"Tidak ada yang namanya cinta sejati di dunia ini. Kalaupun ada, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami." ~Liam
"Cinta sejati tak perlu dicari. Dia bisa menemukan takdirnya sendiri." ~Lilis.
Bagaimana ceritanya jika dua kepribadian yang saling bertolak belakang ini tiba-tiba menjadi suami istri?
Penasaran? Ikuti kisahnya sekarang ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Sengaja Mengatur
...----------------...
Lilis sedang rebahan santai sambil menonton acara di televisi ketika ponselnya berdering nyaring. Ada panggilan telepon pada benda berbentuk persegi panjang tersebut. Lekas, dia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Diterimanya panggilan telepon atas nama Ay Ay Suami tercinta.
"Halo, Ay? Ada apa?" tanya Lilis membuka percakapannya.
"Segera siap-siap! Aku mau mengajakmu ke suatu tempat."
"Hah? Sekarang? Bukannya kamu, teh, masih kerja?" Lilis terkejut mendengar suaminya berkata seperti itu di seberang telepon.
"Aku lagi di jalan. Sebentar lagi sampai di rumah. Pokoknya aku nggak mau lama nungguin kamu dandan dulu. Jadi, kamu harus bersiap dari sekarang!"
"Iya, tapi kita mau ke mana?" Pertanyaan Lilis dibalas dengan bunyi 'tut' tanda panggilan berakhir. "Eh ... kok, dimatiin?" ucap Lilis sambil menatap layar ponselnya yang tak lagi mengeluarkan suara.
Perempuan itu menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Lama-lama sikap Liam semakin menyebalkan. Namun, Lilis masih bisa memupuk kesabaran.
"Oke. Lilis mau dandan yang cantik biar si Ay Ay nggak malu ngajak Lilis jalan-jalan," ujar Lilis dengan senyuman yang mengembang. Lekas, perempuan itu pun kembali ke kamar untuk berdandan seperti yang Liam perintahkan.
Beberapa menit kemudian, mobil yang Liam kendarai sudah parkir di halaman. Lilis pun sudah selesai dengan polesan akhir di wajahnya.
Lilis membingkai senyuman manis sambil menatap bayangannya di pantulan kaca. Perempuan itu terlihat sangat memesona. Kedua mata berbinar cerah sebening kaca, dihiasi bulu mata lentik yang melengkung di atasnya, membuatnya terlihat seperti boneka Barbie yang cantik jelita.
Batang hidungnya yang lurus dan berujung lancip menambah kharisma Lilis dari segala arah. Lilis tidak perlu memerlukan banyak make up untuk memanipulasi wajahnya. Cantik alami sudah menjadi predikatnya sejak lama.
"Lis?"
Lilis terperanjat saat Liam memanggilnya dari luar kamar. "Iya, Ay," balasnya lalu meraih tas yang ada di atas ranjang. Setelah itu berlari untuk menemui suaminya.
"Kita mau ke mana, sih, Ay?" tanya Lilis ketika sudah berhadapan dengan Liam.
Liam tertegun sejenak melihat penampilan Lilis. Tidak bisa dipungkiri jika kecantikan istrinya berkali-kali lipat hari ini.
"Ay?"
"Hah? Apa?" Liam tersadar dari lamunannya.
"Kita mau ke mana?" tanya Lilis lagi.
"Ikut aja. Kamu udah siap, kan?"
Lilis mengangguk menanggapinya pertanyaan Liam. Perempuan itu tak lagi banyak bertanya karena mungkin suaminya tersebut mau memberikannya kejutan. Lilis hanya berharap semoga kejutan itu menyenangkan.
****
Setelah beberapa saat berkendara, tibalah mobil Liam di parkiran sebuah Mall terbesar di kotanya.
"Ini yang namanya Mall itu, ya, Ay?" Lilis menatap takjub bangunan megah dan tinggi di hadapannya kini. Perempuan itu baru menginjakkan kakinya di sana untuk pertama kali. Semenjak pindah ke kota, Lilis memang belum pernah ke mana-mana. Selama tinggal di rumah kakeknya, Lilis hanya tinggal di rumah saja. Begitupun, setelah menikah dengan Liam, kegiatan Lilis tak jauh dari tempat kursus dan rumah suaminya saja.
"Iya. Sekali-kali kamu harus melihat dunia. Buat apa jadi orang kaya kalau jalan-jalan ke Mall aja belum pernah," celetuk Liam menyindir istrinya. Baginya, Lilis bagaikan katak dalam tempurung yang tidak tahu apa-apa.
Lilis mengecurutkan bibirnya merasa tidak senang. Namun, ketika dirinya melihat senyuman Liam, rasa kesalnya itu mendadak hilang. Jarang-jarang lelaki tampan itu mengumbar senyuman. Tentu saja membuat Lilis semakin mabuk kepayang.
"Kalau gitu Ay harus sering-sering ngajakin Lilis jalan-jalan atuh, ya," ujar Lilis sambil bergelayut manja.
Seketika Liam menarik senyumannya. Sentuhan Lilis seperti aliran listrik yang membuat darahnya berdesir hebat. Liam jadi salah tingkah dan berupaya untuk melepaskan rangkulan Lilis dengan lembut, tetapi tidak bisa. Perempuan itu seperti ulat bulu yang begitu erat menempel di lengan suaminya.
