Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.
Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.
Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.
Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.
Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.
Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Sepotong Kata
19.00 WIB — Apartemen Revan Halim
Tidak ada rasa kesal yang Revan tampakkan sebelumnya, bukan berarti ia tidak emosi mengetahui perubahan sikap yang ditunjukkan oleh istrinya.
Ia hanya memilih diam dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Sementara Keira, tidak berani mendekat dan hanya memilih duduk di sudut ranjang.
"Kamu pergi ke mana saja hari ini?" tanya Revan memulai perbincangan yang dirasakan canggung.
Keira mengesah dan menghela napas panjang sebelum memulai perbincangan.
"Boleh aku bertanya terlebih dahulu sebelum menjawab?" tanya Keira dengan tatapan serius.
"Ada apa?"
"Kenapa tidak mengatakan jika kalian berdua memiliki hubungan? Seharusnya kamu menolak keinginan papa kamu jika pernikahan ini tidak sesuai dengan nurani kamu." Keira memasang wajah kesalnya.
Revan terkejut. Ia bahkan bagai disambar petir mendengar penuturan istrinya.
"Apa maksudnya?" tanyanya berpura-pura tidak tahu.
"Kamu dan Mbak Wina, tidak perlu ditutup-tutupi jika kalian adalah sepasang sejoli yang saling mencinta. Untungnya aku belum benar-benar jatuh cinta dan menyerahkan diriku untukmu. Meskipun status kamu adalah sebagai seorang suami. Tapi, apakah tindakanmu benar bersikap seperti itu dibelakangku? Meskipun aku masih hanya istri yang sah di mata agama dan tidak di mata hukum!"
Revan terkesiap menahan ludahnya. Ia tidak percaya jika Keira yang lugu berani bersikap seperti ini. Meski tidak diragukan lagi jika ia sering melakukan pemberontakan.
"Tapi aku memang benar mencintai kamu Keira, hanya kamu. Aku tidak pernah memiliki perasaan terhadap wanita manapun! Kecuali pemuas nafsu!" teriaknya, tak kalah histeris dengan Keira.
Kedua mata mereka saling menatap. Bedanya, Keira menatap penuh amarah dan kebencian. Sedangkan Revan melemparkan tatapan sendu.
"Akhiri sikapmu mempermainkan wanita. Jika kau pikir uang adalah tolak ukur kekuasaan yang mampu membuatmu membeli apapun! Kamu salah, kamu bahkan tidak bisa membeli ku dan juga kehormatan ku dengan itu. Kenapa kamu tidak berpikir mengakhiri saja pernikahan ini?"
Keira menangis tersedu-sedu. Wajar menangis bagi wanita yang tersakiti hatinya, terlebih sikap Revan terlalu berlebihan. Menganggap hubungan intim adalah hal biasa yang bisa dilakukan.
Sementara Keira, adalah gadis yang berpegang teguh dengan pendirian dan norma yang berlaku.
"Apakah kamu tidak terlahir dari seorang perempuan? Apakah kamu juga tidak memiliki saudara perempuan?" tanya Keira dengan nada tinggi.
Revan menggeleng cepat, "Jangan lanjutkan berkata seperti ini Keira."
"Katakan, kita berakhir atau terus? Aku menunggu keputusan kamu. Aku tidak takut meski kamu bilang keluargaku memiliki banyak hutang! Aku juga tidak takut meski kau anggap bawahan! Jika memang aku bukan wanita yang kau inginkan, maka jangan ikat aku dengan hubungan pernikahan," seloroh Keira semakin membuat Revan disambar petir hebat.
"Aku ingin melanjutkan pernikahan kita dengan segala konsekwensinya. Aku terima seluruh hukuman dalam bentuk apapun jika aku melanggar," ucap Revan percaya diri.
"Baik, aku sudah tahu jika kamu dan Wina sejatinya memiliki hubungan. Lalu, apa yang akan kamu lakukan untuk solusi hubungan kita ini?"
Keira amat geram. Ia tak rela dikhianati. Apa lagi sebelumnya Revan telah menabur janji.
"Aku minta maaf untuk kekuranganku aku berjanji akan memperbaiki semuanya. Jika dengan memecat Wina hatimu tenang, tunggu saja aku sedang mencari sekretaris pengganti."
Revan berubah masam. Rautnya kini terlihat dingin. Ia merasa kesal karena Keira mengetahui semua rahasianya begitu saja.
Ia bahkan merasa bodoh saat ini. Ia bahkan pasrah karena takut kehilangan istrinya. Rasa yang berbeda dengan setiap kali ia berhubungan dengan wanita manapun.
