "Apa yang sudah kamu lakukan pada putriku?!"

Rian mengangkat alis, kaget tapi juga malas berdebat. "Saya? Saya enggak ngapa-ngapain kok pak. Justru saya yang nolongin dia."

"Omong kosong!" Pria itu melangkah lebih dekat, matanya melotot, suaranya penuh emosi dan menunjuk dengan jari telunjuknya, ia pun berteriak "Aku bisa menuntutmu atas penculikan! Apa maumu, ha? Uang?!

Rian mendengus, mulai kesal, Rian menatap . "Saya enggak butuh uang. Putri om yang butuh bantuan, saya cuma nolongin dia"

Para pengawal terlihat bersiap, seolah menunggu perintah untuk bertindak. Rian tetap tenang, tapi dalam hati dia mendesah. Masalah macam apa lagi ini?

Namun sebelum situasi semakin panas, Nadia Bert akhirnya angkat suara setelah puas memeluk ibunya.

"Papa! Berhenti!" seru Nadia.

Sang ayah terdiam karena kaget dengan perkataan putrinya.

Ia langsung menoleh ke belakang.

"Dia enggak nyulik aku. Aku yang butuh bantuannya. Kalau bukan karena dia, mungkin aku udah dibunuh oleh orang-orang itu!" Jawab Nadia

Raut wajah pria itu berubah sedikit, tapi amarahnya masih terlihat. "Ta- Tapi.."

"Enggak ada tapi - tapi an pa. Rian nolongin aku, titik." gadis itu menegaskan.

Suasana tiba-tiba jadi hening. Pria itu menatap putrinya, lalu menatap Rian yang santai melihat mereka.

Seketika, intensitas kemarahannya berkurang.

Dia akhirnya menghela napas panjang. Lalu, dengan suara lebih rendah, dia berkata, "Baiklah… kalau memang begitu… Aku minta maaf."

Rian hanya mengangkat bahu. "Enggak masalah. Yang penting, sekarang dia aman."

Pria itu masih terlihat sedikit canggung, tapi akhirnya mengangguk. "Terima kasih… atas bantuanmu."

Adian Bert mengeluarkan segepok uang dari jasnya dan memberikan ke Rian, “Ini sebagai bentuk terima kasih, aku cuma bawa segini.”

Namun, tanpa ragu, Rian langsung menolak.

“Aku nggak butuh uang itu.” Pak Adian sempat terkejut. Seumur hidupnya, dia jarang bertemu seseorang yang menolak uang sebanyak itu.

Sebelum keheningan semakin panjang, Nadia tiba-tiba berbicara. Dengan mata tajam, ia menatap Rian, "Kalau kamu butuh bantuan, aku akan beri bayaran.. dengan cara apa pun." ucap Nadia dengan muka yang memerah.

Rian menatap Nadia dengan ekspresi sulit ditebak. Kata-katanya barusan terasa begitu berat, seolah ia benar-benar berhutang budi padanya.

Pak Adian mengernyit, jelas tidak menyukai nada ucapannya. "Nadia, jangan bicara sembarangan."

Namun, Nadia tetap berdiri tegak, matanya tidak lepas dari Rian. "Aku serius. Kamu menyelamatkan nyawaku, dan aku tidak ingin merasa berhutang begitu saja."

Rian menghela napas, lalu menepuk pundak Nadia. "Nadia, Aku nggak butuh bayaran apa pun. Aku cuma nolong tanpa maksud lain."

Nadia menggigit bibirnya terlihat sedikit frustrasi. Ia bisa melihat Rian bukan tipe orang yang mudah dimanfaatkan oleh imbalan materi. “Tapi—”

Pak Adian mengangkat tangan, menghentikan putrinya. “Sudah cukup, Nadia. Kalau Rian tidak mau menerima, jangan memaksa.”

Namun, sebelum mereka pergi, Pak Adian menatap Rian dengan lebih serius. “Kalau suatu hari kamu berubah pikiran, datanglah padaku. Aku tidak suka berhutang pada siapa pun.”

Rian hanya mengangguk, sementara Nadia masih terlihat ragu. Setelah beberapa saat, Pak Adian dan anak buahnya keluar dari rumah, meninggalkan Rian dalam keheningan.

Setelah itu, dia menoleh ke putrinya. "Ayo kita pulang."

Di luar rumah, Nadia melirik ke arah pintu sebentar sebelum akhirnya mengikuti ayahnya menuju mobil. Dalam hatinya, ia berkata "Tunggu saja rian, aku pasti akan mendapatkan cintamu."

Tak lama, mereka pergi. Rumah kembali sunyi.

Rian duduk di sofa, menghela napas panjang. "Pagi yang luar biasa.., besok udah senin, bakal sekolah, kembali di bully lagi hadeh.. capek.." gumamnya sambil menatap langit-langit.

DING!

1
ALAN
min typo/Facepalm/
ALAN
Nah akhir nya, kaya kan dirimu Rian
ALAN
Lanjut thor
ALAN
Lanjut thor, siapa wanita paruh baya itu
Kang ozy
Luar biasa
Hiu Kali
pikir hadiahnya kemampuan trading tingkat tinggi thor.. jadi cepet mengamankan posisi dalam hitungan satu bulan.. jangan lupa nadia juga..kasihan..jangan jadi kacang lupa sama kulitnya..
Hiu Kali
howrang kaya lho thor shasha ini.. afa hiya tabrakan tidak ada penjaganya?
Teguh Aja: Sasha sedang bertengkar dengan ayahnya dan ia kabur dengan sopirnya tanpa membawa hp maupun dompetnya 🙏
total 1 replies
Hiu Kali
jangan lupa suruh rian belajar trading thor.. biyar cepet kayah rayah dia..
ALAN: iya thor bener
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!