"Hayu, atuh, masuk! Masa di sini terus," ujar Lilis mengajak suaminya yang masih gugup. Lilis tersenyum jahil melihat tingkah suaminya tersebut.
"Lilis mau tahu sampai kapan tembok pertahanan kamu runtuh, Ay," ucapnya dalam hati. Bibirnya mengulas senyuman penuh arti.
Keduanya pun berjalan berdampingan menyusuri pertokoan yang ada di dalam Mall. Lilis juga berulang kali mencoba eskalator. Tangga jalan itu membuatnya seperti melayang. Sungguh, Liam dibuat malu oleh kelakuan istrinya yang sangat kekanakan.
Akan tetapi, dibalik jengkelnya dengan tingkah konyol sang istri, tersembunyi satu rasa yang membuat hati Liam menghangat dan berseri-seri. Terbukti dengan bibir Liam yang tak luput dari senyuman manis yang selalu terpatri.
Liam sengaja membawa Lilis melewati sebuah toko kosmetik dan alat kecantikan. Perhatian Lilis pun tersita ketika dirinya mengingat alat make up yang belum dia punya. Perempuan itu sejenak tertegun di depan toko kosmetik tersebut.
"Kenapa?" tanya Liam pura-pura tidak tahu.
"Ehm ... Lilis boleh, nggak, lihat-lihat ke toko ini sebentar?"
Lilis menunjuk pada toko kosmetik di sampingnya, membuat Liam menoleh mengikuti arah telunjuk istrinya tersebut.
"Oh, boleh. Tapi aku mau ke toilet sebentar. Sekalian kamu tunggu aku di sini aja," ujar Liam. Lilis menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kemudian, Lilis pun masuk ke toko kosmetik itu.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya pramuniaga yang berjaga di toko tersebut.
"Saya boleh bertanya berapa kisaran harga peralatan untuk make up pengantin yang paling bagus, Mbak?" tanya Lilis langsung pada niatnya.
"Boleh, Mbak. Mari ikut saya!" Pramuniaga itu membawa Lilis ke stand make up khusus pengantin. "Ini make up kualitas nomor satu, Mbak. Harganya kisaran 5 juta aja. Sudah lengkap dari mulai primer sampai highlighter. Tapi kalau mau yang lengkap sama peralatan rias dan aksesorisnya juga, harganya kisaran 12 juta."
"Hah? Atuh meni awis pisan!" Saking terkejutnya dengan harga yang sangat mahal, Lilis sampai menggunakan bahasa kesehariannya waktu di desa.
"Ada kualitas ada harga, Mbak," ucap Pramuniaga yang sepertinya mengerti dengan perkataan Lilis tadi.
Lilis menyunggingkan senyuman pelik. Baginya harga segitu tidaklah murah, tetapi dia juga ingin membeli kosmetik yang kualitasnya mewah.
"Gimana, atuh, ya! Nggak ada diskon gitu, Mbak. Uang saya, teh, nggak cukup kalau sampe 12 juta," cicit Lilis yang ditanggapi dengan gelengan kepala oleh si pramuniaga.
"Ya udah, atuh, kalau nggak boleh, mah. Nanti Lilis balik lagi kalau udah ada uangnya, ya, Mbak. Makasih," ucap Lilis lalu pergi.
Lilis menunggu Liam yang masih di toilet di luar toko kosmetik tersebut. Baru beberapa menit perempuan itu menunggu, pramuniaga toko kosmetik tadi memanggilnya lagi.
"Mbak, masih mau beli produk kosmetik untuk pengantin tadi, nggak? Kebetulan barusan saja pemilik toko kami mengabarkan, jika produk tersebut sedang ada diskon 80%, jadi Mbak cuma bayar sekitar 2 juta 4 ratus aja."
"Ah, yang bener, Mbak?" Kedua mata Lilis berbinar cerah mendengar tawaran yang diberikan oleh pramuniaga kosmetik itu. Uang segitu sangatlah terjangkau oleh tabungannya saat ini.
"Iya, Mbak. Mau? Mbak harus gercep soalnya produk yang didiskon cuma satu paket aja, Mbak. Itu sudah lengkap semua berikut aksesoris dan peralatan riasnya," ujar pramuniaga mengiming-imingi Lilis.
"Pasti mau, atuh, lah." Lilis berjingkrak kegirangan. Lalu mengikuti jejak pramuniaga yang membawanya kembali ke dalam toko, sedangkan tak jauh dari sana ada seorang Liam sedang berdiri memperhatikan. Senyumnya terus mengembang melihat berapa bahagianya istrinya itu sekarang.
Ya, Liam memang sengaja mengatur itu semua. Dia yang melihat Lilis keluar dari toko dengan raut kecewa kemudian menelepon nomor toko yang tertera di atas gerainya. Lelaki itu mengatakan jika dirinya yang akan membayar 80% dari harga kosmetik yang diinginkan istrinya tersebut. Namun, Liam meminta pramuniaga itu untuk sedikit berbohong dengan dalih memberi diskon.
...----------------...
...To be continued...
Mampir thor 🙋
mimpi ternyata
pengen narik rara