NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ENAM

Nara merasakan darahnya membeku saat menyadari bahwa pria di hadapannya adalah dosen baru yang akan mengajar mata kuliah yang dia ambil semester ini. Matanya terpaku, tak berkedip, menyerap setiap detail dari wajah dosen muda itu yang kini terlihat semakin jelas di mata Nara.

Tiba-tiba, dengan langkah yang tegas dan penuh otoritas, dosen itu mendekati meja Nara, sepertinya dosen muda itu masih mengingat jelas wajah gadis yang menyiramnya dengan susu milo. Tanpa mereka sadari, apa yang Gala lakukan, menarik perhatian seluruh mahasiswa di kelas itu.

"Hem... kamu...? Tak disangka ternyata kampus ternama ini, bisa memiliki mahasiswi yang barbar sepertimu. Apa seperti ini, caramu menatap dosenmu, hemm...?" suara dosen muda itu terdengar sinis, bibirnya menyeringai seolah-olah mengejek kekaguman yang tidak sengaja terpancar dari mata Nara.

Seketika ruang kelas membeku, seluruh mahasiwa yang ada di dalam kelas itu, bertanya tanya atas sikap dosen baru itu yang terlihat jelas tengah ada masalah pribadi dengan bintang kelasnya.Nara terjengit, ketika dosen muda itu menepuk mejanya, dengan kedua tangan besarnya itu, sebagai penopang untuk menatap wajah nara lebih dekat.

"Apa tak ada yang ingin kamu katakan...?" desis dosen muda itu,seakan menantang.

"Oh... maaf, Pak...atas kejadian  hari itu " kata Nara, suaranya bergetar sedikit, keberaniannya yang semula membara kini menciut menjadi bara yang nyaris padam.

Ketidakberdayaan terasa menggenggam erat hatinya."Maafmu saya tolak..." balas dosen itu, suaranya begitu dingin sehingga seolah-olah menambah ketegangan yang sudah terasa menggantung di ruangan kelas.

Mahasiswa yang mendengar obrolan dosen dan bintang kelas itu seketika saling adu pandang satu sama lain, seakan tatapan mereka mencari jawaban atas kejadian yang tengah mereka lihat.

"Haaa..?" Nara hanya bisa bergumam, jantungnya berdebar keras dan pikirannya diliputi kebingungan, di tengah situasi yang tidak ia percaya. Dalam benaknya, seribu pertanyaan berkecamuk, mencari cara untuk menghadapi dosen yang memiliki aura yang menakutkan itu.

"Katakan, apa yang harus saya lakukan, untuk menebus kesalahan yang saya lakukan?" suara Nara bergetar, mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

Dosen itu memandang tajam, dengan senyum sinis yang semakin mempertegas wajah angkuhnya.

"Ini masalah pribadimu, dan saya rasa tidak etis untuk kita bahas di sini. Temui saya setelah jam perkuliahan," tegasnya, suaranya dingin memotong harapan Nara.

"Baik, saya akan menemui Bapak," balas Nara dengan nada penuh tekad. Ia harus menyelesaikan masalahnya dengan segera. Nara sadar betul bahwa kesalahannya bisa saja mengancam masa depan akademisnya, dan ia tidak ingin membiarkan itu terjadi.

Pagi itu mood Gala berantakan, dihari pertamanya mengajar dia harus dihadapkan dengan gadis tengil yang tak tau sopan santu. Yang dengan lancangnya menuduh dirinya melakukan pelecehan. Kejadian di kafe itu terus membekas di benak Gala. Nara satu satunya manusia yang berani memperlakukannya dengan buruk.

"Baik lah, perkenalkan nama saya Gala Wijaya, Saya lulusan universitas Harvard, saya di semester ini mengampu mata kuliah manajemen bisnis" ujar Gala dengan tegas.

"Diharapkan semua bisa memberikan perhatian penuh, hari ini kita akan membahas tentang strategi bisnis modern yang akan sangat berguna bagi karir kalian di masa depan," ujar Prof.Gala, sambil menyiapkan slide presentasi.

Nara cepat-cepat membetulkan posisi duduknya, sambil sesekali mencuri pandang ke arah Prof. Gala. Dia tidak bisa percaya bahwa seorang ahli yang sering ia baca tulisannya kini berdiri hanya beberapa meter darinya, membagikan ilmu secara langsung di hadapannya.

Namun sayang, Nara melakukan kesalahan besar pada sosok profesor yang sangat ia kagumi itu.