"Maaf itu soal mudah. Tapi bagaimana cara ia memperbaiki! Percuma jika meminta maaf ribuan kali tapi tetap mengulangi kesalahan yang sama," ujar Keira dengan raut kesal.
"Kalau begitu apa keinginan kamu," balasnya.
"Aku sudah menerima tawaran pekerjaan Bramantyo," tukas Keira mengangetkan Revan.
Ia refleks menoleh dan mendekat. Menangkup wajah mungil Keira dengan penuh emosi yang tersirat.
"Kau berani melakukan hal ini?" tanyanya dengan manik matanya bergerak-gerak.
"Kenapa tidak? Kau tidak memberikan kebebasan. Aku amat penurut dan apa yang kudapat," balas Keira.
"Apa kamu terikat kontrak?" tanya Revan penasaran.
"Ya, aku memandanginya selama dua tahun," balasnya cepat.
Membuat Revan menepuk keningnya sendiri. Ia merasa berantakan saat ini. Bagaimana mana mungkin posisinya 180 derajat terbalik sekarang.
**
Usai pertengkaran itu, keduanya menjadi canggung. Dan Keira semakin merasa hidup di neraka. Revan berubah jadi seorang yang pencemburu.
Ia menerima telepon dari kakaknya saja sampai diawasi. Selain itu Keira tidak memiliki ijin lagi untuk keluar rumah selain bekerja karena terlanjur terikat kontrak dengan musuh bebuyutannya itu.
Revan membuka tutup laptopnya. Ia seperti orang linglung. Tepatnya bak puber kedua. Seperti merasa jatuh cinta kedua kalinya.
Ia bingung sekaligus kesal harus kehilangan Keira sebagai asisten pribadinya.
"Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku," ujarnya bergumam.
Malam itu, Keira tidur terlelap. Tapi Revan tetap membuka matanya. Segala posisi tidur telah ia coba. Meski begitu hasilnya gagal juga.
Keira yang menyadari suaminya gelisah. Ia tersenyum dalam gelungan selimut.
Diam-diam Revan meraih ponsel milik Keira. Ia merogoh tas clutch bag berwarna merah yang terakhir kali istrinya pakai.
Ketemu. Ia tersenyum sumringah. Dibukanya satu demi persatu dengan siapa istrinya bertukar pesan, dengan siapa ia melakukan panggilan telepon, hingga semua akun sosial media Keira pun ia perhatikan.
Revan amat cerdik. Ia menyimpan dengan rapi semua email yang terpasang di ponsel istrinya. Naasnya, Keira telah tertidur pulas ketika ponselnya di acak-acak.
Ia terus mengotak-atik benda pipih berbentuk persegi itu hingga sepertiga malam. Kantuk kini mulai menderanya. Ucapan Keira untuk bekerja pada Bram sungguh membuatnya tak tenang.
Beberapa kali bahkan ia menguap. Tetapi tetap saja sama ia berusaha terjaga menyalin beberapa nomor penting yang sering dihubungi Keira ke dalam ponsel miliknya.
Sungguh menakutkan sosok suami seperti Revan. Bahkan, ia memiliki rencana ingin menguntit Keira di hari pertamanya berkerja dengan Bram pagi nanti.
Sungguh sikap gila. Ucapan seseorang yang amat dicintai memang mampu mengubah pikiran seseorang itu juga.
Cinta memang sedikit gila, bahkan begitu implusif mengesampingkan nalar setiap bertindak.
Pukul 04.00 WIB menjelang subuh. Akhirnya Revan terlelap juga. Untungnya ia sudah mengembalikan ponsel Keira kembali ke keadaan semula.
Keira menggeliat bangun saat suaminya baru saja memejamkan matanya. Wajahnya yang begitu tegas, terlihat menawan dalam posisi tidur.
Sikap arogannya seakan sirna terkikis malam. Keira mengusap anak rambut Revan, kemudian jemarinya berpindah pada pipi suaminya.
Air mata Keira meleleh. Ia tidak menyangka jika pria yang amat dibencinya dengan segudang pengkhianatan ini menjadi seorang suami. Kepala rumah tangganya. Dan calon ayah bagi anak-anaknya.
Mampukah Keira nantinya merubah seluruh sikap buruk yang ditunjukkan oleh Revan saat ini? Dan dengan siapa ia berjodoh sebenarnya?
Ia tentunya tidak mau melegalkan pernikahan secara hukum sebelum sikap Revan diperbaiki. Dan bagaimana jika nanti ia bekerja dengan Bramantyo? Akankah berdampak buruk bagi pernikahannya?
— To Be Continued