Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.
Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.
Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
...Yui Nakahara...
Saat Naoki dan Keisuke kembali ke sekolah, mereka langsung menuju ruang UKS. Yuna melihat mereka datang dan segera mendekati mereka. "Kenapa tinggalin Yuki sendirian?" tanya Yuna, nada suaranya terdengar sedikit tajam.
Naoki hanya mengangkat bahu. "Tenang aja, Bu Ayaka yang nungguin Yuki."
Yuna mendadak terdiam. Namun di dalam hatinya, itu justru masalah besar. 'Ayaka dan Yuki berdua di rumah sakit?' Itu sama sekali bukan hal yang baik. Tapi, Yuna tidak ingin menunjukkan kegelisahannya. Dia tidak mau Naoki dan Keisuke mencurigai sesuatu. Jadi, dia hanya mengepalkan tangan, menahan emosinya.
Namun, Yui memperhatikan ekspresi Yuna yang berubah saat mendengar nama Ayaka. "Ada apa ini?" gumam Yui dalam hati. Sebelum Yui sempat bertanya lebih lanjut, tiba-tiba terdengar suara batuk pelan. Semua orang langsung menoleh. Nana sudah siuman. Yuna segera mendekatinya, meraih tangannya.
"Dimana Yuki?" suara Nana lemah, nyaris berbisik.
Keisuke langsung menjawab dengan santai. "Tenang aja, Nana. Yuki di rumah sakit, dia,,,"
"Yuki baik-baik saja, hanya butuh istirahat." Yuna memotong ucapan Keisuke cepat. Dia tidak ingin Keisuke menyebutkan bahwa Ayaka ada di sana. Namun, tindakannya justru menambah kecurigaan Yui. Yui mengamati Yuna dengan mata menyipit. Ada sesuatu yang disembunyikan.
Tapi sebelum Yui bisa bertanya, dia menarik napas dalam. "Karena Nana sudah baik-baik saja, Gua permisi." Dia berbicara santai, seolah tidak mencurigai apa pun.
Semua orang mengira Yui hanya ingin kembali ke kelas. Tidak ada yang curiga. Namun, Kai diam-diam memperhatikan Yui. Saat Yui keluar dari ruang UKS, Kai mengernyitkan dahi. Kemudian, tanpa suara, dia mengikuti Yui.
Tapi setelah berjalan beberapa langkah, Kai menyadari sesuatu. Yui tidak berjalan menuju kelas. Dia justru mengambil jalan menuju gerbang sekolah.b"Mau kemana dia?" pikir Kai.
Namun, Kai akhirnya mengabaikan rasa penasarannya dan memutuskan kembali ke kelas. Sementara itu, Yui pergi ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Yui tidak langsung masuk ke kamar Yuki. Sebaliknya, dia mengendap-endap di koridor, memastikan langkah kakinya tidak terdengar. Matanya menatap ke dalam kamar melalui pintu kaca.bDan apa yang dia lihat, Membuatnya terkejut. Ayaka sedang duduk di samping ranjang Yuki, menggenggam tangannya erat. Bukan hanya itu, Ayaka menangis.
Mata Yui membesar. Otaknya langsung bekerja, menggabungkan semua informasi yang ia tahu. "Mungkinkah Ayaka menyukai Yuki?" Atau malah "Mereka punya hubungan?" Lalu "Pertarungan Yuki dengan Nana, Mungkinkah itu ada hubungannya dengan Ayaka?"
Yui terdiam, mencoba memahami semuanya. Ada sesuatu yang besar di balik ini semua. Yui tidak masuk ke dalam ruangan. Dia hanya ingin memastikan sesuatu. Setelah melihat cukup bukti, dia memutuskan untuk pergi.
Namun, di dalam kamar, Ayaka sekilas melihat bayangan seseorang di depan pintu. Refleks, dia bangkit. Saat dia membuka pintu dan melongok keluar, dia melihat seorang gadis berseragam SMA Kageyama berjalan menjauh. "Siapa dia?" gumam Ayaka. Otaknya mencoba mengingat murid-murid yang dekat dengan Yuki. Namun, tidak ada satupun yang menggunakan bando merah. Lalusebuah bayangan muncul di pikirannya. Gadis yang memimpin kelas 1F. "Yui?,, Mau apa dia ke sini?" Ayaka menyipitkan mata. Perasaannya tiba-tiba tidak enak.
**
Sementara itu, di ruang UKS, Hanya Nana dan Yuna yang tersisa. Tiba-tiba Nana mulai memukul dirinya sendiri. "Bodoh bodoh, Bodoh" Pukulan itu tidak keras, tapi tetap saja, Yuna langsung bertindak. Dia menangkap kedua tangan Nana, menghentikannya. "Semuanya sudah terjadi," suara Yuna lembut, "Jangan salahin diri lu sendiri."
Namun, Nana mulai menangis. "Yuki nggak akan maafin gua," suaranya bergetar. "Dia pasti ninggalin gua."
Yuna langsung memeluknya erat. "Dia nggak akan ninggalin lu," bisiknya.
Tapi Nana menggeleng. "Nggak, Yuna, Gua udah keterlaluan". Saat kondisi sadar Nana mengakui kesalahannya, tindakannya sungguh keterlaluan.
Yuna menghela napas." Dengerin gua, Nana. Yuki itu, dia sangat mencintai lu. Gak mungkin dia ninggalin lu begitu aja."
Nana terdiam, lalu "Ayo kita ke rumah sakit."
Yuna membelalak. "Mau Apa?"
Nana menatapnya dengan mata yang masih basah. "Gua mau lihat Yuki."
Namun, Yuna langsung menolaknya. "Jangan sekarang."
Nana mengernyit. "Kenapa?"
Yuna berusaha tetap tenang. Dia tidak bisa membiarkan Nana pergi ke rumah sakit, Karena Ayaka ada di sana. Jika mereka bertemu dalam kondisi seperti ini, Itu hanya akan memperburuk semuanya. Jadi, Yuna mencoba meyakinkan Nana. "Beri waktu Yuki sendiri dulu. Tolong, Nana, Jangan ke rumah sakit sekarang."