Hari ini, kelas berlangsung sangat interaktif. Prof. Gala tidak hanya mengajar, tapi juga memprovokasi mahasiswa untuk berpikir kritis dan menganalisis kasus-kasus nyata.

Nara yang semula hanya asyik dengan pikirannya sendiri, kini terlibat penuh dalam diskusi, menyampaikan pendapat dan pertanyaan yang cerdas yang membuat Prof. Gala kagum dengan kecerdasan Nara. Namun sayang hal itu tak cukup mampu untuk mengubah penilain buruk Gala terhadap sikap  Nara.

Saat istirahat berlangsung, Nara duduk termenung di kursinya, seolah-olah terkurung dalam lamunan yang tak bisa diajarnya sendiri. "Na, kamu gak lupa kan? Prof. Gala memintamu untuk menemui dia," bisik Sasa lembut, mencoba menariknya kembali ke dunia nyata. Nara menghela napas berat.

"Hem, aku tahu. Tapi, aku benar-benar bingung harus mengatakan apa ke Prof. Gala," katanya, raut wajahnya mencerminkan kebingungan yang mendalam.

"Kadang, mengakui kesalahan bisa jadi jalan terbaik, Na. Mungkin dengan begitu Prof. Gala akan lebih mudah memahami dan memaafkanmu. Meski aku tahu ini hanya salah paham," ujar Sasa, penuh harap. Kata-katanya bagai semangat baru bagi Nara.

"Ya, kamu benar, Sa," balas Nara, semangatnya mulai terbangun. Dengan tekad yang telah dibenahi, Nara bangkit dari kursinya, langkah kakinya terasa lebih ringan. Dengan hati yang masih berdebar, ia berjalan menuju ruang Prof. Gala. Dengan perasaan campur aduk, ia mengetuk pintu kaca ruangan tersebut. Tak lama, suara tegas Prof. Gala menyambutnya dari seberang pintu.

"Masuk..." Jawabnya dengan nada yang membuat hati Nara seakan tenggelam ke dalam lautan ketidakpastian.

Gala melemparkan pandangan sekilas, tajam seperti belati menembus angin malam. Mahasiswinya itu, Nara, terlihat tenggelam dalam kebisuan di kursi yang terletak di seberang meja kerjanya. Dari balik bibir tipisnya, senyum sinis terselip, meninggalkan jejak dingin yang menusuk ruang.

"Siapa namamu?" suaranya menggema, memecah keheningan, berselimut ketus dan dingin. Nara mengangkat wajahnya, tatapan matanya bertemu dengan sinis yang tak berkedip.

"Nana, Pak," jawabnya, cepat dan cemas. "Di kampus ini banyak yang bernama Nana, nama itu terlalu pasaran. Sebutkan nama lengkapmu," perintah Gala, matanya tak pernah berpaling menatap Nara, suara yang dituturkannya bagai es yang tak tertcairkan oleh matahari.

Dengan alis yang berkumpul di tengah dahi, Nara mendelik, rasa tertusuk menguar dalam dadanya saat mendengar namanya dipandang sepele oleh Profesor yang dikenal tajam lidahnya itu.

"Kamu tak mendengar?" tegas Gala, mengulurkan kata-kata dengan keangkuhan yang melingkupi setiap huruf yang diucapkannya. Nara merasakan tekanan di dadanya.

"Oh, maaf Prof. Nama saya Kinara Harisman," suara Kinara terdengar serak dan gentar. Mendengar nama itu, detak jantung Gala terhenti, seakan waktu berhenti berputar. Dengan tatapan yang tajam dan penuh tanya, dia menelisik wajah Kinara yang kini membeku seperti patung.

"Siapa? Ulangi sekali lagi," desak Gala, rasa penasarannya semakin menggebu. Dengan suara yang lebih lantang Nara mengulangnya.

"Kinara Harisman, Prof," tegas Kinara. Keterkejutan di wajah tampan Gala terpancar jelas, Gala berdiri dengan gesit, menatap dalam-dalam ke dalam mata Kinara, mencari jawaban atas kegelisahan yang tiba-tiba muncul.

Sontak, intensitas tatapan itu membuat Kinara merasa seperti terjebak, meningkatkan rasa takutnya. Dengan refleks, ia mendorong dada Gala, mencoba menjaga jarak antara mereka. "Apa yang Prof lakukan?" tanya Kinara dengan nada tinggi dan wajah yang memerah, campuran rasa marah dan ketakutan menguasai dirinya saat ini.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!